rohmans

KEBOHONGAN YANG DIPERBOLEHKAN

Beberapa hari terakhir ini public dikejutkan dengan berita “ Kebohongan Ratna Sirompet” publikpun dibuat terkesima, benarkah figure yang ...

Hasil gambar untuk 3 kebohongan yang diperbolehkan
Beberapa hari terakhir ini public dikejutkan dengan berita “ Kebohongan Ratna Sirompet” publikpun dibuat terkesima, benarkah figure yang dianggap getol memperjuangan keadilan dan kebenaran, benar-benar bohong? Tulisan ini tidak bermaksud untuk men-just sebuah kebohongan…Kita serahkan saja kepada yang berwajib, bagaimana dibuktikan.
Mumpung sedang hangat membicarakan kebohongan, menarik untuk dicermati sekaligus sebagai wawasan keislaman, bahwa ternyata ada “ Kebohongan yang diperbolehkan”
Para ahli fiqih menetapkan bahwa hukum asal dari berbohong itu adalah haram, tetapi pada kasus-kasus tertentu ada dalil yang memperbolehkan untuk berbohong.
Hadits-hadits shahih pengecualian bolehnya berbohong pada kasus-kasus tertentu
أَنَّ أُمَّهُ أُمَّ كُلْثُومٍ بِنْتَ عُقْبَةَ بْنِ أَبِى مُعَيْطٍ وَكَانَتْ مِنَ الْمُهَاجِرَاتِ الأُوَلِ اللاَّتِى بَايَعْنَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَهُوَ يَقُولُ « لَيْسَ الْكَذَّابُ الَّذِى يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ وَيَقُولُ خَيْرًا وَيَنْمِى خَيْرًا ». قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَلَمْ أَسْمَعْ يُرَخَّصُ فِى شَىْءٍ مِمَّا يَقُولُ النَّاسُ كَذِبٌ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ الْحَرْبُ وَالإِصْلاَحُ بَيْنَ النَّاسِ وَحَدِيثُ الرَّجُلِ امْرَأَتَهُ وَحَدِيثُ الْمَرْأَةِ زَوْجَهَا.
Ummu Kultsum binti ‘Uqbah bin ‘Abi Mu’aythin, ia di antara para wanita yang berhijrah pertama kali yang telah membaiat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia mengabarkan bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan dia antara pihak yang berselisih di mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang berselisih, -pen).”
Ibnu Syihab berkata, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih, dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan rumah tangga).” (HR. Bukhari no. 2692 dan Muslim no. 2605, lafazh Muslim).
Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga kebohongan yang diperbolehkan:
Pertama : Kebohongan dalam peperangan
Perang dijalan Allah sangat banyak terjadi dalam sejarah Islam, baik pada masa Rasulullah maupun setelah beliau wafat. Dalam peperangan pasti memerlukan siasat perang, dan dalam siasat perang harus memiliki banyak kebohongan. Misalnya: mengatakan bahwa jumlah tentara 300.000 orang  padahal sebenarnya cuma 100.000 orang, agar musuh mulai gentar dan ragu.

Kedua :  Kebohongan untuk menyatukan dua orang yang bertikai
Kita diperbolehkan berbohong dengan maksud menyatukan dua orang yang bertikai (atau bermusuhan). Contohnya, Si A dan si B sudah lama tidak bercakapan oleh karena sesuatu hal. Si C bermaksud mendamaikan keduanya. Si C mendatangi si A dan mengatakan, “Hai, A, sebenarnya si A itu kepingin sekali berteman dengan kamu, namun ia segan” (padahal si B tidak pernah berkata seperti itu). Kemudian ia mendatangi si B dan mengatakan, “Hai, B, si A itu sudah sejak dua tahun yang lalu ingin berbaikan denganmu, ia merasa ibadahnya kurang mustajab kalo masih bermusuhan sama kamu” (padahal si A tak pernah mengatakan seperti itu. Tapi karena maksudnya baik, kebohongan seperti ini diperbolehkan dalam Islam
Ketiga. Kebohongan antara suami dan istri
Kebohongan ketiga yang diperbolahkan dalam Islam biasa dilakukan dalam rumah tangga antara suami dan istri. Namun kebohongan ini bertujuan untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Contohnya adalah, suatu saat istri yang telah berumur 60 tahun datang kepada suami, dan berkata, “Bang, masih cantikkah aku?”. Si suami menjawab iya, “kamulah paling cantik di dunia ini, awet muda”. Dalam hal ini si suami pasti berbohong, karena tidak mungkin usia 60 masih cantik. Dulu kala masih muda selalu harum minyak kesturi, sekarang selalu harum balsem….
Namun demi keutuhan rumah tangga, kebohongan seperti itu sangat dianjurkan. Contoh kedua adalah, tidak perlu menceritakan masa lalu kepada suami atau istri. Misalnya, jika suami suatu waktu bertanya, “Pernah gak kamu pacaran (mohon maaf bagi yang pacaran dan tidak dianjurkan) sebelum kita menikah dulu?” dianjurkan menjawab tidak, karena kalau di jawab ya, pasti akan muncul pertanyaan-pertanyaan berikutnya, siapa, kapan dimana… dst.
Demikian juga sebaliknya jika istri bertanya pada suami. Jadi lebih baik sedikit berdusta, demi menjaga keutuhan pernikahan dan agar tidak terjadi cekcok, mungkin seperti ungkapan Pak Habibi kali ya:
“Masa lalu mu adalah milikmu
Masa lalu ku adalah milikku
Masa depan adalah milik kita”
Wallahu a’lam, Astagfirullah, Mohon maaf apabila ada kesalahan ( amans_utm)

Related

Artikel 4212684562045726390

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

638958

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item