CARA LEBIH PENTING DARI PADA MATERI
( Catatan Refleksi Kecil MILAD FKIS ke 4 ) Beberapa hari ini ada yang bertanya di WA, Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “ At-Thariqat...
https://rohman-utm.blogspot.com/2018/05/cara-lebih-penting-dari-pada-materi.html
( Catatan Refleksi
Kecil MILAD FKIS ke 4)
Beberapa
hari ini ada yang bertanya di WA, Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “At-Thariqatu
ahammu min al-maaddah” (Metode itu lebih penting daripada Materi) ? Karena
Bapak sering menggunakan kalimat tersebut dalam berbagai kesempatan.
Selanjutnya saya janjikan untuk menjawabnya, kalau ada waktu senggang, karena kalimat
tersebut membutuhkan penjabaran agak lebih luas. Terlebih pertanyaan tersebut
dilontarkan pada saat MILAD Fakultas Keislaman yang ke 4, sehingga saya buat
catatan refleksi MILAD, semoga ada nilai manfaat.
Sesungguhnya Kata-kata itu lengkapnya berbunyi seperti dibawah ini
“At-Thariqatu ahammu
min Al-maadah wa mudarris ahammu min at-thariqah wa ruuh al-mudarris ahammu min
kulli syain”
(Metode itu lebih penting dari materi, dan Guru itu lebih
penting dari metode, dan Ruh seorang Guru itu yang terpenting dari semuanya).
Kata-kata
Ini adalah pedoman utama seorang Guru/ustadz/dosen yang diajarkan di pesantren
saya kala itu (PP TMI al-Amien Prenduan Sumenep) dan Pesantren alumni Gontor Ponorogo pada umumnya. Jadi
Ruh seorang gurulah yang dianggap faktor terpenting dalam dunia tarbiyah. (silahkan dibaca ruh al-tarbiah pada refleksi
Milad ke 3 FKis Tahun lalu)
Materi (Maaddah) itu
penting. Sebab ia adalah acuan utama dalam mengajar. Materi adalah makanan
pokok utama dalam mengajar (tadris).
Tapi metode jauh lebih penting dari materi. Metode adalah cara penyajian
materi. Metode adalah cara menyampaikan materi itu, sehingga murid faham dan
merasa bahwa mereka mendapat ilmu baru. Materi yang berat sekalipun, akan
terasa ringan jika cara penyampaiannya sederhana dan tepat. Tapi materi
sederhana sekalipun, justru akan terasa sulit jika metode penyampaiannya salah.
Waktu di Pesantren Guru saya al-marhum KH.Idris
Jauhari allahummafirlahu , saat mengajar al-tarbiyah wa
alta’lim berkata :
“ Kalau Anda nanti menjadi
seorang Ustadz, menemukan murid yang tidak faham-faham, jangan terburu-buru untuk
memarahi, apalgi memberikan iqob,. Intropeksilah !! Saya yakin (almarhum) pasti
karena ada metode kalian ada yang salah. Kalau murid (Jahil) Bodoh, itu
bukanlah karena yatajahal (pura-pura bodoh). Mereka betul-betul tidak tahu. Oleh
karenaya, sebagai Guru yang harus mau mengerti. Karena Guru itu sudah pernah
jadi murid, sedangkan murid belum pernah jadi Guru….Camkan itu…”
Ungkapan Itulah yang selalu terngiang dibenak santri al-marhum,
khususnya saya secara pribadi, sosok guru yang disiplin dan tegas dalam urusan tarbiyah wa al-ta’lim
Selanjutnya
mengapa seorang Guru, itu lebih penting dari pada methode. Karena guru itu
pelaku utama. Sedangkan metode adalah Objek yang dipraktekkan oleh Guru. Kalau
seorang Guru itu betul mengajarnya, betul methodenya, betul objek materinya.
Maka tingkat keberhasilannya bisa dipastikan berbuah positif. Tetapi sebaliknya
jika seorang guru/dose nada seorang guru/dosen mengajar dengar cara duduk,
apalagi hanya berniat untuk memenuhi SKS aja, yang penting dapat sertifikasi,
mengajar tanpa ada persiapan. Maka dipastikan muridnyapun juga kurang
berkwalitas.
Oleh
karena itu, jika ingin memperbaiki dunia pendidikan, maka yang harus diutamakan
adalah kwalitas guru/dosen. Jika kwalitas dosen tidak diperbaiki, jangan pernah
berharap lebih prestasi dari mahasiswa.
