MENJEMPUT KEMATIAN
Minggu 1 /12/19 Universitas Trunojoyo Madura turut berduka, 2 orang terbaik UTM telah dipanggil Allah SWT, Dosen Dr.Choirul Anam (dos...

https://rohman-utm.blogspot.com/2019/12/menjemput-kematian.html

Minggu 1 /12/19 Universitas Trunojoyo Madura
turut berduka, 2 orang terbaik UTM telah dipanggil Allah SWT, Dosen Dr.Choirul
Anam (dosen FEB), dan Suami Dosen Dr Hj.Iriani ( Ketua Perpus UTM). Semoga seluruh amal perbuatan diterima Allah
dan kedua almarhum diberikan tempat terbaik di sisi-Nya. Tulisan ini hanya
dalam rangka dzikr al maut (mengingat kematian) sebagai upaya
meningkatkan kwalitas Iman pada Allah SWT.
Kematian adalah taqdir yang telah ditetapkan. Dia pasti datang
meskipun tidak diundang. Tidak mengistimewakan status seseorang, karena
kematian pasti mendatangi setiap insan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah,
‘Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya, pasti kematian itu akan
menemuimu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah)’” (Q.S. Al Jumuah: 8). Allah Ta’ala juga berfirman (yang artinya), ”Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.” (Q.S. Al Ankabut: 57).
Namun demikian tidak ada satupun yang mengetahui taqdirnya. Dan
diantara hikmah Allah menyembunyikan taqdir, yaitu supaya tidak ada rasa ujub
disebabkan amal yang dikerjakannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Sesungguhnya salah
seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan ahli surga
sampai-sampai jarak antara dirinya dengan surga tinggal sehasta, akan tetapi
catatan taqdir mendahuluinya lalu diapun melakukan amalan ahli neraka maka
masuklah dia ke dalam neraka.” (H.R. Bukhari dan Muslim). Hikmah lainnya dari
penyembunyian takdir, yaitu supaya kita senantiasa beramal dan mempersiapkan
diri guna menjemput kematian terindah dalam bingkai husnul khatimah.
Husnul khotimah ini
merupakan pertanda baik untuk seseorang. Barangsiapa mendapatkannya, niscaya
tidak ada kesulitan dan kesengsaraan setelahnya. Jadilah husnul khatimah adalah hal yang dirindukan dan
didambakan setiap muslim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amalan
itu (tergantung) dengan penutupnya.” (H.R. Bukhari). Kemudian perkara ini pula yang
disenandungkan orang-orang shalih dalam doa mereka, Allah Ta’ala menceritakan isi doa orang-orang beriman
(yang artinya), “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbuat kebaikan.” (Q.S. Ali Imran: 193). Sehingga tidak ada
kematian yang lebih indah untuk seorang muslim, melainkan kematian dalam
keadaan husnul khatimah.
Kiat Menjemput Kematian Terindah
1.
Berpegang Teguh di Atas Agama Islam
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya
orang-orang yang kafir dan mati dalam keadaan kekafirannya, maka tidaklah akan
diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus
dirinya dengan emas (yang sebanyak) itu.” (Q.S. Ali Imran: 91). Syaikh As Si’di rahimahullahu menjelaskan bahwa orang-orang kafir,
apabila mereka tetap dalam keadaannya sampai meninggal dunia, maka kekafirannya
mengantarkan pada kesengsaraan abadi. Tidak ada sedikitpun (amalan) yang
memberikan manfaat bagi mereka.
2.
Senantiasa Berusaha Mengikhlaskan Amal
Ketika seseorang melakukan amal ibadah, wajib baginya untuk
mengikhlashkannya hanya untuk mencari ridha Allah Ta’ala. Terlarang baginya mengharapkan berbagai
tujuan duniawi, karena hal tersebut dapat mengantarkan dirinya pada su’ul khatimah (kebalikan husnul khatimah).
Oleh karenanya sahabat Sahl bin Sa’d radhiyallahu ‘anhu
meriwayatkan
bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersua dengan kaum musyrikin di suatu medan tempur
dan terjadilah perang antara kedua belah pihak. Maka tatkala kedua belah pihak
menepi ke barisannya masing-masing, ada seseorang dari barisan kaum muslimin
(berperang dengan luar biasa) sampai-sampai tidak ada satupun musuh yang keluar
dari barisannya kecuali orang tersebut mengejarnya hingga leher (musuh)
tertebas pedangnya.
Para sahabatpun dibuat kagum dengan hal itu dan berkata, “Tidak ada satupun di
antara kita yang dapat menyaingi pahala yang diperoleh orang tersebut.” Namun, demikian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata, “Adapun orang tersebut,
dia termasuk penghuni neraka.” Para sahabat berkata (keheranan), “Siapakah diantara kita
yang termasuk penghuni surga jika orang semisal diapun adalah penghuni neraka?” Lalu ada dari sahabat Nabi yang mengikuti
orang tersebut hingga menyaksikan akhir kehidupan orang tadi, yakni ia bunuh
diri disebabkan tidak bersabar dengan sakitnya luka (perang) yang didapatinya.
Sahabat yang menyaksikan peristiwa tersebut melaporkan kejadian itu dan
berkata, “Saya bersaksi bahwasannya engkau adalah Rasulullah.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata, “Sesungguhnya ada
seseorang yang melakukan amal shalih sebatas dalam pandangan manusia dan
sungguh ia termasuk penghuni neraka.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Orang yang berperang dengan gagah berani tersebut, dia tidaklah
berperang karena mencari ridha Allah, namun dia melakukan amalan shalih sebatas
untuk mendapat pandangan manusia, sehingga tujuannya dalam beramal menjadi
rusak. Rusaknya niat orang tersebut, mengantarkan dia pada su`ul khatimah. Penjelasan semisal diberikan terhadap hadits
yang paling awal disebutkan dalam tulisan ini, yaitu “Sesungguhnya salah
seorang dari kalian ada yang beramal dengan amalan ahli surga sampai jarak
antara dirinya dengan surga tinggal sehasta, akan tetapi catatan taqdir
mendahuluinya lalu diapun melakukan amalan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam
neraka.”. (Disarikan dari
islamqa.info).
