rohmans

CARA LEBIH PENTING DARI PADA MATERI

( Catatan Refleksi Kecil MILAD FKIS ke 4 ) Beberapa hari ini ada yang bertanya di WA, Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “ At-Thariqat...

Hasil gambar untuk fakultas keislaman trunojoyo
( Catatan Refleksi Kecil MILAD FKIS ke 4)
Beberapa hari ini ada yang bertanya di WA, Sebenarnya apa yang dimaksud dengan “At-Thariqatu ahammu min al-maaddah (Metode itu lebih penting daripada Materi) ? Karena Bapak sering menggunakan kalimat tersebut dalam berbagai kesempatan. Selanjutnya saya janjikan untuk menjawabnya, kalau ada waktu senggang, karena kalimat tersebut membutuhkan penjabaran agak lebih luas. Terlebih pertanyaan tersebut dilontarkan pada saat MILAD Fakultas Keislaman yang ke 4, sehingga saya buat catatan refleksi MILAD, semoga ada nilai manfaat.
Sesungguhnya Kata-kata itu lengkapnya berbunyi  seperti dibawah ini
“At-Thariqatu ahammu min Al-maadah wa mudarris ahammu min at-thariqah wa ruuh al-mudarris ahammu min kulli syain
(Metode itu lebih penting dari materi, dan Guru itu lebih penting dari metode, dan Ruh seorang Guru itu yang terpenting dari semuanya).
Kata-kata Ini adalah pedoman utama seorang Guru/ustadz/dosen yang diajarkan di pesantren saya kala itu (PP TMI al-Amien Prenduan Sumenep) dan Pesantren alumni Gontor Ponorogo pada umumnya. Jadi Ruh seorang gurulah yang dianggap faktor terpenting dalam dunia tarbiyah. (silahkan dibaca ruh al-tarbiah pada refleksi Milad ke 3 FKis Tahun lalu)
Materi (Maaddah) itu penting. Sebab ia adalah acuan utama dalam mengajar. Materi adalah makanan pokok utama dalam mengajar (tadris). Tapi metode jauh lebih penting dari materi. Metode adalah cara penyajian materi. Metode adalah cara menyampaikan materi itu, sehingga murid faham dan merasa bahwa mereka mendapat ilmu baru. Materi yang berat sekalipun, akan terasa ringan jika cara penyampaiannya sederhana dan tepat. Tapi materi sederhana sekalipun, justru akan terasa sulit jika metode penyampaiannya salah. Waktu di Pesantren Guru saya al-marhum KH.Idris Jauhari allahummafirlahu , saat mengajar al-tarbiyah wa alta’lim berkata :
Kalau Anda nanti menjadi seorang Ustadz, menemukan murid yang tidak faham-faham, jangan terburu-buru untuk memarahi, apalgi memberikan iqob,. Intropeksilah !! Saya yakin (almarhum) pasti karena ada metode kalian ada yang salah. Kalau murid (Jahil) Bodoh, itu bukanlah karena yatajahal (pura-pura bodoh). Mereka betul-betul tidak tahu. Oleh karenaya, sebagai Guru yang harus mau mengerti. Karena Guru itu sudah pernah jadi murid, sedangkan murid belum pernah jadi Guru….Camkan itu…”
Ungkapan Itulah yang selalu terngiang dibenak santri al-marhum, khususnya saya secara pribadi, sosok guru yang disiplin dan tegas dalam urusan tarbiyah wa al-ta’lim
Selanjutnya mengapa seorang Guru, itu lebih penting dari pada methode. Karena guru itu pelaku utama. Sedangkan metode adalah Objek yang dipraktekkan oleh Guru. Kalau seorang Guru itu betul mengajarnya, betul methodenya, betul objek materinya. Maka tingkat keberhasilannya bisa dipastikan berbuah positif. Tetapi sebaliknya jika seorang guru/dose nada seorang guru/dosen mengajar dengar cara duduk, apalagi hanya berniat untuk memenuhi SKS aja, yang penting dapat sertifikasi, mengajar tanpa ada persiapan. Maka dipastikan muridnyapun juga kurang berkwalitas.
Oleh karena itu, jika ingin memperbaiki dunia pendidikan, maka yang harus diutamakan adalah kwalitas guru/dosen. Jika kwalitas dosen tidak diperbaiki, jangan pernah berharap lebih prestasi dari mahasiswa.
