PROPOSAL PENGEMBANGAN BUDIDAYA CACING LUMBRICUS RUBELLUS DAN BELUT SAWAH
I. JUDUL Keunggulan budidaya cacing dengan media Gergaji kayu mengurangi resiko kegagalan. II. RINGKASAN KHUSUS ...

https://rohman-utm.blogspot.com/2015/04/proposal-pengembangan-budidaya-cacing.html
- Keunggulan budidaya cacing dengan media Gergaji kayu mengurangi resiko kegagalan.
II.
RINGKASAN KHUSUS
1. Tujuan Awal:
1. Tujuan Awal:
- Merubah tradisi berbudidaya Belut dengan cara konvensional yang banyak sekali kelemahannya dibandingkan dengan metode pemeliharaan dalam media air bersih.
2.
Tujuan Akhir:
- Mempersingkat waktu masa panen cacing dengan cara mempercepat pertumbuhan dan perkembangan Belut.
3.
Misi:
- Menekan biaya pakan dengan memanfaatkan cacing (Lumbricus Rubellus) sebagai pakan yang kaya gizi untuk belut.
4.
Visi:
- Memanfaatkan keterbatasan lahan dengan menerapkan konsep Rak Bersusun dalam berbudidaya belut.
5.Kunci
Keberhasilan:
- Dalam meraih keuntungan yang maksimal harus mengurangi biaya variable yang cost produksinya tinggi (seperti biaya pakan), yang dapat digantikan oleh pakan alternative dengan harga murah dan kaya gizi atau nutrisi.
III.
PROFIL PERUSAHAAN
- Berawal dari modal kecil yang serba ditangani sendiri dalam pelaksanaan berbudidaya, dengan memanfaatkan sebidang tanah berukuran 300 m2. Proses berbudidaya belut dalam media air bersih dilakukan di dalam bangunan rumah yang khusus untuk hal ini.
IV.
RINGKASAN KHUSUS
1. Perbandingan Kompetitif:
1. Perbandingan Kompetitif:
- Pemanfaatan cacing sebagai pakan alternative tetapi mempunyai kandungan nutrisi atau gizi yang tinggi, sehingga lebih menguntungkan dalam menekan biaya produksi, dibandingkan jenis pakan lainnya.
- Berbudidaya belut banyak keunggulannya dibandingkan budidaya ikan. Dalam luasan tempat pemeliharaan yang sama besar, hasil panennya lebih banyak belut, dan nilai keekonomiannya juga tinggi.
- Belut sangat diminati pasar asing, sehingga dapat diekspor dengan harga per kilogramnya sangat baik.
2. Penjualan
Komoditas:
- Komoditas belut yang diminati masyarakat baik untuk pasar local dan asing, dalam bentuk belut segar, belut asap, dan belut kering. Bahkan hasil olahan berupa dendeng belut, kripik belut dan abon belut juga diminati masyarakat.
- Hasil pemijahan yang menhasilkan telur dan ditetaskan sampai berumur 1 bulan mempunyai harga yang sangat tinggi, mencapai ratusan ribu rupiah per 1000 ekornya.
3.
Sistim Pemenuhan:
- Langkah awal adalah berbudidaya cacing Lumbricus Rubellus, yang bertujuan untuk mempersiapkan ketersediaan pakan belut.
- Dalam berbudidaya cacing Lumbricus Rubellus yang memanfaatkan limbah organik sayuran dan buah-buahan bekas di pasar, ditambah kotoran ternak dan pupuk urea, TSP dan ZA, serta pemberian larutan EM-4 dengan pengolahan khusus, dapat memberikan efisiensi biaya dan mempercepat proses pertumbuhan serta reproduksi telur.
- Saat berbudidaya cacing, dalam waktu bersamaan juga dilakukan pembesaran calon indukan belut jantan dan betina. Jika saatnya tiba, indukan tersebut akan memberikan bibit dan benih belut hasil pemijahan sendiri, sehingga mengurangi biaya variable produksi pembelian benih belut yang mahal harganya.
