PENTINGNYA IMAJINASI DALAM MANAJEMEN
Keputusan mempunyai dua makna yang berbeda Profesor G.L.S. Shackle adalah ahli ekonomi yang terkenal. Peter Drucker menjulukinya ...
https://rohman-utm.blogspot.com/2017/08/pentingnya-imajinasi-dalam-manajemen.html
Keputusan mempunyai dua makna yang berbeda
Profesor G.L.S. Shackle adalah ahli ekonomi yang terkenal. Peter Drucker
menjulukinya "rising star" dalam bidang ekonomi di Inggris. Dalam
makalahnya yang masyhur, "Policy, Poetry and Success", Shackle
mengatakan bahwa imajinasi sama pentingnya dengan nalar dalam bisnis.
Imajinasi lebih penting ketimbang pengetahuan
Einstein pernah mengatakan bahwa imajinasi bahkan lebih penting ketimbang
pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri sebenarnya merupakan produk dari
imajinasi. Apapun yang baru, apakah dalam ilmu pengetahuan, dalam seni atau
dalam bisnis, disebabkan oleh imajinasi. Bahkan orang biasa pun selalu
mengimajinasikan dan memimpikan sesuatu. Bernard Shaw berkata: " Sementara
orang melihat sesuatu yang ada dan bertanya mengapa. Saya memimpikan hal-hal
yang tidak pernah ada dan bertanya mengapa tidak".
Teori Keputusan Shackle
Pengambilan keputusan mengandung dua makna yang berbeda: menemukan kebenaran
(truth-finding) dan menciptakan kebenaran (truth-making). Ambillah contoh
pengembangan suatu produk baru. Anda dapat memastikan biaya produksi jika Anda
mempunyai semua data yang diperlukan dan jika Anda bekerja dengan sistem
penetapan biaya yang baik. Ini adalah penemuan kebenaran. Tetapi kemudian Anda
harus memberi nama produk baru tersebut dan mengiklankannya sepatutnya. Ini
adalah tugas yang sama sekali berbeda. Bila Anda akhirnya menamai produk
tersebut, Anda menciptakan kebenaran, Anda menemukan sesuatu. Kedua kegiatan
ini berbeda. Yang pertama memerlukan pendekatan matematik dan perhitungan,
sedangkan yang kedua menuntut pendekatan puitis, imajinatif. Yang satu adalah
laksana membuktikan sebuah teorema dalam geometri yang lain seperti melukis
pemandangan.
Keputusan adalah memilih diantara hasil-hasil imajinasi
Bila Anda harus memutuskan sesuatu, terlebih dahulu Anda akan membayangkan
sejumlah alternatif yang kesemuanya merupakan hasil imajinasi Anda. Dalam hal
seorang pengusaha ingin menginvestasikan dana sebesar Rp. 500.000.000,- dalam
suatu bisnis baru, kemungkinannya sangat banyak tetapi nyatanya, ia hanya dapat
memikirkan beberapa alternatif saja. Mustahil untuk memikirkan semua bisnis
yang mungkin. Ia mungkin dapat menyusun profil dari banyak bisnis yang
menggambarkan berbagai aspek seperti teknologinya, kebutuhan akan tenaga
kerjanya, kebutuhan modalnya, potensi pasarnya, resiko dan kemampu-labaannya.
Tetapi semua informasi ini meragukan karena masa depan tidak pasti. Pengetahuan
baru, penemuan baru, perkembangan politik dan sosial dapat dengan
sekonyong-konyong mengubah gambaran itu. Tetapi, pengusaha ini harus mengambil
keputusan dan ia akan sangat bersandar pada imajinasinya.
