rohmans

RAMADLAN DAN SPIRIT EKONOMI EKONOMI ISLAM

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh makna, sarat nilai, multi-hikmah dan berlipat ganda pahala. Selain menyehatkan raga dan...



Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh makna, sarat nilai, multi-hikmah dan berlipat ganda pahala. Selain menyehatkan raga dan menenangkan jiwa, berpuasa juga mengajarkan hidup toleran, sederhana, dan bahkan produktif. Tidak hanya itu, Ramadhan uga turut serta meletakkan landasan pembangunan ekonomi Islam.
Setiap kali Ramadhan tiba, selalu menaruh harapan besar. Harapan untuk kehidupan yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai Qur’ani. Tidaklah mengherankan jika tema-tema dakwah Ramadhan selalu mengarah kepada perubahan. Seolah-olah Ramadhan akan merubah segalanya. Kehidupan Politik, hiburan dan lain-lain berubah menjadi kehidupan berbingkai moral dan berpayung kesantunan. Akhlak yang kerap kali absen dalam kehidupan sosial budaya berubah menjadi kehidupan yang berkeadaban. Demikian pula kehidupan ekonomi yang sangat kapitalistik dan abai terhadap dhuafa dan mustadh’afin, berubah menjadi kehidupan ekonomi islam yang menjunjung nilai-nilai syariah.

Berkah Ekonomi Islam 
Yang sangat menarik, karunia di tengah Ramadhan tidak hanya hal-hal yang berdimensi Ilahiyah, tapi aspek keduniaan pun cukup terbuka lebar terutama dimensi ekonomi (insyaniyah). Fakta menunjukkan, bahwa para pelaku ekonomi meraih pendapatan besar atas kehadiran bulan suci Ramadhan. Tak sedikit di antara umat manusia yang berpuasa ataupun tidak, dari barisan Muslim ataupun umat lainnya merasakan manfaat besar dari kehadiran Ramadhan.
Tak dapat dipungkiri, bahwa roda ekonomi benar-benar tampak hidup selama bulan suci ini. Karena itu, tidaklah berlebihan jika sebagian umat manusia mengharapkan seluruh bulan (sepanjang tahun) menjadi Ramadhan, meski hal ini tidaklah mungkin. Sekalipun hadis ini berbicara pada kontek pahala bulan ramadlan. Tatapi tidak menutup kemungkinan pahala pada ekonomi. Keinginan ini sebagai implikasi positif atas tingkat pendapatan yang menaik tajam dan hal ini berbeda bila diperbandingkan bulan-bulan lainnya.
Lantas apa hubungannya dengan ekonomi Islam? Ramadhan dikatakan bulan ekonomi Islam, setidaknya ada beberapa hal.
Pertama, Ramadhan adalah bulan di mana manusia mempu berfikir secara jernih dan bertindak sehingga dakwah-dakwah tentang manusia lebih bersahaja dalam bingkai ekonomi Islam sangat dekat dengan perilaku manusia dalam menjalankan aktivitasnya dalam bermuamalah.
Kedua, Ramadhan menjadi bulan di mana manusia bersemangat menjalankan perintah-perintah Allah, terkadang tanpa perlu banyak bertanya, termasuk dalam menjalankan perintah beraktivitas yang sesuai dengan syariah.
Ketiga, pada Ramadhan manusia tidak atau mungkin kurang mengedepankan hitungan-hitungan cost-benefit material. Pada bulan ini manusia mengedepankan hitungan cost-benefit spiritual, sebagai kompensasi dari kerakusan pada bulan di luar Ramadhan atau memang sebuah kesadaran yang tulus. Kita perhatikan, perilaku sedekah, infak dan zakat meningkat cukup dramatis di bulan ini.
Di sinilah, bulan Ramadhan menjadi momentum lahirnya semangat dan kesadaran umat Islam untuk melakukan aktivitas ekonomi sesuai ajaran agamanya: menanggalkan riba (bunga), menjauhi gharar, maysir, tadlis, ihtikar dan lain sebagainya. Sebab, implikasi puasa tidak saja berdimensi ibadah spiritual an-sich, tetapi juga mengajarkan akhlak horizontal (mu’amalah), khususnya dalam bidang bisnis. Sungguh aneh apabila ada orang berpuasa dengan khusyuk, tetapi melanggar ajaran-ajaran Allah dalam mu’amalah, seperti masih mempraktekkan riba yang diharamkan atau melakukan penipuan harga yang tidak pantas.
Implementasi aktivitas ekonomi Islam ini diharapkan dapat memperkuat sendi perekonomian umat yang puncaknya akan melahirkan social distributive justice (keadilan distribusi sosial). Harta tidak hanya berputar pada segelintir orang dengan mengoptimalkan konsep zakat, infak, shadaqah dan wakaf.

Spirit Kebangkitan Ekonomi Islam
Dalam konteks historis, bulan Ramadhan merupakan momentum penting dan monumental dalam kebangkitan dan kejayaan Islam. Telah banyak perubahan besar dalam sejarah dakwah Islam yang terjadi pada bulan ini. Ramadhan juga telah mengantarkan Islam tersebar ke semenanjung Afrika dan Eropa. Sementara dalam konteks ibadah, Ramadhan adalah bulan semangat dan motivasi untuk memperbaiki diri dengan sederet ketaatan. Saatnya generasi berikutnya menapaktilasi dan mengukir kembali kemenangan-kemenangan itu, merebut kembali peradaban Islam yang terampas. Maka, meraih peradaban mesti dilakukan dengan memperkuat aspek ekonomi itu. Kebangkitan Islam hanya akan terejawantah dalam wujudnya yang ideal ketika ekonomi Islam dapat membumi dan menjadi landasan aktivitas perekonomian umatnya.
Pesan implisit Ramadhan patut dijadikan masukan dalam membangun perekonomian umat dan bangsa ke depan. Pembangunan harus dimulai dengan membangun nilai nilai ekonomi Islam dalam kehidupan. Pemberdayaan sumber daya rakyat berdasarkan nilai-nilai Qurani harus diprioritaskan.
Gagasan negara sejahtera dapat terwujud, apabila pembangunan fisik dan spiritual (ketaqwaan) harus berjalan seimbang. Inilah model pembangunan ekonomi yang ideal. Selain faktor-faktor produksi, tingkat ketaqwaan juga merupakan “driving force” pembangunan ekonomi umat. Wallahualam (amans_07 utm2018)

Tulisan ketiga Ekonomi Ramadlan 2018

Related

Artikel 1781003865427909618

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item