rohmans

DIMENSI RUH AL- TARBAWI YANG SEMAKIN TERTINGGALKAN

Oleh : Dr.Abdur Rohman.S,Ag.MEI ( Wakil Dekan III Fakultas Keislaman Universitas Trunojoyo Madaura) Fenomena Pendidkan ...

Foto Profil Anda
Oleh : Dr.Abdur Rohman.S,Ag.MEI
( Wakil Dekan III Fakultas Keislaman Universitas Trunojoyo Madaura)


Fenomena Pendidkan

Esensi dari sebuah lembaga pendidikan sesungguhnya adalah  bagaimana dapat merasakan ‘nyawa’ pendidikan (roh tarbawi), dan menuangkannya dalam sebuah visi dan misi lembaga serta diaplikasikan dalam menjalankan program kerja pendidikan,” karena Roh tarbawi  (roh pendidikan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan manusia. Dalam alur dan proses kehidupan manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan telah mewarnai jalan panjang kehidupan manusia dari awal hingga akhir. Pendidikan menjadi pengawal sejati dan menjadi kebutuhan asasi manusia. Pendidikan merupakan proses yang dengannya manusia bisa ber-evolusi dari buta sama sekali menjadi bisa melihat, menilai dan menjadi yang terbaik.
Ada fenomena cukup memprihatinkan dewasa ini, dimana sistem pendidikan secara universal semakin lama semakin jauh dari subtansti tujuan pendidikan itu sendiri. Lembaga pendidikan memang marak ada dimana-mana, namun mereka jarang membawa misi pendidikan itu sendiri. Ironis memang, bahwa arti pendidikan ( tarbiyah) sudah mengalami distorsi dari makna yang sebenarnya. Anak didik disodori konsep-konsep pendidikan yang jauh dari semboyan dan dasar pendidikan itu sendiri. Jangan terkejut jika nanti akan banyak dihasilkan anak-anak cerdas dan pandai akan tetapi tidak memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan masyarakat, karena yang kemudian akan tercipta robot-robot hidup, mereka cerdas dan pintar akan tetapi tidak akan memiliki jiwa sosial dengan moralitas yang rendah. Karena pintar hasil dari indoktrinasi dari sebuah konsep. Bukan cerdas karena pengembangan dan penggalian bakat yang didasarkan pada budi pekerti dan kedalaman nurani dari setiap anak didik.
Disisi lain, berbagai wacana dan konsep dari banyak pihak yang notabene menjadi kontribusi dalam membangun kualitas pendidikan. Seminar, lokakarya serta studi banding tentang pendidikan tak henti-hentinya dilakukan oleh semua elemen dan strata pendidikan. Akan tetapi seringkali kegiatan dan wacana yang baik itu masih saja berhenti sebatas kegiatan rutin sekadar melaksanakan jadwal yang jauh hari telah diagendakan, bahkan ada kesan program penghabisan dana ( nauzubillah). Prilaku pendidik dengan segala macam oragansinya, tanpa didasari telah mewarnai anak didik, tidak sedikit guru atau dosen terjebak pada prilaku amoral yang benar-benar mencoreng dunia pendidikan.
Betul apa yang disindir alm KH. Hasyim Muzadi, memberikan analogi yang sebenarnya tanparan bagi dunia pendidikan dikatakan nilai agamanya mendapatkan nilai 8 tetapi sholat subuhnya jam 8 pagi. Hal ini mencerminkan apa yang mereka peroleh dibangku sekolah sering kali hanya menjadi normatif tanpa ada dalam realitas hidup. Oleh karenanya, pendidikan harus merubah perilaku dan pemahaman realitas kehidupan bukan pengetahuan yang sifatnya normatif. Artinya dunia pendidikan sudah mulai kehilangan roh-nya.

Mengapa bisa terjadi?