4.
Teknologi:
- Konsep rak bersusun dalam berbudidaya belut dengan media air bersih, sangat tepat untuk mengatasi masalah keterbatasan lahan. Budidaya dengan cara ini dapat diterapkan di dalam rumah.
- Walaupun termasuk jenis ikan, namun terdapat perbedaan. Ikan bergerak dinamis karena ada gelembung udara, sedangkan belut tidak, karenanya cenderung statis dalam geraknya. Belut dapat dimaksimalkan dalam jumlah penebaran benihnya, sehingga kepadatan populasi dalam luasan tertentu lebih besar, dibandingkan ikan lainnya. Kondisi tersebut dapat diterapkan, dengan syarat air harus bersih dan mengalir, serta ketersediaan pakannya terjamin.
- Belut di habitat alaminya untuk mencari makan agak sulit, karena pergerakannya yang statis. Karena itu belut bersembunyi dalam lubang dan menantikan mangsa yang lewat. Jika dalam budidaya dengan media air bersih dipadati belut, tidak menjadi masalah-karena kualitas air tetap terjaga, sehingga oksigen terlarut dalam air tetap banyak, selain itu senyawa amoniak yang dihasilkan dari kotoran belut atau sisa pakan dapat terbuang. Senyawa amoniak ini dapat meracuni belut jika tak terbuang.
- Ketersediaan pakan dalam kepadatan populasi belut, harus diperhatikan. Belut harus dapat makanan yang merata, sehingga pertumbuhan belut dapat merata. Pemberian makan cacing untuk belut dilakukan jam 12 siang dan malam hari dalam suasana intensitas cahaya rendah.
5.
Masa Depan Produk:
- Belut mengandung kandungan asam lemak tak jenuh sebesar 20%. Jenis lemak yang terkandung dalam Belut termasuk Jenis lemak Omega-3 yang mempunyai manfaat: Mencegah jantung koroner; Meningkatkan perkembangan otak (Nutrisi 0tak); Membantu menurunkan tekanan darah tinggi (Hypertensi); Meringankan penyakit kanker dan ginjal; Menambah vitalitas dan stamina; Meningkatkan fungsi mata; dan menambah jumlah air susu Ibu yang menyusui anaknya.
- Tiap tahun permintaan belut untuk konsumsi terus meningkat, baik untuk pasar lokal dan luar negeri.
- Sedangkan pasokan belut untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri saja kurang. Hal ini disebabkan, kecenderungan belut untuk diekspor, karena hasilnya lebih menguntungkan.
6.
Produk dan Penanganannya:
- Hasil panen cacing dapat dijual ke pedagang pakan burung; kolam pancing ikan; peternak itik; pembudidaya ikan hias; pembudidaya ikan lele dan Patin.
- Hasil penjualan cacing tersebut dapat dipergunakan untuk menutupi biaya operasional sehari-hari.
- Hasil panen belut diperuntukkan mensuplai eksportir belut.
- Hasil pemijahan belut, jika persediaan bibit dan benih sangat banyak, juga dapat dijual.
- Tidak menutup kemungkinan dilakukan ekspansi produk olahan, seperti pembuatan kripik belut.
V.
ANALISA PASAR BELUT
1.Kebutuhan Pasar:
1.Kebutuhan Pasar:
- Pasar belut sangat jelas, permintaan untuk pasar lokal dan luar negeri tidak pernah sepi.
2.
Target Pasar
- Pasar Induk Ikan merupakan segmen pasar yang tepat, karena tempat berkumpulnya konsumen dan pemasok segala jenis ikan.
- Pelanggan tetap, seperti pemilik rumah makan atau restoran.
- Pasar tradisional, dimana terdapat penjual jenis ikan, dapat dijadikan bidikan pasar belut.
- Mensuplai kebutuhan pasokan belut untuk eksportir belut.
- Target Pribadi untuk 5 tahun ke depan sudah dapat menjadi eksportir belut sendiri.
