PERLUNYA MANAJEMEN LISAN
Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi kehidupan manusia dalam berinteraksi social sesama manusia adalah lisan. Dengan...

https://rohman-utm.blogspot.com/2019/09/perlunya-manajemen-lisan.html
Salah satu nikmat Allah SWT yang
sangat berarti bagi kehidupan manusia dalam
berinteraksi social sesama manusia adalah lisan. Dengan lisan manusia
berbahasa, berdialog, dan berkomunikasi. Dengan lisan pula
Rasul SAW menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umatnya.
Dengan lisan dapat membahagiakan sekaligus menyakiti orang, membuat orang menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang tersenyum. Dan tak jarang perdamian dan permusuhan yang tumbuh disekitar kita, disebabkan lisan kita.
Manusia diberi lisan yang tak pernah lepas hati sebagai objek lisan. Karena sesungguhnya apa yang diperbuat oleh lisan akan berpengaruh dengan hati seseorang.
Hanya
saja, tidak semua lisan terjaga dengan
baik. Kadang lisan digunakan untuk kebaikan. Tidak jarang pula lisan digunakan
untuk memproduksi kata-kata kotor, berita-berita hoax, fitnah, caci maki, teror, dan sebagainya.
Ada
pepatah yang sering didengar : “Mulutmu
adalah harimaumu”. Karena itu, perlunya manajemen lisan menjadi sangat
penting. Sebuah pepatah Arab menyatakan:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
(Keselamatan manusia itu sangat tergantung
pada pemeliharaan lisan). Ingin selamat..jaga lisannya.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Turmudzi, Nabi SAW pernah
duduk bersama 'Aisyah RA. Tiba-tiba Sofiah Binti Huyai, istri beliau, datang
menemui keduanya. 'Aisyah terlihat agak cemburu, dan berkata kepada beliau:
"Cukuplah dia (Sofiah)
yang pendek itu untukmu!" Nabi
langsung menegur keras 'Aisyah: "Engkau
sungguh telah mengeluarkan kata-kata yang jika dicampurkan dengan air laut,
niscaya airnya menjadi sangat keruh!".
Teguran Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa siapapun,
termasuk istri beliau sendiri, harus berhati-hati dalam menggunakan lisannya.
Jika tidak, maka lidah yang tidak bertulang itu dapat menimbulkan bencana.
Sebuah
syair Arab menyatakan: "Jagalah
lisanmu jika engkau berbicara, sebab lisan dapat membawa bencana. Ketahuilah
bahwa bencana itu sangat bergantung pada lisannya."
Karena
itu, Nabi SAW bersabda: "Tidak
akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati
seorang hamba sebelum lurus (benar) lisannya." (HR Ahmad).
Menjaga dan memanej lidah sangat penting bagi setiap Muslim.
Indikator keberislaman seseorang, antara lain, terletak pada kemampuannya
menjaga lidah untuk tidak digunakan untuk berkata kotor, menyakiti hati orang
lain, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, dan sebagainya.
"Yang disebut Muslim adalah orang yang
lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." (HR
Muslim). Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir
hendaklah berkata baik atau diam." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Setidaknya
ada lima cara mudah untuk memanej lisan agar apa yang diucapkan itu tidak
sia-sia.
Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Kedua,
carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya
berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara,
sebab "Sebaik-baik
perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif (tepat sasaran, bermakna) (HR
At-Tabarani).
Ketiga,
iringi setiap perkataan dengan dzikir kepada Allah agar tidak berlebihan
dalam berbicara. "Janganlah
engkau banyak berbicara tanpa dzikir kepada Allah, sebab banyak
bicara tanpa dzikir kepada Allah dapat mengeraskan hati. Sementara, orang
yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." (HR
At-Turmudzi).
Keempat,
jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah
(terutama bagi yang sedang berkampanye) daripada menepatinya. Jika perkataan
seseorang tidak lagi dapat dibuktikan dengan perbuatannya, maka terjadilah
krisis kepercayaan dan menyebabkan kemurkaan Allah.
"Hai orang-orang beriman, mengapa engkau
mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa
kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." (QS Ash-Shaff
[61]: 2-3).
Kelima,
jauhi ghibah (membicarakan aib orang lain) dan perkataan tidak terpuji karena
hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi.
Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah.
Menjauhi
ghibah merupakan pangkal keselamatan. 'Uqbah Bin 'Amir pernah bertanya
kepada Nabi SAW: "Apa
itu keselamatan?" Nabi menjawab: "Kendalikan lisanmu,
berusahalah untuk (kebutuhan) rumah tanggamu, dan tangisilah kesalahanmu."
(HR At-Turmudzi).
Jadi, perlunya memanej lisan untuk kebaikan dan kemasalahatan diri sendiri dan orang lain
merupakan kunci keberhasilan dan keselamatan kita semua. Karenanya, kita harus
mensyukuri nikmat lisan ini hanya untuk kebaikan, bukan untuk menebar fitnah,
kebencian, dan kemaksiatan.
Dr. Abdur Rohman.S.Ag.MEI
Dosen Fakultas Keislaman