Banyak hal bisa dijadikan alasan untuk segudang masalah ini. Paling tidak ada 3 faktor mengapa hal demikian bisa terjadi yaitu; Gaji Guru/dosen, SDM, dan sistem pendidikan. Untuk yang pertama sudah menjadi alasan klasik bahwa gaji guru/dosen sangat rendah. Uang bulanan yang didapatnya tidaklah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan selama sebulan. Sehingga wajar kalau muncul sejumlah  istilah seorang guru wajib punya hutang, SK wajib Sekolah, Gaji yang tergadaikan,   Hal ini terjadi karena pengeluaran tidak sebanding dengan pemasukan. Sudah saatnya pemerintah memperhatikan ini, sekalipun beberapa tahun terakhir ini sudah banyak yang dilakukan oleh pemerintah, hanya saja masih belum cukup untuk mengatakan mensejahterakan.
Kedua adalah faktor SDM. Guru / dosen masih banyak yang memahami makna mengajar ( Ta’lim) dan mendidik (Tarbiyah),  sebagian mereka menyamakan makna keduanya. Padahal jelas berbeda, mereka terjebak pada makna mengajar sehingga belum menyentuh makna pendidik. Dikatakan bahwa seorang guru adalah mengajar itu ya benar tapi jiwa pendidik juga harus mampu mereka bawah. Guru harus mampu merubah karakter siswa dari buruk menjadi baik sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat, guru harus mampu menjadi teman diskusi dengan siswa, guru harus mampu membuat siswa memahami realitas kehidupan, guru harus mampu menanamkan moral agar bangsa kita ini tetap utuh dan tidak kehilangan martabat. Dan inilah sejatinya Pendidikan (Tarbiyah)..inna tarbiyata ausa’u daairatan min ta’lim” Sungguh makna pendidikan lebih dalam dari pada sekedar mengajar”
 Ketiga sistem pendidikan kita selama ini, masih seringkali menerapkan peran ganda. Pemerintah menuntut untuk memiliki standar lulusan yang sama dari Sabang sampai Karaoke akan tetapi kuantitas dan kualitas sarana prasarana dan pendukung lainnya belum terstandarkan. Jelas hal ini menarik dan mengajak para pelaku pendidikan untuk melakukan kecurangan-kecurangan demi tercapainya standar yang ditetapkan pemerintah. 

Mengembalikan ruh tarbawi

Menjadi keniscayaan bagi  dosen dan guru untuk mereformasi diri ( wal tandzur ma qaddamat lighod) intropeksi diri untuk menjadi pendidik yang lebih baik. Filosofi pendidikan harus dpahami secara kaffah, dengan mengedapankan ruh tarbawi dalam berbagai aspek, yaitu mengembalikan pendidikan pada ruhnya semula yaitu pendidikan watak. Moralitas sebagai ruh pendidikan, pemahaman kebudayaan, budi pekerti, pikiran, dan perkembangan jiwa anak. Bukan menjadikan pendidikan sebagai lembaga kursus yang mengajarkan keterampilan-keterampilan untuk kepentingan industri tertentu atau negara-negara maju.
Dalam upaya mengembalikan Ruh tarbawi, selain diperlukan nilai-nailai agama sebagai landasan utama, mempertahankan nilai-nilai tradisional yang berupa nilai-nilai luhur yang harus dilestarikan seperti nilai kesederhanaan, kejujuran dan kewajiban untuk mematuhi norma-norma yang berlaku, jiwa semangat berkorban, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, rela berbagi dan sebagainya. Pendek kata pendidikan dapat diharapkan untuk mengembangkan wawasan anak terhadap nilai, sosial dan budaya secara tepat dan benar, sehingga membawa kemajuan pada individu masyarakat dan negara
Penutup
Tokoh pendidikan Jhon Dewey pernah mengatakan “Education is a social process. Education is growth. Education is, not a preparation for life; education is life itself. Pendidikan adalah proses sosial. Pendidikan adalah perkembangan. Pendidikan, bukan persiapan untuk hidup,pendidikan adalah kehidupan itu sendiri.
Pendidikan berproses disemua unit kehidupan dan di dalam setiap situasi dan kondisi sosial. Maka proses pendidikan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat serta profesi formal. Artinya setiap orang dewasa apapun profesinya dia juga memiliki peran utama sebagai pendidik (contoh/teladan) bagi orang yang dianggap belum dewasa sekaligus memiliki peran sebagai peserta didik untuk senantiasa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur keagamaannya dari perilaku orang-orang dewasa lainnya yang lebih tinggi derajat pengetahuan dan keimanannya.
Pendidikan mengarahkan pada tercapainya kemampuan manusia bergaul dengan manusia lainnya (kehidupan sosial) secara fitrah/ikhlas. Dengan makna dan proses pendidikan dan pengajaran sebagaimana di atas pada ahirnya manusia bisa menjalankan peran sebagai Khalifatullah fil ard yang memiliki peluang besar mampu mewujudkan situasi dan kondisi kehidupan dunia yang seimbang yang menjadi kebutuhan manusia sebagai mahluk mulia.
Sudah barang tentu jika kita berkeinginan untuk menjadikan pendidikan benar-benar bermanfaat bagi anak dan keberadaan bangsa ini kedepan, tentunya harus dikembalikan “roh” dari pendidikan itu sendiri, pendidikan tidak boleh lepas dari fundamental bangsa ini yaitu Pancasila, dan tentunya Guru tidak hanya sebatas mendidik karena guru harus mampu menjadi teladan dan mampu mendorong anak didiknya untuk terus maju dan berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Related

Semua 6689000223554847989

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item