PELUANG DAN TANTANGAN EKONOMI ISLAM DI MAADURA
PELUANG DAN TANTANGAN EKONOMI ISLAM DI PULAU MADURA Oleh: Dr.Abdur Rohman. S.Ag.MEI [1] Dosen Ekonomi Islam di Prodi Ekonomi Isl...

https://rohman-utm.blogspot.com/2016/02/peluang-dan-tantangan-ekonomi-islam-di.html
PELUANG DAN
TANTANGAN EKONOMI ISLAM
DI PULAU MADURA
Oleh: Dr.Abdur Rohman. S.Ag.MEI[1]
Dosen Ekonomi Islam di Prodi Ekonomi Islam
Universitas Trunojoyo Madura
Latar Belakang
Problema dunia yang selalu menjadi perhatian utama manusia modern,
kata Baqir al-Shadr, adalah pertanyaan tentang sistem apa yang paling sesuai
untuk membangun kehidupan sosial umat manusia itu sendiri.[2] Inilah pertanyaan paling
pelik dan sangat sensitif yang selalu menghadang mereka sejak kehidupan
sosialnya dimulai. Karena saling bekerjasama merupakan basis kehidupan sosial,
maka diperlukan suatu sistem hukum untuk mengatur hubungan-hubungan antara
sesama manusia tersebut. Semakin relevan dan semakin konsisten sistem itu
dengan watak dan kepentingan-kepentingan manusia, maka ia akan semakin menjamin
kemakmuran dan solidaritas masyarakat manusia dalam arti yang sesungguhnya. Di antara sistem hukum kehidupan
yang amat dibutuhkan oleh umat manusia tersebut adalah sistem ekonomi yang
harus berbeda dengan sistem-sistem sebelumnya yang lebih memiliki dimensi Ilahiyah
dan Insyaniah.
Selanjutnya, bagaimana dengan Madura ? melihat perkembangan ekonomi Islam
dewasa ini?
Potensi dan Peluang Ekonomi Madura
Sejak Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada 10
Juni 2009 telah meresmikan Jembatan yang menghubungkan antara Pulau Jawa dengan
Pulau Madura. Jembatan sepanjang 5.438 meter yang diberi nama Jembatan Suramadu
ini diharapkan akan menjadi penopang kemajuan, khususnya di bidang ekonomi bagi
warga Madura.. Untuk mendukung program pembangunan terintegrasi,
serta mempercepat pembangunan di Pulau Madura pascaoperasional Jembatan
Suramadu ini, pemerintah membentuk badan khusus, yakni Badan Pengembangan
Wilayah Suramadu (BPWS), melalui Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008.
Diantara potensi
ekonomi adalah
1. Lahan investasi 1.400 hektar untuk dikembangkan,
Nilai investasi untuk mengembangkan wilayah tersebut, diperkirakan sebesar Rp
220 triliun. Investasi tersebut untuk membangun di antaranya infrastruktur,
hotel berbintang, dan lain-lain. [3]
2. Potensi Wisata. Madura memiliki
kawasan pantai yang indah seperti dimiliki pulau lain, layaknya Bali dan
Lombok. Potensi wisata tersebut mulai terbuka dan mudah diakses setelah
dibangunnya Jembatan Suramadu..dan banyak lagi lainya misalnya wisata religi
3. Pertanian : Misal tembakau, madura merupakan salah satu
penghasil tembakau terbaik dunia bersma 4 daerah lainnya di Inodonesia yaitu
Deli,Temanggung, Jember dan lombok.
4. Jamu : Madura adalah salah satu wilayah yang sangat
populer hingga ke mancanegara karena pesona ramuan herbal yang sudah teruji
oleh pemakaian empiris. Isu global mengenai back
to nature memberi peluang
Jamu Madura sebagai “green
product” untuk mengambil
peran lebih banyak (supporting
agent), baik di tingkat nasional maupuan internasional.
5. Peternakan : Sumenep
memiliki populasi sapi terbanyak di Indonesia..Salah satunya di pulau Sepudi mencapai 50.000 ekor,
sementara warganya hanya 40.000 jiwa[4].
6.
Potensi Alam ( salah satunya adalah MIGAS ) sejak tahun 90-an silam, ada dugaan, ladang Migas di Madura itu banyak terhampar
diberbagai sisi Madura dari daratan
hingga lautan. Saking besarnya potensi Migas Madura, ada yang mengatakan kalau
Madura itu ‘madunya’ Negara.