- Saat ini hasil olahan berupa kripik belut diminati masyarakat lokal dan luar negeri, hal ini merupakan peluang baik. Banyak yang menyukai kripik belut karena makanan yang kaya gizi.
3. Tren
Pertumbuhan Pasar
- Perkembangan pasar ikan hias sangat pesat, bahkan ada yang diekspor. Kualitas ikan hias akan sangat baik jika diberikan pakan alami berupa cacing yang kaya nutrisi dan gizi, dibandingkan pemberian pakan buatan pabrik. Biasanya pakan dari pabrik hanya dijadikan selingan atau tambahan saja, sedangkan pakan alami berupa cacing adalah makanan utamanya.
- Para peternak ikan konsumsi, seperti Belut, ikan lele dan patin akan sangat terbantu dalam menekan biaya pakan. Jika diberikan pakan pabrik yang sangat mahal, keuntungan mereka sangat tipis, berbeda jika dikombinasi dengan pakan alami berupa cacing. Dengan demikian keuntungan penjualan hasil panen dapat terangkat.
- Para peternak itik petelor, sangat senang jika ada pemasok pakan alami cacing, sehingga mereka tidak perlu menggiring itiknya ke sungai atau ke sawah untuk memenuhi kebutuhan protein itiknya. Dari kasus yang terjadi selama ini, para peternak itik merasa biaya produksi pakan sangat tinggi, terkadang telur yang dihasilkan jauh dari harapan. Kualitas telur itik yang pakannya secara alami lebih baik dan tidak mudah busuk, sehingga mengurangi resiko kerugian. Kualitas telur itik yang baik adalah daya tahan penyimpanan sampai 2 minggu. Ketika dibuat telur asin, kuningnya telur lebih maser dan berminyak, sehingga harga jualnya bisa tinggi.
- Pemberian pakan alami cacing untuk belut, banyak sekali keuntungan yang diperoleh, antara lain: belut cepat besar pertumbuhan badannya, sehingga memperpendek usia panennya; lebih tahan terhadap serangan penyakit; reproduksi belut dapat menghasilkan telur yang banyak, mencapai ribuan ekor dalam satu musim bertelur; dan dapat menekan biaya produksi pakan, sehingga keuntungan dapat dimaksimalkan.
- Para penghobi burungpun juga membutuhkan cacing, untuk pakan burung kesayangannya, karena sangat baik untuk pertumbuhan bulunya.
- Permintaan konsumen terhadap belut meningkat terus, terutama untuk pasar luar negeri.
4. Analisa
Potensi Usaha:
- Metode beternak dengan mengaplikasikan efisiensi biaya belum banyak dilakukan, sehingga dengan metode inovasi akan banyak memberikan kontribusi menekan biaya variable produksi.
- Distribusi pemasaran hasil dan tata niaga perikanan sudah berjalan, sehingga tidak kesulitan dalam menembus pasar.
- Kompetisi pasar Lokal masih normal, disebabkan lebih banyak permintaan dibandingkan ketersediaan Belut.
- Potensi pasar di Luar Negeri dalam pemenuhan permintaan kuota Belut dalam jumlah besar dilakukan mekanisme ekspor dan impor, dengan memakai L/C sebagai garansi kepercayaan.
VI.
ANALISA SWOT
1. Kekuatan (Strength)
1. Kekuatan (Strength)
- Pasar belut sangat jelas, permintaan untuk pasar lokal dan luar negeri tidak pernah sepi.
- Metode efisiensi pakan, dengan memanfaatkan sumber pakan alami Belut, berupa Cacing yang dibudidayakan sendiri, dengan biaya murah, karena memanfaatkan limbah organik pasar.
- Pemberian pakan Cacing untuk Belut yang telah dilakukan peternak Belut, mempunyai pengaruh terhadap proses percepatan pertumbuhan dibandingkan dengan pemberian pakan lainnya, sehingga memperpendek waktu panen hasil.
