(Dr. Abdur Rohman.S.Ag,MEI) Disampaikan acara silaturrahmi (HIMAWANGI) Himpunan Mahasiswa Banyuwangi Universitas Trunojoyo Madura ...
https://rohman-utm.blogspot.com/2018/07/menulusuri-konsep-komunikasi-dalam-islam.html
(Dr. Abdur
Rohman.S.Ag,MEI)
Disampaikan acara silaturrahmi
(HIMAWANGI) Himpunan Mahasiswa Banyuwangi Universitas Trunojoyo Madura
Dalam berbagai pertemuan saya sering
menyampaikan bahwa, kekuatan komunikasi
membuahkan relasi, kekuatan relasi membuahkan rezeki“ Yang menjadi pertanyaan besar adalah
komunikasi seperti apakah yang membuah relasi ? dan relasi seperti apakah yang
membuahkan rezeki?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, mari kita
telusuri makna komunikasi itu sendiri dan selanjutnya dalam prepektif Islam-nya.
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam
kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu disertai dengan
komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi yang islami, yaitu
komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi yang
berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada
Al-Quran dan hadis (sunah Nabi).
Dalam Al Qur’an dengan sangat mudah kita
menemukan contoh kongkrit bagaimana Allah selalu berkomunikasi dengan hambaNya
melalui wahyu. Untuk menghindari kesalahan dalam menerima pesan melalui
ayat-ayat tersebut, Allah juga memberikan kebebasan kepada Rasulullah untuk
meredaksi wahyu-Nya melalui matan hadits. Baik hadits itu bersifat Qouliyah
(perkataan), Fi’iliyah (perbuatan), Taqrir (persetujuan) Rasul, kemudian
ditambah lagi dengan lahirnya para ahli tafsir sehingga melalui tangan mereka
terkumpul sekian banyak buku-buku tafsir.
Komunikasi sangat berpengaruh terhadap
kelanjutan hidup manusia, baik manusia sebagai hamba, anggota masyarakat,
anggota keluarga dan manusia sebagai satu kesatuan yang universal. Seluruh
kehidupan manusia tidak bisa lepas dari komunikasi. Dan komunikasi juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas berhubungan dengan sesama. Komunikasi
Islam adalah proses penyampaian pesan-pesan keislaman dengan menggunakan
prinsip-prinsip komunikasi dalam Islam. Dengan pengertian demikian, maka
komunikasi Islam menekankan pada unsur pesan (message), yakni risalah
atau nilai-nilai Islam,dan cara (how),dalam hal ini tentang gaya bicara
dan penggunaan bahasa (retorika).
Pesan-pesan keislaman yang disampaikan dalam
komunikasi Islam meliputi seluruh ajaran Islam, meliputi akidah (iman), syariah
(Islam), dan akhlak (ihsan).Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan
Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan
efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika
berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Definisi Komunikasi
Hovland, Janis dan Kelly mendifinisikan
komunikasi sebagai “the process by chich and individual (the communicator)
transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals
(the audience)”.Sedangkan Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka
psikologi behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang
verbal tersebut bertindak sebagai stimuli.
Etika Komunikasi Dalam Alqur’an dan Hadits
Soal cara (kaifiyah),
dalam Al-Quran dan Al-Hadits ditemukan berbagai panduan agar komunikasi
berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat mengistilahkannya sebagai kaidah,
prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam. Kaidah, prinsip, atau
etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum muslim dalam melakukan
komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam pergaulan
sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain.
Ayat Komunikasi Dalam Al-Quran
Dalam berbagai literatur tentang komunikasi
Islam kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau pembicaraan
(qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi
Islam, yaitu:
1. Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur)
QS. An Nisa ayat 9
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ
خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ
وَلْيَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang
sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang
mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar (qaulan sadida)”.
2. Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to
the point, mudah dimengerti)
QS. An Nisa ayat 63
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي
قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ
قَوْلا بَلِيغًا
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang
di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan Baligha –perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka”.
3. Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)
QS. Al Ahzab ayat 32
يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِنَ
النِّسَاءِ إِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي
فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلا مَعْرُوفًا
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti
wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan
ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”
4. Qaulan Karima (perkataan yang mulia)
QS. Al Isra’ ayat 23
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلا كَرِيمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang
diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
jangan engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perktaan yang
baik”.
Dari ayat tersebut jelas bahwa kita
diperintahkan untuk mengucapkan perkataan yang baik atau mulia karena perkataan
yang baik dan benar adalah suatu komunikasi yang menyeru kepada kebaikan dan
merupakan bentuk komunikasi yang menyenangkan.
5. Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut)
QS. Thaha ayat 43-44
اذْهَبَا إِلَى
فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى
فَقُولا لَهُ قَوْلا
لَيِّنًا لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Pergilah kamu berdua
kepada Fir’aun karena benar-benar dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia
sadar atau takut”.
Dari ayat tersebut maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan yang
lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga
dapat menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan
orang-orang yang kasar. Rasullulah selalu bertuturkata dengan lemah lembut,
hingga setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang
mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang
dimaksud layinaialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata
terus terang atau lugas, apalagi kasar.
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada
Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun.
Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak
berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan
komunikasi kita.
Dengan demikian, dalam komunikasi Islam,
semaksimal mungkin dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada
keras dan tinggi.
Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam berdakwah, karena kekerasan akan
mengakibatkan dakwah tidak akan berhasil malah ummat akan menjauh. Dalam berdoa
pun Allah memerintahkan agar kita memohon dengan lemah lembut, “Berdoalah
kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemahlembut, sungguh Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (Al A’raaf ayat 55)
6. Qaulan Maysura (perkataan yang ringan)
QS. Al Isra’ ayat 28
وَإِمَّا تُعْرِضَنَّ عَنْهُمُ ابْتِغَاءَ
رَحْمَةٍ مِنْ رَبِّكَ تَرْجُوهَا فَقُلْ لَهُمْ قَوْلا مَيْسُورًا
”Dan jika kamu
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan,
maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”.
Hadist
Tentang komunikasi
Di dalam hadits Nabi juga ditemukan
prinsip-prinsip etika komunikasi, bagaimana Rasulullah saw mengajarkan
berkomunikasi kepada kita. Berikut hadits-hadits tersebut:
1. qulil haqqa walaukana murran (katakanlah
apa yang benar walaupun pahit rasanya)
2. Kedua, falyakul khairan au
liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak bisa, diamlah).
3. Ketiga, laa takul qabla tafakur (janganlah
berbicara sebelum berpikir terlebih dahulu).
4. Keempat, Nabi menganjurkan berbicara yang
baik-baik saja, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya, “Sebutkanlah
apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama
hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu itu sebagaimana sahabatmu
menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu tidak hadir”.
5. Kelima, selanjutnya Nabi saw berpesan, “Sesungguhnya
Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang memutar balikan fakta
dengan lidahnya seperti seekor sapi yang mengunyah-ngunyah rumput dengan
lidahnya”. Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi
hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami.
Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya
dapat dijadikan landasan bagi setiap muslim, ketika melakukan proses komunikasi,
baik dalam pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya