INDONESIA DIBAWAH BAYANG-BAYANG KRISMON TAHUN 1997-08
Dolar Amerika Serikat (AS) telah menembus level Rp 14.000. Level ini dianggap membuat pelaku pasar tidak nyaman karena mengingatkan pad...

https://rohman-utm.blogspot.com/2018/05/indonesia-dibawah-bayang-bayang-krismon.html

Dolar Amerika Serikat (AS)
telah menembus level Rp 14.000. Level ini dianggap membuat pelaku pasar tidak
nyaman karena mengingatkan pada krisis tahun 1998 yang amat menakutkan..rupiah
memang tidak melemah sendiri. rupiah melemah dengan mata uang negara lain. Yang
jelas level 14.000, membuat tidak nyaman
karena hampir mirip dengan krisis tahun 1998.
Kilas Krisis Ekonomi 1997-1998
Tahun 1997 - 1998 adalah sebuah tragedi yang bersejarah dan
tak terlupakan bagi Indonesia. Karena perekonomian Indonesia tercatat sebagai
keadaan yang paling suram. Begitu Soeharto menyatakan diri mundur sebagai
presiden ke-2 RI pada Tanggal 21 Mei 1998. banyak sekali tragedy-tragedi yang
terjadi di Indonesia. Kecenderungan pelemahan rupiah pasar, terus menjadi-jadi
Sejak aksi penembakan mahasiswa Trisakti tangal 12 Mei dan aksi penjarahan 14
Mei di Jakarta. Hal itu diikuti gelombang kerusuhan dan aksi politik yang tidak
habis-habisnya pasca mundurnya Soeharto.
Pada bulan Juli 1997, kurs Rupiah terhadap dollar
mulai merosot mencapai Rp. 17.000, pada saat inilah awal sejarah perekonomian
sangat buruk bagi masyarakat Indonesia. Merasa tidak mampu dan tidak percaya
diri menyelesaikan krisis yang ada, sejumlah pejabat pemerintah akhirnya
memunculkan wacana untuk meminta pertolongan IMF. Bahkan banyak media massa
dalam dan luar negeri yang saat itu memuat saran-saran agar Indonesia segera
meminta pinjaman pada International Monetary Fund (IMF).
Akhirnya, pada tanggal 8 Oktober 1997 pemerintah meminta
bantuan kepada IMF untuk memulihkan keadaan krisis ekonomi saat itu. sebenarnya
ECONIT secara tegas memperingatkan bahwa mengundang IMF hanya akan
menjerumuskan Indonesia ke jurang krisis yang lebih parah. ECONIT mengibaratkan
Indonesia sebagai orang sakit. Memang Indonesia menghadapi sejumlah penyakit
dan harus diberikan perawatan diriumah sakit, tetapi Indonesia tidak harus
masuk kedalam perawatan Unit Gawat Darurat (UGD) yang diibaratkan IMF.
Berdasarkan pengalaman dari negara-negara yang pernah bekerjasama dengan IMF,
hanya sementara saja IMF memberikan perekonomian yang stabil dan tidak lama
kemudian krisis itu kembali lagi. Tetapi Indonesia mengabaikan peringatan
dari ECONIT. Direktur Pelaksana IMF, Michel Camdessus, mengumumkan paket
bantuan IMF untuk Indonesia senilai 23 miliar dollar AS untuk menstabilkan
keuangan dan melakukan reformasi ekonomi. Bantuan tersebut terdiri atas 18
miliar dollar AS pinjaman badan multilateral dan lima miliar dollar AS sisanya
berasal dari pemerintah Indonesia. Toh, meskipun IMF telah mengumumkan
bantuannya kepada Indonesia, kurs rupiah tetap saja melemah hingga mencapai Rp
3.670.
Kebijakan yang disarankan IMF juga menjerumuskan Indonesia ke
krisis yang lebih parah, seperti kasus likuidasi 16 bank pada bulan November
1997, yang memicu rush terhadap puluhan bank besar Indonesia seperti Bank BCA
dan Bank Danamon, membuat kolaps sistem perbankan nasional, dan kian
menenggelamkan nilai tukar rupiah.
IMF juga memicu kerusuhan sosial melalui saran yang
diberikan. Atas saran IMF, untuk memangkas subsidi BBM dan listrik, pemerintah
menaikkan harga BBM antara 25 persen (minyak tanah) sampai 71 persen
(premium) pada tanggal 4 Mei 1998. Selang sehari kemudian, ribuan mahasiswa di
Makasar turun ke jalan dan terjadi bakar-bakaran untuk memprotes kenaikan harga
BBM. Pada hari-hari berikutnya, aksi tersebut meluas ke Medan, Surabaya, Solo,
Yogyakarta, dan puncaknya berakhir di Jakarta 12 Mei 1998. Akibat saran IMF
tersebut, ratusan orang meninggal di seluruh Indonesia, ribuan luka-luka, ratusan
gedung dan ribuan kendaraan hancur dan terbakar. Inilah contoh kesekian kalinya
di negara berkembang: terjadi kerusuhan sosial akibat saran IMF
Dengan kata lain sangatlah sulit bagi negara-negara yang
memiliki perekonomian yang berkembang diatas sistem keuangan dunia yang labil
dan cenderung menjerumuskannya kedalam perangkapnya. Rekayasa dan spekulasi
yang disengaja untuk menyerang mata uang suatu negara bisa berakibat fatal bagi
sistem ekonomi suatu negara secara keseluruhan. Bentuk aksinya adalah dengan
memperlemah sistem keuangan yang berlaku dengan negara yang bersangkutan. Hal
ini bisa terjadi oleh karena kekuatan berupa potensi dan yang dimilikinya dan
diperkuat dengan praktik dan institusi pasar valuta. Pada gilirannya,
praktik-praktik semacam ini menyebabkan negara dan rakyat yang aktif di sector
riil menanggung pil pahit dari akibat yang ditimbulkannya.
Penyebab Krisis Ekonomi
Indonesia adalah negara yang paling tidak diperkirakan akan
terkena krisis bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Ketika Thailand
mulai menunjukkan gejala krisis, orang umumnya percaya bahwa Indonesia tidak
akan bernasib sama. Fundamental ekonomi Indonesia dipercaya cukup kuat untuk
menahan eksternal shock akibat kejatuhan ekonomi Thailand.
Faktor utama yang menyebabkan krisis moneter tahun 1998 yaitu
faktor politik. Pada tahun 1998 krisis ekonomi bercampur kepanikan politik luar
biasa saat rezim Soeharto hendak tumbang. Begitu sulitnya merobohkan bangunan
rezim Soeharto sehingga harus disertai pengorbanan besar berupa kekacauan yang
mengakibatkan pemilik modal dan investor kabur dari Indonesia. Pelarian modal
besar-besaran karena kepanikan politik ini praktis lebih dahsyat daripada
pelarian modal yang dipicu oleh pertimbangan ekonomi semata. Karena itu, rupiah
merosot amat drastis dari level semula Rp 2.300 per dollar AS (pertengahan
1997) menjadi level terburuk Rp17.000 per dollar AS (Januari 1998). Penyebab
lainnya adalah:
Ø Stok hutang luar negeri swasta yang sangat besar dan
umumnya berjangka pendek, telah menciptakan kondisi bagi “ketidakstabilan”
ekonomi Indonesia. Pemerintah selama ini selalu ekstra hati-hati dalam
mengelola hutang pemerintah (atau hutang publik lainnya), dan senantiasa
menjaganya dalam batas-batas yang dapat tertangani (manageable). Akan tetapi
untuk hutang yang dibuat oleh sektor swasta Indonesia, pemerintah sama sekali
tidak memiliki mekanisme pengawasan.
Ø Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di
Indonesia. Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta
eksternal langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri. Pada waktu
yang bersamaan banyak sekali bank yang sesunguhnya tidak bermodal cukup
(undercapitalized) atau kekurangan modal, tetapi tetap dibiarkan beroperasi.
Semua ini berarti, ketika nilai rupiah mulai terdepresiasi, sistem perbankan
tidak mampu menempatkan dirinya sebagai “peredam kerusakan”, tetapi justru
menjadi korban langsung akibat neracanya yang tidak sehat.
Ø Sejalan dengan makin tidak jelasnya arah perubahan
politik, maka isu tentang pemerintahan otomatis berkembang menjadi persoalan
ekonomi pula. Akhirnya semua itu berkembang menjadi “krisis kepercayaan” yang
ternyata menjadi penyebab paling utama dari segala masalah ekonomi yang
dihadapi pada waktu itu. Akibat krisis kepercayaan itu, modal yang dibawa lari
ke luar tidak kunjung kembali, apalagi modal baru.
Ø Kegagalan dalam mengembalikan stabilitas
sosial-politik telah mempersulit kinerja ekonomi dalam mencapai pemulihan
secara mantap dan berkesinambungan. Meskipun persoalan perbankan dan hutang
swasta menjadi penyebab dari krisis ekonomi, namun, kedua faktor yang disebut
terakhir di atas adalah penyebab lambatnya pemulihan krisis di Indonesia.
