RAMADLAN DAN SPIRIT EKONOMI EKONOMI ISLAM
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh makna, sarat nilai, multi-hikmah dan berlipat ganda pahala. Selain menyehatkan raga dan...
https://rohman-utm.blogspot.com/2018/05/ramadlan-dan-spirit-ekonomi-ekonomi.html
Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh makna, sarat nilai,
multi-hikmah dan berlipat ganda pahala. Selain menyehatkan raga dan menenangkan
jiwa, berpuasa juga mengajarkan hidup toleran, sederhana, dan bahkan produktif.
Tidak hanya itu, Ramadhan uga turut serta meletakkan landasan pembangunan
ekonomi Islam.
Setiap kali Ramadhan tiba, selalu menaruh harapan besar. Harapan untuk
kehidupan yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Qur’ani. Tidaklah
mengherankan jika tema-tema dakwah Ramadhan selalu mengarah kepada perubahan.
Seolah-olah Ramadhan akan merubah segalanya. Kehidupan Politik, hiburan dan
lain-lain berubah menjadi kehidupan berbingkai moral dan berpayung kesantunan.
Akhlak yang kerap kali absen dalam kehidupan sosial budaya berubah menjadi
kehidupan yang berkeadaban. Demikian pula kehidupan ekonomi yang sangat
kapitalistik dan abai terhadap dhuafa dan mustadh’afin, berubah
menjadi kehidupan ekonomi islam yang menjunjung nilai-nilai syariah.
Berkah
Ekonomi Islam
Yang sangat menarik, karunia di tengah Ramadhan tidak hanya hal-hal yang
berdimensi Ilahiyah, tapi aspek keduniaan pun cukup terbuka lebar
terutama dimensi ekonomi (insyaniyah). Fakta menunjukkan, bahwa para
pelaku ekonomi meraih pendapatan besar atas kehadiran bulan suci Ramadhan. Tak
sedikit di antara umat manusia yang berpuasa ataupun tidak, dari barisan Muslim
ataupun umat lainnya merasakan manfaat besar dari kehadiran Ramadhan.
Tak dapat dipungkiri, bahwa roda ekonomi benar-benar tampak hidup selama
bulan suci ini. Karena itu, tidaklah berlebihan jika sebagian umat manusia
mengharapkan seluruh bulan (sepanjang tahun) menjadi Ramadhan, meski hal ini
tidaklah mungkin. Sekalipun hadis ini berbicara pada kontek pahala bulan
ramadlan. Tatapi tidak menutup kemungkinan pahala pada ekonomi. Keinginan ini
sebagai implikasi positif atas tingkat pendapatan yang menaik tajam dan hal ini
berbeda bila diperbandingkan bulan-bulan lainnya.
Lantas apa hubungannya dengan ekonomi Islam? Ramadhan dikatakan bulan
ekonomi Islam, setidaknya ada beberapa hal.
Pertama, Ramadhan adalah bulan
di mana manusia mempu berfikir secara jernih dan bertindak sehingga dakwah-dakwah
tentang manusia lebih bersahaja dalam bingkai ekonomi Islam sangat dekat dengan
perilaku manusia dalam menjalankan aktivitasnya dalam bermuamalah.
Kedua, Ramadhan menjadi bulan di mana manusia bersemangat menjalankan perintah-perintah Allah, terkadang tanpa perlu banyak bertanya, termasuk dalam menjalankan perintah beraktivitas yang sesuai dengan syariah.
Kedua, Ramadhan menjadi bulan di mana manusia bersemangat menjalankan perintah-perintah Allah, terkadang tanpa perlu banyak bertanya, termasuk dalam menjalankan perintah beraktivitas yang sesuai dengan syariah.
Ketiga, pada Ramadhan manusia tidak atau mungkin
kurang mengedepankan hitungan-hitungan cost-benefit material. Pada bulan ini
manusia mengedepankan hitungan cost-benefit spiritual, sebagai kompensasi dari
kerakusan pada bulan di luar Ramadhan atau memang sebuah kesadaran yang tulus.
Kita perhatikan, perilaku sedekah, infak dan zakat meningkat cukup dramatis di
bulan ini.
Di sinilah, bulan Ramadhan menjadi momentum lahirnya semangat dan kesadaran
umat Islam untuk melakukan aktivitas ekonomi sesuai ajaran agamanya:
menanggalkan riba (bunga), menjauhi gharar, maysir, tadlis, ihtikar dan lain
sebagainya. Sebab, implikasi puasa tidak saja berdimensi ibadah spiritual
an-sich, tetapi juga mengajarkan akhlak horizontal (mu’amalah), khususnya dalam
bidang bisnis. Sungguh aneh apabila ada orang berpuasa dengan khusyuk, tetapi
melanggar ajaran-ajaran Allah dalam mu’amalah, seperti masih mempraktekkan riba
yang diharamkan atau melakukan penipuan harga yang tidak pantas.
Implementasi aktivitas ekonomi Islam ini diharapkan dapat memperkuat sendi
perekonomian umat yang puncaknya akan melahirkan social distributive justice
(keadilan distribusi sosial). Harta tidak hanya berputar pada segelintir orang
dengan mengoptimalkan konsep zakat, infak, shadaqah dan wakaf.
Spirit
Kebangkitan Ekonomi Islam
Dalam konteks historis, bulan Ramadhan merupakan momentum penting dan
monumental dalam kebangkitan dan kejayaan Islam. Telah banyak perubahan besar
dalam sejarah dakwah Islam yang terjadi pada bulan ini. Ramadhan juga telah
mengantarkan Islam tersebar ke semenanjung Afrika dan Eropa. Sementara dalam
konteks ibadah, Ramadhan adalah bulan semangat dan motivasi untuk memperbaiki
diri dengan sederet ketaatan. Saatnya generasi berikutnya menapaktilasi dan
mengukir kembali kemenangan-kemenangan itu, merebut kembali peradaban Islam
yang terampas. Maka, meraih peradaban mesti dilakukan dengan memperkuat aspek
ekonomi itu. Kebangkitan Islam hanya akan terejawantah dalam wujudnya yang
ideal ketika ekonomi Islam dapat membumi dan menjadi landasan aktivitas
perekonomian umatnya.
Pesan implisit Ramadhan patut dijadikan masukan dalam membangun
perekonomian umat dan bangsa ke depan. Pembangunan harus dimulai dengan
membangun nilai nilai ekonomi Islam dalam kehidupan. Pemberdayaan sumber daya
rakyat berdasarkan nilai-nilai Qurani harus diprioritaskan.
Gagasan negara sejahtera dapat terwujud, apabila pembangunan fisik dan
spiritual (ketaqwaan) harus berjalan seimbang. Inilah model pembangunan ekonomi
yang ideal. Selain faktor-faktor produksi, tingkat ketaqwaan juga merupakan “driving
force” pembangunan ekonomi umat. Wallahualam (amans_07 utm2018)
Tulisan ketiga Ekonomi Ramadlan 2018