Marcks & Spencer: "Bisnis kami adalah revolusi sosial"
Daripada menyajikan tesis Shackle secara teoritis, akan jauh lebih menarik
mengilustrasikannya dengan situasi yang nyata. Shackle mengatakan, "Bisnis
adalah membuat dan melaksanakan kebijakan." Ambillah contoh kasus Marks
& Spencer yang didirikan pada tahun 1884 sebagai toko amal yang menjual
barang-barang murahan. Pada tahun 1915, usaha ini berkembang menjadi toko
pengecer kelas satu. Pada tahun 1924, Simon Marcks pergi ke Amerika. Ini
merangsang pemikiran imajinatif eksekutif puncak Marcks & Spencer yang kemudian
meredefinisikan sasaran mereka sebagai revolusi sosial. Mereka memutuskan untuk
menjual busana yang bermutu tinggi dan terancang baik dengan harga yang
terjangkau golongan menengah ke bawah dan golongan pekerja dan dengan demikian
meniadakan perbedaan kelas berdasarkan gaya busana. Ini merupakan keputusan
yang sangat berani dan imajinatif yang membawa perusahaan tumbuh secara
spektakuler.
Informasi harus digunakan secara imajinatif
Robert E. Wood memprakarsai revolusi pemasaran yang besar di Amerika pada
pertengahan tahun dua puluhan. Ketika itu ia bekerja pada sebuah perusahaan
yang bernama Montgomery Ward yang mengkhususkan diri dalam bisnis pesanan lewat
surat (mail order). Wood menyampaikan memo kepada perusahaan ini
mendesaknya agar mendirikan rangkaian toko pengecer. Memo ini diabaikan. Wood
keluar dari perusahaan dan bergabung dengan Sears, Roebuck and Company. Sears
dengan segera menerima dan melaksanakan gagasan Wood dengan sukses yang besar.
Memo Wood merupakan dokumen bersejarah yang penting. Memo tersebut tidak
mengandung informasi statistik atau analisis apa pun. Tetapi ia memperlihatkan
wawasan yang sangat berharga terhadap perubahan kebutuhan sosial dan merupakan
pendekatan imajinatif yang orisinal terhadap masalah pemasaran. Angka dan fakta
sendiri sebenarnya tidak berarti apa-apa, mereka baru bermakna bila ditafsirkan
secara imajinatif.
|
|
Persuasi adalah seni
Almarhum Per Jacobsson, Direktur Eksekutif International Monetary Fund (IMF),
berusaha keras untuk meyakinkan Jenderal de Gaulle akan perlunya mengendalikan
sistem moneter secara efektif. De Gaulle tidak mengindahkan nasehat ini dan
situasi dengan cepat memburuk. Per Jacobsson kemudian berkata kepadanya,
"Jenderal, tahukah Anda sumbangan terbesar dari Napoleon bagi kejayaan
Perancis? Ia mempersembahkan mata uang yang kuat bagi negeri ini dan selama
seratus tahun setelah itu ekonomi Perancis tidak pernah mundur. Kini Perancis
mengharapkan Anda menghidupkan kembali kejayaan Napoleon". Jenderal de
Gaulle seketika terkesan dan mengambil langkah-langkah yang paling energetik
untuk menstabilkan mata uang Prancis. Persuasi bukanlah proses yang sepenuhnya
logik. Ia adalah seni. Persuasi membutuhkan pemahaman yang imajinatif terhadap
suatu situasi.
The Nippon Oil Seal Company
Ini adalah perusahaan Jepang yang menggunakan pendekatan sangat imajinatif
terhadap masalah karyawan -manajemen berdasarkan filosofi "Saling Percaya
dan Tenggang Rasa". Pada suatu ketika perusahaan menghadapi masalah
karyawan yang serius berkenaan dengan bonus. Perusahaan baru saja melakukan
program perluasan dan tidak lagi mempunyai dana untuk bonus. Para karyawan
menolak untuk bekerja lembur dan pesanan ekspor yang penting dapat tidak
terpenuhi jika demikian. Situasi sangat kritis. Direktur perusahaan menemui
seluruh karyawan dan berkata, "Ada seorang ibu lewat di depan toko roti
bersama anaknya yang masih kecil yang belum makan apa pun sejak pagi. Si anak
minta dibelikan roti tetapi ibunya tidak mempunyai uang sepeser pun. Cobalah
Anda semua memahami bagaimana perasaan sang ibu dalam situasi seperti itu.