- Cacingpun dapat dijual dengan segmen pasar tertentu, selain untuk pakan belut, dengan demikian dapat membantu menutupi biaya operasional.
- Dapat dikembangkan dalam keterbatasan lahan dengan mengaplikasikan konsep Sistim Batery (bersusun).
- Belut mempunyai ketahanan dari serangan penyakit, apalagi jika diberi pakan cacing yang kaya nutrisi dan gizi. Ketahanan tubuh belut rentan penyakit jika diberi pakan pabrik saja.
- Dapat dijadikan bahan baku berbagai makanan olahan ringan, seperti Kripik Belut (Crisspy Belut), Dendeng Belut, Belut Asap, Abon Belut.
2. Kelemahan
(Weaknesses)
- Program Pemerintah untuk Peternak Belut belum mempunyai Program Khusus.
- Kemudahan fasilitas bantuan pinjaman lunak belum berpihak ke peternak Belut
3.
Peluang (Oportunities)
- Segmen pasar Belut sangat luas baik potensi pasar lokal dan luar negeri yang belum tergarap.
- Dengan adanya internet, sangat membantu dalam proses pemasaran hasil panen ataupun hasil olahannya.
4.
Ancaman (Thereats)
- Pengembangan Budidaya Sidat (Sejenis Belut) di Negara Lain dapat menjadi ancaman pemasaran hasil Komoditas belut. Tetapi tidak terlalu mencemaskan, karena pembudidayaannya sangat sulit.
- Untuk Berbudidaya Sidat tidak semua orang dapat melakukannya, karena prosesnya sangat sulit yang membutuhkan keahlian khusus di bidang pemijahannya
5.
Keunggulan Kompetitif
- Kandungan protein Belut lebih besar dibandingkan jenis ikan lainnya.
- Produk olahan dari Belut lebih bervariasi jika dibandingka jenis ikan lainnya.
- Pemasaran Belut untuk memenuhi kuota eksportir Belut sangat menjanjikan, karena belut yang hasilkan Dari tangkapan liar di alam jelas tidak mampu memenuhi.
- Pembudidayaan dengan cara konvensional memakan waktu lama, jika dibandingkan dengan cara baru yang menggunakan air bersih, yang dapat memperpendek waktu panennya.
VII.
STRATEGI PEMASARAN
1. Pelaku bisnis dalam Tata Niaga Belut melibatkan interaksi antara pihak:
1. Pelaku bisnis dalam Tata Niaga Belut melibatkan interaksi antara pihak:
- Produsen-Konsumen.
- Produsen-Tengkulak.
- Tengkulak-Pedagang Besar.
- Tengkulak-Pengecer, yang menjadi bagian dari sistim distribusi, dalam memenuhi konsep inti pemasaran dengan didasarkan adanya produk yang dihasilkan pihak penyedia atau Produsen, serta adanya kebutuhan dari konsumen.
2.
Mengidentifikasi potensi pasar:
- Harga jual Belut mengikuti harga pasar, Strategi dengan memberikan potongan harga, bertujuan untuk menangkap atau menjaring konsumen.
3.
Melakukan Promosi Pemasaran:
- Dapat dilakukan dengan memanfaatkan Internet. Dalam mencari konsumen di luar negeri, menggunakan internet dapat menekan biaya promosi.
VIII.
MANAJEMEN
Membantu proses dalam pengawasan dan pengontrolan setiap kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan dengan sitem koordinasi antar bidang. Diantaranya adalah seperti:
Membantu proses dalam pengawasan dan pengontrolan setiap kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan dengan sitem koordinasi antar bidang. Diantaranya adalah seperti:
- Inti dalam kegiatan budidaya cacing dan belut adalah keuangan, produksi dan pemasaran. Kemudian dikembangkan pola struktur organisasi dalam perusahaan berdasarkan kebutuhan terhadap rencana kegiatan, yang dirancang untuk membantu kelancaran produksi dan pemasaran hasil. Karena semua tahapan kegiatan harus dilakukan dengan benar, sehingga mengefisiensikan biaya, waktu, dan tenaga.
