rohmans

EKONOMI DIBULAN RAMADLAN

Beberapa hari ini saya diberikesempatan untuk memberikan materi pemberdayaan ekonomi kreatif di Madura. Saat dimana ummat islam melakukan i...

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh226NtHyyjsDAr13rtLBo5huJF6EnWwnSLD6urteli7KAPd2pEvFze7K98rmMG0JxIt7z4WNlmAVPPwikZm0ezcABPGrmsnRe13VPSXTLpXm6EUDfZT0p2HjPjzc_d9SA_6IDq1EyFhw0U/s320/sorga+1.jpgBeberapa hari ini saya diberikesempatan untuk memberikan materi pemberdayaan ekonomi kreatif di Madura. Saat dimana ummat islam melakukan ibadah puasa Ramadlan, dimana Tak ada seorang Muslim pun yang tidak bergembira dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Hal ini mengingat begitu banyak anugerah dan ampunan Allah yang turun pada bulan suci ini. Berbagai amal dilipatgandakan pahalanya, setan diborgol, pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan pintu surga dibuka lebar-lebar. Lalu mengapa dalam bidang ekonomi kita tidak hanya bergembira tetapi masih harus “bersedih” dan muhasabah (menghitung diri)?
Tulisan singkat ini dimaksudkan agar kita merenung dan menghitung posisi umat dalam bidang tijarah dan iqtishad (bisnis dan perdagangan) yang terjadi selama bulan Ramadhan. Kita mulai dengan aspek yang menggembirakan. Tidak kurang dari 15 abad yang lalu, Rasulullah saw bersabda, “Ramadhan adalah bulan sabar, dan sabar balasannya adalah surga, Ramadhan adalah bulan pertolongan dan Ramadhan adalah bulan di mana kaum Muslimin ditambahkan rezekinya.” (HR Ibn Huzaimah).
Melalui hadis ini seolah Rasulullah memprediksi bahwa kaum Muslimin akan mengalami suatu pertumbuhan ekonomi dalam setiap bulan Ramadhan melebihi rata-rata bulan lainnya. Benarkah prediksi Rasulullah ini? Mari kita lihat fenomena berikut. Dari sisi pendapatan setiap karyawan di Indonesia baik Muslim maupun non-Muslim, swasta maupun pemerintah pasti akan bertambah menjadi 200 persen lebih banyak dari pendapan bulan-bulan biasa. Pertambahan 100 persen ini dimungkinkan dengan adanya Tunjangan Hari Raya (THR) yang sudah menjadi kewajiban perusahaan dan instansi serta hak karyawan. Berbagai bonus pun seringkali diberikan pada bulan suci ini.
Pertambahan income ini terjadi pula di sektor sosial (nonkomersial). Sesuai dengan rangsangan Allah yang tertuang dalam sebuah hadis qudsi yang intinya menegaskan bahwa barang siapa berinfak di bulan suci Ramadhan maka akan dilipatgandakan pahalanya menjadi 10 kali lipat bahkan hingga 700 kali lipat lebih besar dari pahala bulan biasa. Oleh karena itu, tidak heran kalau zakat, infaq, shadaqah yang berhasil dihimpun oleh Dompet Dhuafa Republika, Pos Keadilan Peduli Ummat, Baitul Maal Muamalat, serta lembaga ZIS lainnya pada bulan Ramadhan bisa mencapai empat hingga lima kali perolehan bulan-bulan biasa. Dengan kata lain purchasing power (daya beli) umat pada bulan suci Ramadhan bertambah tinggi minimal dua kali lipat lebih besar dari bulan-bulan biasanya.
Berkat peningkatan purchasing power ini kita menyaksikan fenomena kegembiraan kedua yaitu meningkatnya roda perdagangan dan bertambahnya jumlah barang dan jasa yang dibeli umat. Peningkatan ini terjadi di hampir semua sektor seperti angkutan, elektronika, pakaian dan busana, kue kering dan biskuit, sirup dan minuman, kendaraan roda dua dan empat, dan barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Sehingga tidak jarang tingkat inflasi pun mencapai titik tertinggi pada bulan suci ini.
Suatu hal yang sangat disayangkan setelah kegembiraan kedua ini muncul yaitu terjadinya kesedihan atau minimal keprihatinan ketika kita bertanya ke mana larinya dana umat tersebut? Ketika si ibu membeli minyak goreng hampir sulit menemukan minyak goreng kemasan yang diproduksi oleh umat, demikian juga ketika ia membeli kue kaleng dan sirup botol untuk berbuka puasa. Ketika si bapak akan menyewa mobil untuk mudik ke kampung bisa dipastikan seluruh merek mobil yang ada adalah buatan Jepang, Korena Selatan, Amerika, Swedia, atau Jerman. Tak ada satu pun mobil buatan Qatar, Kuwait, Aljazair, ataupun Indonesia.

Ironisnya ini terjadi bukan saja pada kendaraan roda empat tetapi juga pada kendaraan roda dua. Ketika kita akan mempergunakan sebagian dana THR untuk mengganti tv kita yang sudah usang maka pilihan kita hanyalah Sony, Sharp, Phillips, Samsung, JVC, atau Panasonic. Lagi-lagi buatan Mesir, Sudan, Nigeria, atau Palestina tidak ada. Apa yang bisa dilakukan Malaysia dan Indonesia masih terbatas kepada assembling dengan komponen impor yang masih tinggi dan sepenuhnya teknologi asing. Lebih dari itu ketika masjid akan mengganti sound system dan corong speaker di menara yang sudah mulai renta kita tidak menemukan produk dari Tunis, maupun Maroko. Subhanallah.

Kenyataan ini lebih jelas lagi jika kita membandingkan neraca ekspor dan impor negara-negara kaya minyak di Teluk. Negeri-negeri petrodolar tersebut hanya memiliki satu komoditas ekspor andalan yaitu minyak dan gas sementara mereka mengimpor hampir seluruh kebutuhan hidup lainnya, dari mulai beras, gandum, elektronika, kendaraan roda empat, buldozer, tv, kulkas, hingga pesawat tempur
Sesungguhnya mengkonsumsi barang dan jasa yang diproduksi umat lain dengan dana sendiri bukanlah suatu yang aib selama dananya diperoleh secara halal. Karena toh Rasulullah pun berdagang dengan berbagai umat lainnya. Yang mungkin akan menjadi aib adalah bila dalam perdagangan tersebut umat senantiasa di sisi yang defisit; kita mengkonsumsi barang mereka lebih banyak dari mereka mengkonsumsi barang kita. Keadaan ini akan lebih parah lagi jika kita menjadi sangat tergantung kepada mereka dan perekonomian kita diatur oleh mereka mulai dari produksi, finansial, dan distribusi. Umat Islam tidak lebih hanya dijadikan sebagai pasar untuk barang dan jasa mereka dan Ramadhan adalah ajang peningkatan pemasaran dan penjualan barang-barang tersebut. Bagi saudara-saudara yang umrah di bulan Ramadhan ini akan dengan jelas melihat dominasi produk asing di sekitar Masjidil Haram. Bangunan yang paling tinggi di sekitar 
Sumber : Sebagaian besar tulisan diatas dikutip dari Dr. M.Syafii Antonio





Related

Semua 8894451247907674373

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item