rohmans

PARADOKS EKONOMI RAMADLAN

Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain limpahan pahala serta hikmah yang telah dija...

Hasil gambar untuk paradox ekonomi ramadhan

Bulan Ramadan adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Selain limpahan pahala serta hikmah yang telah dijanjikan oleh Tuhan untuk mereka yang menjalankannya dengan bersungguh-sungguh, ternyata ada beragam aktivitas sosial, ekonomi, dan budaya yang muncul mengikuti hadirnya bulan suci tersebut yang tidak senantiasa selaras dengan makna ibadah puasa Ramadan yang sesungguhnya. Benarkah demikian?
Seperti yang saya sebutkan pada tulisan sebelumnya tingginya tingkat konsumsi masyarakat selama Ramadhan menjadi naik hingga 40%, sebenarnya  tidak ada masalah selama masih seimbang dengan ketersediaan kebutuhan. Artinya Selama yang dibutuhkan masyarakat dapat terpenuhi atau bisa dikatakan seimbang.
Dalam kajian ekonomi Islam, ekonomi dan puasa memang memiliki hubungan yang erat antara satu dan lainnya. Idealnya, ketika seseorang berpuasa dengan cara yang benar, seharusnya ketika berbuka, dia tidak berlebihan atau balas dendam pada makanan pada saat berbuka puasa atau diwaktu malam usai menjalankan ibadah sholat tarawih. Karena masih ada sebagian masyarakat ketika berbuka menyediakan banyak menu yang kadang terkesan berlebihan. ''Masyarakat yang konsumtif selama Ramadhan secara tidak langsung akan memberikan dampak terhadap harga barang di pasaran.
Sehingga perilaku umat Islam yang konsumtif pada bulan suci ini sebagai paradoks Ramadhan. 

Padahal, selama bulan Ramadhan, umat Islam diperintahkan untuk menahan lapar atau hidup sederhana dan banyak membantu kaum lemah. Kenyataan lebih konsumtif, banyak belanja karena takut lapar, boros, dan mubazir. Jika hal demikian memang menjadi budaya ummat Islam, maka dapat dipastikan konsumsi umat Islam selama Ramadhan meningkat tajam.
Apa yang sebenarnya harus dilakukan menyikapi perilaku konsumtif sebagian umat Islam selama Ramadhan sebagai paradoks. Tiada lain mengurangi budaya konsumerisme dan umat Islam harus lebih cerdas dengan dapat membedakan serta memilah antara kebutuhan ( al-hajah) dan keinginan (al-raghbah). Oleh karenaya ummat muslim harus cerdas melakukan transaksi dalam berbelanja. Karena sesungguhnya puasa tak hanya mengandung makna perintah dalam konteks ibadah. Namun, umat Islam diminta agar menggunakan rasio dalam merespons realitas. Wallahua’lam (amans_07 utm2018)
Tulisan Kedua bulan ramadlan 2018

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item