- Dengan membuat pola struktur organisasi sesuai rencana kegiatan akan membantu dalam pengontrolan semua aktivitas dalam perusahaan.
IX.
PERENCANAAN KEUANGAN
- Pendanaan Awal
Modal sendiri sebesar 10 juta
diperuntukkan menyewa sebidang tanah 300 m2, dengan bangunan rumah berukuran
6x20 m, untuk berbudidaya belut dengan mengaplikasikan konsep rak bersusun, dan
pembuatan kolam dinding bata berukuran 5x5x1 m, untuk pembuatan kompos organic.
- Indikator Kunci Keuangan
Dilakukan Perhitungan BEP (Modal
Kembali), Proyeksi Laba/Rugi, Proyeksi Aliran Kas, Proyeksi Neraca Keuangan,
Rasio Usaha dan Kelayakan Investasi.
- Analisa Modal Kembali
Analisa
Bereak Event Point (BEP) dilakukan untuk mengetahui titik impas atau
pulang pokok dari suatu usaha.
- BEP Volume Produksi Rata-rata sebesar 4920 Kg. Artinya, jika hasil dari penjualan Cacing dan Belut mencapai 4920 Kg akan dicapai Break Event Point atau Kembali modalnya. Jika Volume Produksinya diatas 4920 Kg, berarti menguntungkan usaha tersebut.
- BEP Harga Produksi Rata-rata sebesar Rp.4601/Kg. Artinya, jika dalam variable produksi dalam berbudidaya Cacing dan Belut tidak akan rugi atau untung, jika harga produksi rata-rata Rp. 4601 per Kg. Jika harga produksi rata-rata di bawah Rp.4601 per kg, berarti usaha tersebut tidak menguntungkan. Begitu sebaliknya.
- Proyeksi Laba-Rugi
Proyeksi
Laba-Rugi dirumuskan sebagai Pendapatan dikurangi Biaya. Yang dapat
didefinisikan sebagai laba (rugi) antara lain adalah: laba kotor, laba
operasi, laba setelah bunga dan laba setelah bunga dan pajak. Untuk
pendapatan biasanya dapat dipandang dari sisi penjualan kotor, dan penjualan
bersih (penjualan setelah diskon atau retur). Kelompok Biaya biasanya: Biaya
Umum, Biaya Penjualan, Biaya Bunga, Administrasi, Biaya Nonoperasi, dan Pajak
Pendapatan.
``
``
- Proyeksi Aliran Dana
Proyeksi yang dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar kas masuk dan keluar, sumber dana, dan kemana kas
tersebut keluar.Alran kas dapat dari Operasional, Investasi dan
Pendanaan.Aliran Kas diperlukan sekali, karena perhitungan Laporan Laba/Rugi
tidak terlalu akurat memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan.
- Proyeksi Neraca Keuangan
Konsep Neraca Keuangan adalah
semua bentuk Hutang ditambah dengan Modal merupakan Harta atau Aset
Perusahaan.Termasuk dalam klasifikasi sebagai bagian dari Harta antara lain
adalah: aktiva lancer (kas, piutang, persediaan, investasi saham), aktiva tetap
(gedung, mobil, tanah), aktiva tak berwujud (goodwill, hak paten).
Sedang, kelompok hutang biasanya terdiri dari: hutang lancar (hutang
dagang, hutang bank), hutang jangka panjang (hutang obligasi) dan ada juga yang berjenis pendapatan yang diterima dimuka. (pendapatan sewa, asuransi). Komponen modal terdiri dari modal saham, laba dan dividen.
dagang, hutang bank), hutang jangka panjang (hutang obligasi) dan ada juga yang berjenis pendapatan yang diterima dimuka. (pendapatan sewa, asuransi). Komponen modal terdiri dari modal saham, laba dan dividen.
