PEMUDA DAN DENDAM SYETAN PADA MANUSIA
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah. Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas...
https://rohman-utm.blogspot.com/2017/10/pemuda-dan-dendam-syetan-pada-manusia.html
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Pada
kesempatan yang mulia ini, marilah kita bersama-sama mengucapkan syukur kepada
Allah SWT atas segala nikmat, rahmat, taufiq dan hidayahNya kepada kita,
sehingga pada siang hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk melaksanakan
shalat jum’at dalam kedaan sehat wal afiat. Mudah-mudahan amal ibadah kita
diterima oleh Allah SWT.
Shalawat dan
salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat Rasulullah Muhammad SAW yang telah
memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita berupa ajaran agama Islam. Semoga
kita mendapat syafa’atnya didunia hingga akhirat kelak.
Ma’aasyiral
muslimin rahimakumullah.
Pada
kesempatan yang baik ini, marilah kita berusaha meningkatkan nilai ketaqwaan
kita kepada Allah SWT dengan sebaik-baik bertaqwa. Yaitu dengan mengerjakan
segala perintah Allah, serta menjauhi segala larangan-larangan Allah. Kita
harus menyadari bahwa hakikat hidup kita di dunia ini adalah semata-mata untuk
berbhakti kepada Allah. Taqwa dapat menumbuhkan amal-amal shaleh yang nyata
sebagai pembuktian kebenaran iman. Sebab, segala perbuatan dan amal manusia
merupakan pencerminan dari imannya kepada Allah SWT.
Ma’aasyiral
muslimin rahimakumullah.
Pada tanggal
28 Oktober, setiap tahun bangsa Indonesia memperingati hari Sumpah Pemuda. Pada
hari ini tepatnya, sudah 88 tahun Sumpah Pemuda berlalu. Pada masa itu bangsa
Indonesia berada dalam belenggu penjajah dan kemudian para pemuda berinisiatif
untuk bangkit dan bersatu mengusir penjajah.
Belajar dari
Sumpah Pemuda, ada catatan sejarah yang sangat berharga di dalamnya. Butir-butir
dalam Sumpah Pemuda itu tidak hanya semata-mata disusun untuk menjadi hasil
yang membantu kaum muda menjawab kebutuhan kemerdekaan dari penjajahan saat
itu. Melainkan lebih dari itu, Sumpah Pemuda telah menjadi spirit yang terus
terpatri dalam hati sanubari para pemuda itu. Suatu semangat yang dibangun atas
dasar kesamaan nasib dan cita-cita. Yang kemudian dikemas dengan komitmen untuk
senasib sepenanggungan sebagai satu bangsa dan satu tanah air. Yang
pertama-tama ditandai dengan disepakatinya bahasa universal yaitu bahasa
Indonesia. Semangat Sumpah Pemuda mencapai puncaknya pada 17 Agustus 1945
ketika bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan. Sejak itu, Indonesia yang
terdiri atas berbagai etnis, agama, dan golongan menjadi bangsa yang merdeka
dan bersatu.
Ma’aasyiral
muslimin rahimakumullah.
Dahulu, Imam
As-Syafii telah hafal Al Quran pada usia sekitar 9 tahun dan mulai diminta
ijtihadnya pada usia kira-kira 13 tahun, akhirnya ia menjadi mujtahid, imam
madzhab yang terkemuka. Hassan Al Banna mendirikan gerakan Ikhwanul Muslimin
pada usia 23 tahun. Usamah bin Zaid pada usia 18 tahun telah memimpin pasukan
perang. Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam pada usia 8 tahun telah
terlibat dalam perjuangan.
Lalu
bagaimana dengan keadaan zaman sekarang?
Apa yang
sedang dilakukan dan difikirkan oleh remaja berusia 8 hingga 18 tahun dan
pemuda-pemudi berusia 23 tahunan?
