BENARKAH AL-KITAB = FIKSI
Sambil befikir menulis soal UTS, tiba-tiba terbersit untuk menulis dan menanggapi pemberitaan yang sedang hangat di medsos tetntang ...
https://rohman-utm.blogspot.com/2018/04/benarkah-al-kitab-adalah-fiksi.html
Sambil befikir menulis soal UTS,
tiba-tiba terbersit untuk menulis dan menanggapi pemberitaan yang sedang hangat
di medsos tetntang tentang statemen Rocky
Gerung bahwa Kitab Suci itu Fiksi.
Sebaiknya
kaum muslimin jangan mudah terbakar seperti pentol korek api. Dengan digesek
sedikit aja langsung terbakar, Mari bersama menggali dan mengedapankan how to know sehingga Islam terasa Indah
dimata dunia.
Mari bersama dikaji lebih dalam,
sebenarnya para ahli Balaghah dan
ahli Tafsir Al-Quran pun menyatakan hal yang sama…
Fiksi
berbeda dengan fiktif. Fiksi adalah sebuah prosa naratif yang bersifat
imajiner, namun tetaplah masuk akal dan mengandung kebenaran. Sedangkan fiktif
adalah cerita bohong demikian kata Rocky Gerung prof filsafat UI.
Bahasa Arab
yang tepat untuk istilah fiksi adalah al-khayal
atau al-tashawur, sedangkan bahasa
Arab untuk cerita fiktif adalah asathir/usthurah.
Di zaman dahulu, para penolak al-Quran menuduh al-Quran sebagai cerita bohong
warisan nenek moyang (asatirul awalin).
Para
ahli ilmu balaghah dan ahli tafsir
menyatakan bahwa di dalam al-Quran terdapatkan cerita fiksi (qishatul khayal) untuk mengimajinasikan
kiamat beserta sifat surga neraka, mendramatisasikan cerita umat terdahulu, dan
hal-hal yang ghaib lainnya, sehingga seakan-akan dekat, hadir, tampak nyata,
dan mudah dipahami oleh umat manusia. Unsur-unsur fiksi tersebut dikaji dalam
bab Tasybih dan Isti’aroh yang berfungsi untuk menyerupakan dan mengumpamakan
sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Para
ulama klasik yang mengkaji teori-teori tersebut antara lain Al-Jahid dalam
kitab Al Kamil, Abdullah bin al-Mu’taz dalam kitab Al-Badi’, Musa Al-Ramani
dalam I’jazul Quran, Abu Hilal al-Askari dalam kitab al-Shana’atayn,
Al-Baqilani dalam kitab I’jazul Quran, dan Al-Jurjani dalam Asrarul Balaghah dan
Dalailul I’jaz.
Dalam perkembangan kajian modern
Al-Quran, Sayid Qutb dan Rasyid Ridha mengembangkan kajian fiksi tersebut dalam
Teori Seni Imajinasi (Nadhariyatu Tashwir
al-Fanni). Bahkan, mereka menilai, salah satu kemukjizatan Al-Quran
terletak pada nilai sastra yang tinggi, antara lain keindahan dan kekuatan
bahasa Al-Quran yg memanfaatkan seni imajinasi sehingga Al-Quran mampu
menghadirkan hal-hal yang ghaib, kejadian masa lalu, dan masa depan dengan cara
yg mudah dicerna oleh akal manusia.
Di era kontemporer ini, banyak juga
para sarjana ilmu Al-Quran yang menulis hal itu, antara lain Muhammad
Khalafullah dalam kitab Al-Fann
al-Qashashi fil Qur’an (Seni Cerita dalam Al-Quran), Dr. Salman Ibn Fahd Al-Audah dalam artikelnya yg berjudul Tajribatu Al-Takhayul Al-Qurani
(Eksperimentasi Fiksi Al-Quran) dan lain-lain.
Saya masih belum menyimpulkan….benarkah
Al-Quran Al-Karim yang turun dalam masa
sekitar 22 tahun atau tepatnya, menurut sementara ulama, dua puluh dua tahun,
dua bulan dan dua puluh dua hari. Dikatakan Fiksi…?????
Sebelum diakhiri
Mari kita merenungkan Al Quran Surat Ath
Thuur ayat 34 (52:34) “ Maka hendaklah
mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka
orang-orang yang benar “
Jika
al-Qur.an adalah fiksi, mungkin akan didapati sejumlah orang yang membuat dan
menyusun fiksi semacam al-Quran, dan sejauh ini belum ada satupun manusia yang
bisa menandingi bahasa al-Qur’an dengan segala keistimewaan-keistimewaanya….
Wallahu a’lama
bi alshawabi