rohmans

PERLUNYA MANAJEMEN LISAN

Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi kehidupan manusia dalam berinteraksi social sesama manusia adalah lisan. Dengan...

Bahaya Tidak Menjaga Lisan
Salah satu nikmat Allah SWT yang sangat berarti bagi kehidupan manusia dalam berinteraksi social sesama manusia adalah lisan. Dengan lisan manusia berbahasa, berdialog, dan berkomunikasi. Dengan lisan pula Rasul SAW menyampaikan pesan-pesan Ilahi kepada umatnya.
Dengan lisan dapat membahagiakan sekaligus menyakiti orang, membuat orang menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang tersenyum. Dan tak jarang perdamian dan permusuhan yang tumbuh disekitar kita, disebabkan lisan kita. 
Manusia diberi lisan yang tak pernah lepas hati sebagai objek lisan. Karena sesungguhnya apa yang diperbuat oleh lisan akan berpengaruh dengan hati seseorang.
Hanya saja, tidak semua lisan terjaga  dengan baik. Kadang lisan digunakan untuk kebaikan. Tidak jarang pula lisan digunakan untuk memproduksi kata-kata kotor, berita-berita hoax,  fitnah, caci maki, teror, dan sebagainya.
Ada pepatah yang sering didengar : “Mulutmu adalah harimaumu”. Karena itu, perlunya manajemen lisan menjadi sangat penting. Sebuah pepatah Arab menyatakan: 
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
(Keselamatan manusia itu sangat tergantung pada pemeliharaan lisan). Ingin selamat..jaga lisannya.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Turmudzi, Nabi SAW pernah duduk bersama 'Aisyah RA. Tiba-tiba Sofiah Binti Huyai, istri beliau, datang menemui keduanya. 'Aisyah terlihat agak cemburu, dan berkata kepada beliau: "Cukuplah dia (Sofiah) yang pendek itu untukmu!"  Nabi langsung menegur keras 'Aisyah: "Engkau sungguh telah mengeluarkan kata-kata yang jika dicampurkan dengan air laut, niscaya airnya menjadi sangat keruh!".
Teguran Nabi SAW tersebut menunjukkan bahwa siapapun, termasuk istri beliau sendiri, harus berhati-hati dalam menggunakan lisannya. Jika tidak, maka lidah yang tidak bertulang itu dapat menimbulkan bencana.
Sebuah syair Arab menyatakan: "Jagalah lisanmu jika engkau berbicara, sebab lisan dapat membawa bencana. Ketahuilah bahwa bencana itu sangat bergantung pada lisannya."
Karena itu, Nabi SAW bersabda: "Tidak akan lurus iman seorang hamba sebelum lurus hatinya, dan tidak akan lurus hati seorang hamba sebelum lurus (benar) lisannya." (HR Ahmad).
Menjaga dan memanej lidah sangat penting bagi setiap Muslim. Indikator keberislaman seseorang, antara lain, terletak pada kemampuannya menjaga lidah untuk tidak digunakan untuk berkata kotor, menyakiti hati orang lain, memfitnah, memprovokasi, mengadu domba, dan sebagainya.
"Yang disebut Muslim adalah orang yang lisan dan perbuatan tangannya membuat orang lain aman dan selamat." (HR Muslim). Karena itu, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata baik atau diam." (HR Al-Bukhari dan Muslim)
   
Setidaknya ada lima cara mudah untuk memanej lisan agar apa yang diucapkan itu tidak sia-sia. 
Pertama, jangan berkata kalau tidak bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kedua, carilah waktu, kata-kata dan situasi yang tepat untuk berbicara. Artinya berbicaralah sesuai dengan keperluan. Karena itu, jangan terlalu banyak berbicara, sebab "Sebaik-baik perkataan adalah yang singkat tapi padat dan efektif (tepat sasaran, bermakna) (HR At-Tabarani).
Ketiga, iringi setiap perkataan dengan dzikir  kepada Allah agar tidak berlebihan dalam berbicara. "Janganlah engkau banyak berbicara tanpa  dzikir  kepada Allah, sebab banyak bicara tanpa dzikir kepada Allah  dapat mengeraskan hati. Sementara, orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang berhati keras." (HR At-Turmudzi).
Keempat, jangan suka mengobral janji ketika berbicara, karena berjanji itu lebih mudah (terutama bagi yang sedang berkampanye) daripada menepatinya. Jika perkataan seseorang tidak lagi dapat dibuktikan dengan perbuatannya, maka terjadilah krisis kepercayaan dan menyebabkan kemurkaan Allah.
"Hai orang-orang beriman, mengapa engkau mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." (QS Ash-Shaff [61]: 2-3).
   
Kelima, jauhi ghibah (membicarakan aib orang lain) dan perkataan tidak terpuji karena hal ini dapat mengundang keterlibatan setan untuk membumbui dan memprovokasi. Karena itu, carilah mitra bicara yang tidak suka melakukan ghibah.
Menjauhi ghibah merupakan pangkal keselamatan. 'Uqbah Bin 'Amir pernah bertanya kepada  Nabi SAW: "Apa itu keselamatan?" Nabi menjawab: "Kendalikan lisanmu, berusahalah untuk (kebutuhan) rumah tanggamu, dan tangisilah kesalahanmu." (HR At-Turmudzi).
 Jadi, perlunya memanej lisan untuk kebaikan dan kemasalahatan diri sendiri dan orang lain merupakan kunci keberhasilan dan keselamatan kita semua. Karenanya, kita harus mensyukuri nikmat lisan ini hanya untuk kebaikan, bukan untuk menebar fitnah, kebencian, dan kemaksiatan.

Dr. Abdur Rohman.S.Ag.MEI
Dosen Fakultas Keislaman

Related

Artikel 4665853048991847281

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

639135

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item