- Rasio Usaha
- Budidaya Cacing dan Belut sangat layak dikembangkan, karena variable pakan dapat ditekan dengan berbudidaya Cacing, yang dalam proses budidayanya tidak membutuhkan biaya besar. Dari hasil budidaya Cacing tersebut dapat dipakai sebagai pakan utama Belut, dan dipakai menutupi biaya operasinal harian.
- R/C Ratio dalam berbudidaya Cacing adalah 3,557; R/C Ratio dalam berbudidaya Belut adalah 3,912; dan R/C Ratio Rata-rata adalah 3,7434. Hal tersebut menunjukkan nilai R/C diatas 1, yang berarti usaha usaha yang dilakukan akan memperoleh untung dalam masa 5 tahun Berbudidaya.
- Penilaian Investasi
- Investasi dalam usaha ini layak dikembangkan, karena pertimbangan besarnya kebutuhan pasar Lokal dan Luar Negeri.
- Selain itu beresiko kecil karena kamoditas panen belut dapat dipergunakan sebagi Belut Kering, Belut Asap, Kripik belut, Abon Belut dan Belut Segar.
- Besarnya sugesti masyarakat terhadap khasiat belut.
- Mudah dibudidayakan dengan memanfaatkan lahan Kecil dengan hasil yang memuaskan.
- Melakukan pemijahan belut sendiri, sehingga dapat memanfaatkan anakan Belut sebagai bibit dan benih untuk dipergunakan sendiri atau dijual ke pihak lain.
- Rasio R/C lebih besar dari 1, dengan nilai rasio R/C 3,7434 menyimpulkan bahwa usaha ini sangat prospektif dan menguntungkan.
- Pelunasan Pinjaman
- Bunga Bank = 1.5% per bulan
- Tennor = 3 Tahun (36 Bulan)
- Jumlah Pokok Pinjaman = Rp.25.000.000,-
- Jumlah Total Pinjaman = 38.500.000,-
- Besarnya angsuran tiap bulan sebesar Rp.1.069.444,-
- Penggunaan Dana
Penggunaan dana diluar dana awal
yang berasal dari modal sendiri diperuntukkan menjalankan budidaya cacing dan
belut secara bertahap, yang disesuaikan dengan kegiatan program.
- X. RENCANA KEGIATAN
Kegiatan usaha yang dikembangkan dibagi menjadi 5 tahap dapat dilihat pada table Jadwal Kegiatan dan Pengeluaran Biaya. Dalam tiap tahap memerlukan waktu kegiatan usaha 12 bulan. Sedangkan tiap tahap dibagi menjadi 3 periode, yaitu awal, menengah, dan akhir pelaksanaan. Di bawah ini hanya dijelaskan kegiatan pada Tahap Pertama saja, yaitu:
- Periode Awal
Persiapan sarana dan prasarana untuk
mendukung semua kegiatan budidaya cacing dan belut, pada tahap awal kegiatan.
Seperti diadakannya tempat pembuatan kompos; pengaturan saluran pembuangan air;
Rak bersusun untuk cacing dan kolam pemijahan belut.
- Periode Menengah
Pembuatan kompos dari pemanfaatan
limbah organik pasar berupa sayuran dan buah yang tidak terpakai yang jumlahnya
sangat besar, dan terbuang sia-sia. Karena itu pemanfaatannya untuk pembuatan
kompos sebagai pakan cacing adalah langkah bijaksana dan pintar, sebab berbiaya
rendah dalam prosesnya.
- Periode Akhir
Persiapan
berbudidaya cacing Lumbricus Rubellus, yang dalam pelaksanaannya, sebagai
berikut:
- Jika diawal budidaya mempergunakan 100 kg cacing, target akhir tahun dihasilkan 100 juta ekor, yang jika dikonversikan kedalam kg, dengan asumsi berat 1 ekornya 1 gram maka dihasilkan 100.000 kg (100 ton)
- Persiapan pembesaran indukan belut untuk persiapan Tahap kedua sampai kelima. Dalam kegiatan usahanya, harus ditargetkan kedepannya untuk melakukan pemijahan sendiri dari indukan sebanyak 100 kg.