Jadi,
Ruh al-tadris lebih
penting dari segalalnya, dosen bukanlah pekerjaan, tapi ia adalah penggilan
jiwa. Menjadi dosen/guru itu mulia dan lebih mulia dari tukang emas bahkan
berlian sekalipun. Seorang guru/dosen mendidik mahluk hidup yang berakal budi.
Maka kesuseksan seorang guru sebenarnya terletak pada bagaimana ia dapat
menghantarkan pada himmah (cita-cita) muridnya…itulah kebahagiaan sebenarnya.
Oleh karenanya, dalam milad ke 4 ini, semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk selalu menjaga amanah sebagai pendidik dan selalu dapat meningkat kwalitas dosen baik dalam pendidikan,pengabdian dan penelitian.
Karena sesungguhnya dosen memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab dosen tidak hanya berkewajiban mengajar, akan tetapi juga membimbing mahasiswa agar yang bersangkutan memiliki kompetensi yang relevan dengan keahliannya. Tidak hanya sekedar itu, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab pengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang semestinya dilakukan dilakukan secara terus menerus. Bagaiamana dosen akan dapat membimbing dengan baik, jika dosennya sendiri tidak pernah melakukan penelitian, baik kepustakaan ataupun lapangan.
Semoga bermanfaat…
Oleh karenanya, dalam milad ke 4 ini, semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk selalu menjaga amanah sebagai pendidik dan selalu dapat meningkat kwalitas dosen baik dalam pendidikan,pengabdian dan penelitian.
Karena sesungguhnya dosen memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab dosen tidak hanya berkewajiban mengajar, akan tetapi juga membimbing mahasiswa agar yang bersangkutan memiliki kompetensi yang relevan dengan keahliannya. Tidak hanya sekedar itu, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab pengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang semestinya dilakukan dilakukan secara terus menerus. Bagaiamana dosen akan dapat membimbing dengan baik, jika dosennya sendiri tidak pernah melakukan penelitian, baik kepustakaan ataupun lapangan.
Tanggung jawab dosen yang relatif berat
adalah melakukan penelitian secara serius. Di dalam hal ini, maka seorang dosen
memanggul tugas untuk menemukan konsep atau teori yang sesuai dengan bidangnya.
Sehingga ketika ditanya apakah temuan saudara sebagai dosen di dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, maka yang bersangkutan bisa menyatakan dengan
tegas, ini temuan saya. Dan temuan akademis itulah yang kemudian menjadi
kekuatan akademis lembaga atau institusi pendidikan dimana yang bersangkutan
mengabdi di dalam dunia akademik.
Di negara-negara yang tradisi akademiknya
sudah mapan, maka tolok ukur kehebatan sebuah perguruan tinggi disebabkan oleh
seberapa banyak doctor dan profesornya yang menemukan konsep atau teori baru
yang sangat menonjol. Bahkan diukur dari seberapa banyak dosennya
memperoleh hadiah Nobel dalam ilmu pengetahuan yang digelutinya. Wow ..sungguh
amat sangat berat
Kita tentu belum bisa bermimpi untuk
hadiah Nobel, sebab kriteria yang digunakannya sangat ketat dan pengaruh
internasionalnya yang sangat luar biasa. Melihat ukuran ini, maka memang belum
saatnya mimpi tentang ini. Namun demikian, sebagai bangsa yang hebat tentu
harus ada mimpi ini. Perguruan tinggi besar, seperti UGM, UI, ITB, Unair dan
sebagainya tentu harus sudah mulai mimpi untuk memperoleh hadiah nobel. Cina,
sudah berancang-ancang untuk memperoleh hadiah Nobel sebanyak-banyaknya
pada tahun-tahun mendatang. Dan caranya adalah dengan melakukan pemihakan
secara memadai untuk kepentingan tersebut, baik dari sisi kebijakan politik
maupun anggaran.
Di sinilah makna riset-riset unggulan
bagi para dosen atau pelaku akademis. Tanpa riset unggulan yang sangat memadai
tentu tidak akan pernah lahir peneliti-peneliti yang hebat. Jika kita
perhatikan banyaknya pemenang olimpiade sains di dunia internasional, maka
sesungguhnya banyak potensi kita yang ke depan bisa didayagunakan untuk
kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Hanya saja memang pemihakan
kebijakan yang belum secara maksimal dilakukan.
Di tahun ke 4 ini Fakultas keislaman ini, semoga seluruh dosen FKIS termasuk penulis, dapat meningkatkan kwalitas riset, setidaknya mulai senang melakukan aktivitas penelitian. Bismillah... Go Actian ( amans_07)
...
Semoga bermanfaat…