MENDORONG DAKWAH EKONOMI MELAUI DINAR COIN
Tulisan 2 Dinar Dalam Hadits Rasulullah Ada sejumlah hadis terkait dengan dinar, yang dapat dimaknai sebagai motivasi anatara lain ada...

https://rohman-utm.blogspot.com/2017/04/mendorong-dakwah-ekonomi-melaui-dinar.html
Tulisan 2
Dinar Dalam Hadits Rasulullah
Ada sejumlah hadis terkait dengan dinar, yang dapat dimaknai sebagai motivasi anatara lain adalah sebagai berikut :
يأتي على الناس زمان من لم يكن معه أصفر ولا أبيض، لم يتهن بالعيش
"Akan datang suatu masa pada umat manusia, dimana pada saat itu orang yang tidak memiliki kuning (emas) dan putih (perak), dia tidak disusahkan oleh kehidupan.[1]"
يأتي على الناس زمان لا ينفع فيه الدرهم والدينار
"Akan datang suatu masa pada umat manusia, dimana saat itu tidak berguna uang emas (Dinar) dan uang perak (Dirham) [2]."
Hadits-hadits ini secara tekstual dapat dipahami sebagai perintah untuk memiliki uang emas (Dinar), meninggalkan uang kertas, sekaligus dapat dijadikan spirit motivasi dalam menjalani kerasnya kehidupan, dan memahami pentingnya dinar dalam kehidupan manusia dalam rangka Istihbab al-Mal ( anjuran untuk memiliki harta)
Pendapat Para Ulama
Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation, seorang Islam bernama al-Ghazali (w.1111 M), telah membahas fungsi uang dalam perekonomian.
Secara panjang lebar, ia membahas fungsi uang dalam bab “syukur” pada kitab Ihya Ulumuddin. Dalam Bab itu ia mengatakan, “Di antara ni’mat Allah ialah berlakunya dinar dan dirham. Dengan dinar dan dirham itu, kehidupan dunia bisa diatur, padahal keduanya tak lebih dari logam, yakni barang yang pada asalnya tidak berguna apa-apa. Tetapi semua orang tertarik pada kedua mata uang itu, sebab setiap orang membutuhkan bermacam-macam barang untuk makan, pakaian dan kebutuhan-kebutuhan lainnya
Sementara Ali al-Qari dalam kitab Misykat al-Mashabih,
كان المال فيما مضى يكره، فأما اليوم فهو ترس المؤمن، لولا هذه الدنانير لتمندل بنا هؤلاء الملوك، من كان في يده من هذه شيئ، فليصلحه؛ فإنه زمان إن احتاج كان أول من يبذل دينه
"Dahulu harta adalah sesuatu yang dibenci, sedangkan sekarang harta itu menjadi benteng seorang mukmin. Tanpa memiliki Dinar, niscaya kita sudah menjadi bulan-bulanan (budak) para raja. Karena itu, siapapun yang memiliki Dinar, maka hendaklah dia menggunakannya secara baik. Sebab, sekarang ini adalah zaman dimana bila seseorang punya keinginan (kebutuhan), maka dia akan menjadi orang yang pertamakali menjual agamanya (karena tidak punya harta)."[3]
Apa yang dilakukan oleh penulis kitab ini, ingin menjelaskan urgensi harta kekayaan secara umum, baik itu berupa emas-perak biasa, atau berupa uang emas-perak, termasuk uang kertas dan berbagai bentuk harta kekayaan lainnya. Bahkan, at-Tibrizi yang menjabarkan isi kitab hadits Mirqah, menjelaskan bahwa ucapan Sufyan di atas menafsirkan hadits-hadits tentang Dinar dan Dirham di atas.
Hasilnya, hadits-hadits itu hanya menganjurkan untuk memiliki harta, baik itu berupa emas-perak, uang emas-perak, uang kertas atau lainnya, bukan terkhusus pada uang emas (Dinar) dan perak (Dirham). Sebab, akan datang sebuah masa dimana harta kekayaan bisa menyelamatkan harga diri dan agama seorang mukmin.
Dengan ungkapan lain, umat manusia akan dihadapkan kepada suatu zaman dimana saat itu uang menjadi "segala-gala"-nya. Semuanya diukur dan didapatkan dengan uang. Karenanya, tanpa memiki uang pada saat itu, seseorang dikhawatirkan akan menjual agama dan akidahnya, hanya untuk memenuhi kebutuhan sementara dia tidak punya uang.
[1] HR. ath-Thabarani
[2] HR. Ahmad).
[3] Ucapan ulama salaf ini, dicatat oleh Mulla Ali al-Qari dalam kitab Misykat al-Mashabih, dengan sub-bab bertemakan "Istihbab al-Mal"