3.
Taubat dari Segala Dosa dan Maksiat
Setinggi apapun keimanan seseorang, dia pasti bermaksiat kepada
Allah Ta’ala. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Setiap anak Adam pasti
berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang
bertaubat.” (H.R. Ibnu Majah
dinilai hasan oleh Al-Albani). Dalam hadits qudsi, Allah Ta’ala berfirman, “Wahai hamba-hamba–Ku, sesungguhnya kalian
melakukan kesalahan di siang maupun malam dan Aku Maha Mengampuni dosa, maka
mintalah ampunan kepada–Ku ! Niscaya Aku akan mengampuni kalian.” (H.R. Muslim).
Karena manusia pasti berbuat kesalahan, maka kiat berikutnya
untuk menjemput kematian terindah adalah taubat dari segala dosa dan maksiat,
memperbanyak taubat dan menyegerakannya. Dengan taubatnya, niscaya menjadi
sebab terhalangnya orang tersebut dari adzab. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Allah tidak akan
mengazab mereka, sedangkan mereka dalam keadaan meminta ampunan.” (Q.S. Al Anfal: 33).
4.
Istiqamah dalam Beramal
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling
dicintai Allah adalah amalan yang berkesinambungan meskipun sedikit.” (H.R. Muslim). Untuk mewujudkan kecintaan
Allah, maka kita harus mengusahakan berkesinambungannya amal atau istiqamah
dalam beramal. Istiqamah dalam amal menyebabkan kita senantiasa terhubung
dengan Allah Ta’ala. Adapun orang yang
tidak istiqamah, dikhawatirkan ketika dirinya tidak melakukan amalan shalih,
maka saat itu ajal menjemputnya.
Lebih khusus lagi, istiqamah dalam beramal adalah sebab
menjemput kematian terindah karena keistimewaan dibaliknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Jika seseorang sakit
atau melakukan safar, maka dia akan dicatat melakukan amalan sebagaimana amalan
rutin yang dia lakukan tatkala mukim dan dalam keadaan sehat.” (H.R. Bukhari). Berdasarkan hadits tersebut,
istiqamah dalam beramal adalah sebab mengalirnya pahala tatkala ada uzur yang
menghalangi kita dari amal rutin yang biasa dilakukan.
5.
Menjauhi Berbuat Zalim kepada Orang Lain
Apabila seseorang berbuat dosa, maka jauhilah perbuatan dosa
yang berkaitan dengan orang lain. Jangan sampai menzalimi orang lain, karena
hal itu bisa menjadi sebab su`ul khatimah akibat doa keburukan yang terlontar
dari orang yang terzalimi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Takutlah terhadap doa orang-orang yang
terzalimi, karena tidak ada hijab antara dirinya dengan Allah.” (H.R. Muslim).
6.
Selalu Ingat Kematian
Sesungguhnya umur kita di dunia sangatlah singkat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Umur umatku antara 60 sampai 70 tahun, dan
sedikit yang melampaui umur tersebut.” (H.R. Ibnu Majah, dinilai hasan Al-Albani). Setiap hari, kita
semakin meninggalkan dunia. Maka orang cerdas adalah yang paling banyak
mengingat kematian serta paling baik dalam mempersiapkan bekal untuk berpindah
ke alam berikutnya. Jika mampu demikian, semoga kita diwafatkan Allah dalam
keadaan terbaik. Sehingga kita dapat menjemput kematian terindah.
7.
Berdoa kepada Allah Ta’ala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya hati seluruh manusia berada
diantara dua jari dari sekian jari jemari Allah. Ia yang (berkuasa) memalingkan
hati sesuai kehendakNya.” Setelah
itu, Rasulullah berdoa, “Allahumma musharrifal qulub sharrif qulubuna ‘ala tha’atik” (H.R. Muslim). Selain itu kita juga dapat
memanjatkan redaksi doa lainnya tatkala kita bermunajat secara umum, semisal
“Ya Allah anugrahkanlah kepada kami husnul khatimah.”.
Penutup
Sungguh derajat orang – orang yang berilmu lebih tinggi dari
selainnya. “Allah akan meninggikan orang – orang beriman dan yang diberikan
ilmu beberapa derajat” (Q.S. Al Mujadilah: 11). Akan tetapi yang dimaksudkan adalah
orang yang diberikan ilmu dan mengamalkannya. Adapun yang mengetahui ilmu namun
tidak mengamalkannya, maka ilmu tersebut menjadi bumerang untuknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Al Quran adalah hujjah yang membelamu atau
hujjah yang mencelakakanmu.” (H.R. Muslim). Maka beramal adalah keharusan dan berilmu di atas
amal merupakan kewajiban.
Kaum muslimin yang
dimuliakan Allah. Kiat menjemput kematian terindah yang telah dipaparkan, hanya
sebagian dari sekian banyak lainnya. Walaupun begitu, semoga kita dapat
mengamalkan yang sedikit itu dan berharap kepada Allah, semoga Ia membukakan
cakrawala ilmu dan amal disebabkan karena kita mengamalkan ilmu yang diperoleh.
Semoga Allah ta’ala menganugerahkan kita husnul khatimah.
Wallahu a’lam.
Dikutip dari berbagai sumber