Hanya inilah yang dapat saya katakan sekarang." Keesokan harinya ketua
serikat pekerja di perusahaan itu berkata kepada direktur tadi, "Jangan
khawatir, pak. Kami memahami posisi Anda dan kami bersedia bekerja
lembur."
Perusahaan ini mempunyai program yang dinamakan "Keluarga Dua Tunas
Bambu" atau Sojunkai untuk partisipasi karyawan dalam manajemen.
Gagasannya adalah bahwa manajemen dengan karyawan itu seperti sepasang tunas
bambu yang baru saja mulai tumbuh. Mereka harus saling membantu agar tumbuh
menjadi pohon bambu yang besar dan akan membentuk rumpun yang rindang. Ini
tentu saja, merupakan pendekatan yang imajinatif terhadap suatu masalah yang
kompleks.
Film seri televisi Xerox tentang PBB
Beberapa puluh tahun yang lalu dalam rapat tahunan pemegang sahamnya Xerox
mengumumkan bahwa perusahaan ini akan membelanjakan 4 juta dollar untuk membuat
film seri televisi khusus mengenai PBB tanpa disisipi iklan sedikit pun.
Beberapa pemegang saham dengan keras menolak usulan ini. Keberatan ini
dikalahkan oleh suatu mayoritas, ketika seorang pemegang saham, ia sendiri
adalah aktor yang populer, berkata "Yang kita saksikan di televisi
sekarang hanyalah cerita tentang detektif yang mencungkil usus orang, kisah
western yang bodoh dan misteri-misteri. Menyiarkan film tentang PBB di televisi
bagi Xerox sangatlah baik." Setelah itu, manajemen menerima lima belas
ribu surat yang menolak program tersebut. Tentu saja surat-surat ini diabaikan.
Direktur perusahaan mengatakan, "Kerjasama dunia adalah bisnis kami karena
tanpa itu tidak akan dunia dan karenanya tidak akan ada bisnis." Inilah
visi imajinasi besar dalam manajemen.
Anda tidak pernah dapat meliarkan kembali titik yang jinak
CEO IBM, Tom Watson Jr, merasa khawatir kalau-kalau para eksekutifnya telah
menjadi penakut. Ia ingin agar mereka memelihara kualitas inovatif serta
wawasan ke depan yang independen. Ia menceritakan kepada mereka sebuah kisah
karangan filsuf Denmark yang terkenal, Kierkegaard.
Ia bercerita tentang seorang laki-laki di pantai Zealand yang senang mengamati
itik-itik liar terbang ke selatan secara berombongan setiap musim gugur. Karena
merasa iba, ia mulai memberi mereka makan di sebuah danau dekat tempat itu. Setelah
beberapa lama, sebagian itik-itik itu tidak lagi terbang ke selatan; mereka
melewati musim dingin di Denmark di tempat laki-laki tadi memberi mereka makan.
Makin lama mereka makin malas terbang. Ketika itik-itik liar lain kembali dari
selatan, itik-itik ini akan terbang berputar-putar menyambut kedatangan mereka
tetapi kemudian kembali lagi ke tempat makan mereka di tepi danau. Setelah tiga
atau tempat tahun, mereka telah menjadi begitu malas dan gemuk sehingga
mendapat kesukaran untuk terbang. Kierkegaard menyimpulkan maksudnya--Anda
dapat menjinakkan itik liar, tetapi Anda tidak pernah dapat meliarkan kembali
itik yang telah jinak itu. Dapat pula kita tambahkan bahwa itik yang telah
jinak tidak akan pernah pergi kemana-mana lagi.