Kita bisa
melihat sendiri disekitar kita. Mereka yang tawuran, terlibat kriminalitas,
pecandu narkoba, pemerkosaan, pelaku seks bebas sampai koruptor adalah para
pemuda. Walaupun masih banyak pemuda yang mengisi kemerdekaan ini dengan
mengukir prestasi. Melalui belajar sungguh-sungguh dan berprestasi melalui
olahraga, dan lain sebagainya. Mereka yang mengharumkan nama bangsa juga pemuda.
Ma’aasyiral
muslimin rahimakumullah.
Masa muda
merupakan masa sempurnanya pertumbuhan fisik dan kekuatan seorang manusia. Itu
merupakan nikmat besar dari Allah Ta`ala yang seharusnya dimanfaatkan dengan
sebaik-sebaiknya untuk amal kebaikan guna meraih ridha-Nya. Masa muda adalah
masa yang penuh dengan godaan untuk memperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda
yang sedang dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami
gejolak dalam pikiran maupun jiwanya, yang tak jarang menyebabkan hidupnya
terguncang. Dalam kondisi seperti itu, peluang terjerumus kedalam
keburukan dan kesesatan yang dibisikkan setan sangatlah besar.
Apalagi Iblis
yang telah bersumpah di hadapan Allah SWT bahwa dia akan menyesatkan manusia
dari jalan-Nya dengan menempuh segala cara.
Dijelaskan
dalam Al-Qur’an :
{قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ
لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ
وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ
أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (17) }
Iblis
menjawab, "Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar
akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi
mereka dari muka dan belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka Dan
Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)
Allah Swt. menceritakan bahwa setelah Dia memberikan
masa tangguh kepada iblis sampai hari mereka dibangkitkan, dan setelah iblis
terikat dengan janji itu, maka mulailah ia bersikap ingkar dan melampiaskan
dendamnya. Untuk itu ia berkata:
{فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأقْعُدَنَّ لَهُمْ
صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ}
Karena Engkau telah
menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf:
16)
Yakni sebagaimana Engkau telah menyesatkan aku. Menurut Ibnu Abbas, sebagaimana Engkau telah menghukumi saya tersesat. Sedangkan menurut lainnya, sebagaimana Engkau telah binasakan saya, maka sesungguhnya saya benar-benar akan menghalang-halangi hamba-hamba-Mu yang Engkau ciptakan dari keturunan orang ini (Adam) yang menjadi penyebab Engkau jauhkan diriku dari rahmat-Mu, agar mereka tidak menempuh jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan yang hak dan jalan keselamatan. Sesungguhnya saya benar-benar akan menyesatkan mereka dari jalan tersebut agar mereka tidak menyembah-Mu dan tidak pula mentauhidkan-Mu, karena Engkau telah memutuskan kesesatan terhadap diriku.
Sebagian ulama nahwu mengatakan bahwa huruf ba dalam ayat ini mengandung makna sumpah. Jadi, seakan-akan iblis mengatakan, "Maka demi kesesatan yang telah Engkau putuskan terhadap diriku, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus."
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf: 16) Yaitu jalan yang hak. Muhammad ibnu Suqah meriwayatkan dari Aun, dari Abdullah, bahwa makna yang dimaksud ialah jalan ke Mekah.
Yakni sebagaimana Engkau telah menyesatkan aku. Menurut Ibnu Abbas, sebagaimana Engkau telah menghukumi saya tersesat. Sedangkan menurut lainnya, sebagaimana Engkau telah binasakan saya, maka sesungguhnya saya benar-benar akan menghalang-halangi hamba-hamba-Mu yang Engkau ciptakan dari keturunan orang ini (Adam) yang menjadi penyebab Engkau jauhkan diriku dari rahmat-Mu, agar mereka tidak menempuh jalan-Mu yang lurus, yaitu jalan yang hak dan jalan keselamatan. Sesungguhnya saya benar-benar akan menyesatkan mereka dari jalan tersebut agar mereka tidak menyembah-Mu dan tidak pula mentauhidkan-Mu, karena Engkau telah memutuskan kesesatan terhadap diriku.