Pemulihan ekonomi sangat sulit dan bahkan tidak mungkin dicapai, tanpa pulihnya
kepercayaan pasar, dan kepercayaan pasar tidak mungkin pulih tanpa stabilitas
politik dan adanya permerintahan yang terpercaya.
Dampak Krisis
Ekonomi
Berbagai dampak krisis ekonomi timbul di Indonesia. Krisis
ekonomi membawa dampak yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena
kurs nilai tukar valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika
dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam rupiah tetap. Dampak yang
terlihat seperti:
Ø Banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK pekerjanya
dengan alasan tidak dapat membayar upah para pekerjanya. Sehingga menambah
angka pengangguran di Indonesia.
Ø Pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga barang yang
naik cukup tinggi, yang mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat
barang-barang kebutuhan pokoknya.
Ø Harga BBM naik.
Ø Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter.
Ø Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang
sangat tajam.
Ø Banyaknya kelemahan dalam sistem perbankan di Indonesia.
Dengan kelemahan sistemik perbankan tersebut, masalah hutang swasta eksternal
langsung beralih menjadi masalah perbankan dalam negeri.
Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan
korupsi. Sehingga mengurangi pendapatan para pekerja yang lain. Banyak
perusahaan yang meminjam uang pada perusahaan Negara asing dengan tingkat bunga
yang lumayan tinggi, hal itu menambah beban utang Negara.
Solusi Krisis
Ekonomi
Setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur yang ingin dicapai
dan cita-cita tersebut mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional bangsa Indonesia yang tak luput dari
tantangan, ancaman, hambatan serta gangguan yang senantiasa perlu dihadapi
ataupun ditanggulangi mencakup seluruh komponen bangsa terutama para
penerus-penerus bangsa yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.
Pemerintah sudah berusaha untuk segera mengatasi dampak krisis. Namun
pemerintah tidak bisa bekerja sendiri dan membutuhkan dukungan semua pihak,
terutama rakyat Indonesia demi nasib bangsa. Langkah- langkah di antaranya:
Ø Presiden mengajak semua pihak dalam menghadapi krisis
global harus terus memupuk rasa optimisme dan saling bekerjasama sehingga bisa
tetap menjagar kepercayaan masyarakat.
Ø Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan mencari
peluang ekspor dan investasi serta mengembangkan perekonomian domestik.
Ø Mengoptimalkan APBN secara efisien untuk
terus memacu pertumbuhan dengan tetap memperhatikan `social safety net` dengan
sejumlah hal yang harus diperhatikan yaitu infrastruktur, alokasi penanganan
kemiskinan, ketersediaan listrik serta pangan dan BBM.
Ø Ajakan pada kalangan dunia usaha untuk tetap mendorong
sektor riil dapat bergerak. Bila itu dapat dilakukan maka pajak dan penerimaan
negara bisa terjaga dan juga tenaga kerja dapat terjaga. Sementara Bank
Indonesia dan perbankan nasional harus membangun sistem agar kredit bisa
mendorong sektor riil.
Ø Mengembangkan pasar dinegara-negara tetangga dikawasan
asia yang secara tidak lamgsung terkena pengaruh krisis keuangan AS.
Ø Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri
dan menggalakkan kembali penggunaan produk dalam negeri sehingga pasar
domestik akan bertambah kuat.
Ø Memanfaatkan peluang perdagangan internasional..
Ø Semua kalangan diharapkan untuk menghindari sikap
ego-sentris dan memandang remeh masalah yang dihadapi.
Ø Presiden meminta semua pihak melakukan komunikasi yang
tepat dan baik pada masyarakat. Tak hanya pemerintah dan kalangan pengusaha,
serta perbankan, Kepala Negara juga memandang peran pers dalam hal ini sangat
penting karena memiliki akses informasi pada masyarakat.
Benarkah 2018 akan terjadi Krisis Moneter Kembali ?
Setelah
memperhatikan kilas krisis moneter 1997-1998 saat itu rupiah anjlok hingga
menembus Rp.17.000,- dan fakta hari ini
9/5/2018 rupiah sudah menembus level 14.000,-
Sepertinya, Tinggal
menghitung hari, Indonesia akan memasuki tahun 2018 pengalaman krisis moneter yang
pernah melanda di tahun 1998 dan 2008, diprediksi Krisis Ekonomi Global akan
menerjang kembali pada tahun 2018.
Oleh Karena itu, apa
yang seharusnya dilakukan pemerintah agar sejarah kelam tidak terulang
kembali? Kita tunggu langkah pemerintah…sejujurnya masyarakat tidak ingin kembali krisis moneter 1997-98 terulang kembali.