7.
Pondok Pesantren...merupakan
potensi besar dalam pengembangan ekonomi syariah. Jumlah pondok pesantren di
Sumenep ada 230 pesantren,[5]
di pamekasan 513 pesantren, [6]
Tantangan Utama Ekonomi Islam di Madura
Setidak ada beberapa hal menjadi pokok tanta tangan ekonomi Islam, terkesan
lambat di Madura :
1. Masih belum banyak masyarakat Madura yang
mengerti tentang ekonomi Islam, terutama perbankan Islam, adalah tantangan
utama yang harus diresponi secara bijak dan konsepsional.
2. Masih langkanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang
benar-benar paham dengan sistem ekonomi Islam di internal lembaga-lembag
ekonomi Islam itu sendiri, sehingga masyarakat Madura tidak
merasa dapat pemahaman yang tepat tentang ekonomi Islam dan akhirnya menganggap
lembaga ekonomi Islam adalah lembaga ekonomi konvensional yang memakai label
atau simbol-simbol Islam saja, sementara substansinya tetap saja ekonomi
konvensional.
3. Masih minimnya contoh yang akan diikuti untuk membuktikan bahwa
sistem ekonomi Islam adalah sistem alternatif yang dinanti-nanti.
Solusi Alternatif
Dinatara
langkah-langkah
dalam rangka membumikan ekonomi syariah di Madura diantaranya ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Pertama untuk berbagai
tantangan di atas adalah memperhebat sosialisasi dengan merangkul pihak-pihak
yang lebih berpengaruh di semua strata masyarakat. Bahkan bila mungkin, perlu
ada dana khusus sebagai penghargaan untuk setiap jasa yang dipakai. Mungkin diperlukan dakwah ekonomi Islam
2. Kedua, tingkatkan daya
tarik, karena setiap orang yang berbisnis, walau dengan syari’at atau ekonomi
Islam sekalipun, pasti mengutamakan untung atau laba untuk dirinya. Untuk itu
sebarkan “gula” agar semut terpancing dan berkerumun hendak mencoba.
3.
Ketiga,
siapkan SDM yang tidak hanya skill dalam pekerjaan fisik, tetapi juga memiliki
wawasan yang memadai secara ilmiah. Di sini, pendidikan khusus perlu dilakukan
secara terus menerus.
4. Melakukan lobi-lobi politik bisnis “tingkat tinggi”
agar kaum pemegang opini publik ikut terlibat dalam pengembangan ekonomi Islam
di Madura, sehingga masyarakatpun akhirnya juga berminat. Untuk itu agaknya diperlukan team
marketing yang handal.
Kesimpulan
Kesimpulan kecil yang dapat dikemukakan dalam wacana
ini adalah bahwa secara makro, prospek ekonomi Islam di Madura ke depan cukup cerah dan menjanjikan,. Tetapi karena
masih kurang dipahami dan masih kurang daya tarik, akhirnya sistem nilai ini
masih kurang pula diminati. Oleh sebab itu, semua pihak yang ingin agar sistem
ekonomi Islam benar-benar manjadi tawaran konstruktif untuk kebangkitan umat
dan bangsa, khususnya di Madura, perlu bekerja lebih keras lagi sehingga nilai-nilai
Islam tentang ekonomi tidak hanya sekedar wacana, tetapi mewujud dalam arti
yang sesungguhnya.
[1] Disampaikan pada Seminar Ekonomi Islam Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Syariah (BEM-FS) INSTIKA Guluk-Guluk Sumenep Jawa Timur,
pada hari Kamis 11 Pebruari 2016
[2] إن من أنظمة الأحكام التى يحتاجها الإنسان أشد احتياجا هو
النظام الاقتصادى كالنظام القيمي الذى يتعلق بالقضايا حول صور الأثمان و تشر الدخل
و فرصة العمل و العملة و التجارة و غيرها Muhammad
Bagir Al Sadr As Shahid dilahirkan di Kadhimiyeh pada 25 Dzulqaidah 1353 H/ 1
Maret 1935 M penulis buku ekonomi perdana, Iqtishoduna
[3] Deputi
Perencanaan Badan Penhgembangan Wilayah Surabaya Madura (BPWS) Agus Wahyudi tanggal 18 Desember 2015
[5]
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Pondok_Pesantren_di_Sumenep
[6]Depag Kabupaten Pamekasan