Jadi, Ruh al-tadris  lebih penting dari segalalnya, dosen bukanlah pekerjaan, tapi ia adalah penggilan jiwa. Menjadi dosen/guru itu mulia dan lebih mulia dari tukang emas bahkan berlian sekalipun. Seorang guru/dosen mendidik mahluk hidup yang berakal budi. Maka kesuseksan seorang guru sebenarnya terletak pada bagaimana ia dapat menghantarkan pada himmah (cita-cita) muridnya…itulah kebahagiaan sebenarnya. 
Oleh karenanya, dalam milad ke 4 ini, semoga kita selalu diberikan kekuatan untuk selalu menjaga amanah sebagai pendidik dan selalu dapat meningkat kwalitas dosen baik dalam pendidikan,pengabdian dan penelitian.
Karena sesungguhnya dosen memiliki tugas yang tidak ringan. Sebab dosen tidak hanya berkewajiban mengajar, akan tetapi juga membimbing mahasiswa agar yang bersangkutan memiliki kompetensi yang relevan dengan keahliannya. Tidak hanya sekedar itu, akan tetapi juga memiliki tanggung jawab pengembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang semestinya dilakukan dilakukan secara terus menerus. Bagaiamana dosen akan dapat membimbing dengan baik, jika dosennya sendiri tidak pernah melakukan penelitian, baik kepustakaan ataupun lapangan. 
Tanggung jawab dosen yang relatif berat adalah melakukan penelitian secara serius. Di dalam hal ini, maka seorang dosen memanggul tugas untuk menemukan konsep atau teori yang sesuai dengan bidangnya. Sehingga ketika ditanya apakah temuan saudara sebagai dosen di dalam pengembangan ilmu pengetahuan, maka yang bersangkutan bisa menyatakan dengan tegas, ini temuan saya. Dan temuan akademis itulah yang kemudian menjadi kekuatan akademis lembaga atau institusi pendidikan dimana yang bersangkutan mengabdi di dalam dunia akademik.
Di negara-negara yang tradisi akademiknya sudah mapan, maka tolok ukur kehebatan sebuah perguruan tinggi disebabkan oleh seberapa banyak doctor dan profesornya yang menemukan konsep atau teori baru yang sangat menonjol.  Bahkan diukur dari seberapa banyak dosennya memperoleh hadiah Nobel dalam ilmu pengetahuan yang digelutinya. Wow ..sungguh amat sangat berat
Kita tentu belum bisa bermimpi untuk hadiah Nobel, sebab kriteria yang digunakannya sangat ketat dan pengaruh internasionalnya yang sangat luar biasa. Melihat ukuran ini, maka memang belum saatnya mimpi tentang ini. Namun demikian, sebagai bangsa yang hebat tentu harus ada mimpi ini. Perguruan tinggi besar, seperti UGM, UI, ITB, Unair dan sebagainya tentu harus sudah mulai mimpi untuk memperoleh hadiah nobel. Cina, sudah berancang-ancang untuk memperoleh hadiah Nobel sebanyak-banyaknya  pada tahun-tahun mendatang. Dan caranya adalah dengan melakukan pemihakan secara memadai untuk kepentingan tersebut, baik dari sisi kebijakan politik maupun anggaran.
Di sinilah makna riset-riset unggulan bagi para dosen atau pelaku akademis. Tanpa riset unggulan yang sangat memadai tentu tidak akan pernah lahir  peneliti-peneliti yang hebat. Jika kita perhatikan banyaknya pemenang olimpiade sains di dunia internasional, maka sesungguhnya banyak potensi kita  yang ke depan bisa didayagunakan untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan. Hanya saja memang pemihakan kebijakan yang belum secara maksimal dilakukan. 

Di tahun ke 4 ini Fakultas keislaman ini, semoga seluruh dosen FKIS termasuk penulis, dapat meningkatkan kwalitas riset, setidaknya mulai senang melakukan aktivitas penelitian.  Bismillah... Go Actian  ( amans_07)

...

Semoga bermanfaat…


Related

Esai Bebas 5843965284597057299

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item