Sebagian ulama nahwu mengatakan bahwa huruf ba dalam ayat ini mengandung makna sumpah. Jadi, seakan-akan iblis mengatakan, "Maka demi kesesatan yang telah Engkau putuskan terhadap diriku, maka aku benar-benar akan menghalang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus."
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: jalan Engkau yang lurus. (Al-A'raf: 16) Yaitu jalan yang hak. Muhammad ibnu Suqah meriwayatkan dari Aun, dari Abdullah, bahwa makna yang dimaksud ialah jalan ke Mekah.
Agama Islam
memberi perhatian sangat besar terhadap upaya perbaikan mental para pemuda.
Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa yang akan datang.
Merekalah fondasi yang menopang masa depan umat ini. Karena itu,
banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang mendorong kita agar membina dan
mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini
akan memiliki masa depan yang cerah. Generasi tua akan digantikan dengan
generasi muda yang shaleh.
Rasulullah
SAW juga bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi Allah dalam
naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:
yg salah satunya adalah : dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah
(ketaatan) kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ma’aasyiral
muslimin rahimakumullah.
Dari sisi
usia, pemuda terbagi ke dalam dua fase yaitu fase puber/remaja berusia antara
10 sampai 21 tahun, dan fase dewasa awal berusia antara 21 sampai 35 tahun.
Sebagian berpendapat bahwa siapapun yang berusia dibawah 40 tahun semenjak ia
menjadi baligh bisa disebut sebagai pemuda. Barangkali patokannya adalah usia
kerasulan Muhammad saw, yaitu 40 tahun. Mengapa pemuda? Alasan pertama, karena
pemuda adalah generasi penerus, yaitu generasi yang meneruskan generasi
sebelumnya yang baik. Allah SWT berfirman,
“Dan
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada
mengurangi sedikitpun pahala amal mereka.” (QS. Ath-Thur : 21)
Alasan kedua,
karena pemuda adalah generasi pengganti, yakni menjadi pengganti generasi
sebelumnya yang buruk dan tidak taat kepada Allah. Allah SWT berfirman,
"Hai
orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya,
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin,
yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah,
dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia
Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas
(pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui."
(QS.
Al-Maidah : 54)
Ma’aasyiral
muslimin rahimakumullah.
Lahirnya
sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang kini kita kenang selalu, adalah
bukti kongkrit pentingnya masa muda sebagai titik tolak idealisme menuju
pembaharuan hidup yang lebih baik. Baik secara individu, sosial, politik dan
negara. Karena itu, setiap kita berbicara perbaikan sebuah negara, maka dimulai
pertama kali dari perbaikan genarasi mudanya. Jangan bermimpi memperbaiki
negara, bila pemudanya hancur secara spiritual, hidup dalam gelimang dosa dan
kerusakan moral. Generasi muda hari ini adalah cerminan masa depan sebuah
negara. Oleh karena itu, sudah saatnya kini generasi muda dijaga. Jangan
biarkan mereka berjalan tanpa tuntunan. Tugas generasi tua adalah memberikan
bimbingan, bukan melemparkan mereka ke lubang kehancuran. Bukan orang tua yang
baik, bila membiarkan anak-anak mudanya rusak iman dan idealismenya. Perlu
diketahui, bahwa hanya dengan iman kokoh anak-anak muda akan menjadi sukses.
Sukses secara keduniaan, lebih dari itu sukses secara akhirat. Maka sungguh
sangat mengerikan bila kurikulum pendidikan hanya fokus kepada masalah-masalah
keduniaan. Di sana-sini kita masih menyaksikan banyak sekolah yang hanya bisa
mengantarkan anak-anak didiknya kapada keberhasilan secara dunawi, namun secara
akhlak dan agama mereka gagal. Akibatnya banyak anak muda yang terbiasa berbuat
maksiat dengan tanpa merasa malu di depan siapapun. Na’udzubillah.
Ma’aasyiral muslimin rahimakumullah.
Akhir kata, marilah kita mempersiapkan generasi muda untuk membangun kehidupan masyarakat bernegara yang bermoral dan berakhlak baik.