rohmans

AEC 2015 Mau Kemana?

ISLAMIC ENTREPRENUER SEBA G AI S T R A T E G I PE N I N G KA T A N D AYA INSANI D A L A M ME N G H A D API AEC 2015 Dr. ...



ISLAMIC ENTREPRENUER
SEBAGAI STRATEGI PENINGKATAN DAYA INSANI
DALAM MENGHADAPI AEC 2015

Dr. ABDUR ROHMAN,M.E.1[1]

abtrak

Dunia sedang berubah. Komunikasi antarmanusia menjadi tanpa batas. Kemajuan ilmu teknologi, komunikasi, transportasi, dan turisme, telah menjadikan dunia sebagai 'desa besar'. Di tengah situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam mencanangkan abad ke-15 Hijriyah ini sebagai abad kebangkitan kembali Islam. Walaupun pelecehan menerpa, umat Islam musti tetap optimistis menghadapinya. Kebangkitan masa depan tidak bisa hanya dengan membanggakan kejayaan masa lalu (glory of the past, melainkan dengan mengangkat derajat umat melalui kualitas iman dan ilmu. Terlebih dalam menghadapi Asean Economy Community 2015. Apa yang harus diperkuat sebagai ekonom muslim? Benarkah  Islamic Entreprenuer Sebagai solusi alternatif..Selain Ekonomi Islam sebagai sumber payungnya. Ketika persaingan di satu pasar dirasakan tidak lagi menguntungkan, maka insting bisnis akan mengarahkan pada pencarian pasar baru, termasuk mencoba keberuntungan di negeri orang. Kehadiran AEC akan  menjadi  solusi  bagi  pelaku  bisnis.  Pemberlakuan  AEC  menciptakan  tuntutan  bagi pelaku usaha lokal untuk segera bersiap memasuki pasar global. Kehadiran pasar global mensyaratkan sumber daya manusia dan produk yang berkualitas serta berdaya saing. sains dan teknologi akan membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa. Bangsa unggul di dunia saat ini adalah bangsa yag memiliki kemampuan untuk melakukan inovasi.

Key words: Islamic Entreprenuer  dan AEC
A. Pendahuluan

ASEAN  Economic  Community  (AEC)  adalah  upaya  bersama  untuk  mencipta integrasi ekonomi regional pada tahun 2015, dengan tujuan mewujudkan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi.
Kesepakatan pelaksanaan AEC diikuti oleh 10 negara anggota Asean yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa. Sekitar 43 % jumlah penduduk itu berada di Indonesia. Artinya, pelaksanaan AEC ini sebenarnya akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama baik untuk arus barang maupun arus investasi. Dalam konteks arus barang yang perlu dicermati yaitu: sudahkah barang-barang lokal nasional mampu bersaing melawan produk-produk unggulan dari Thailand, Vietnam, Filiphina, Brunei darussalam, dan Malaysia, baik dari sisi harga maupun kualitas?
Kehadiran ekonomi global yang masih tidak menentu ini benar-benar tidak dapat dihindari.  Sementara  perekonomian  domestik  harus  tetap  terjaga  dengan  fundamental ekonomi yang tetap kokoh dan daya saing yang lebih baik. Kondisi ini tentunya akan menjadi suatu keharusan bagi Indonesia dan masing-masing daerah untuk terus bekerja keras dan bersaing dengan negara lain jika ingin bertahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan meningkatkan daya saing bangsa, memperbaiki kinerja ekonomi nasional yang didukung struktur  ekonomi  yang kuat,  mengembangkan  pusat-pusat  pertumbuhan  yang tersebar  di seluruh Wilayah Nusantara.
Meningkatkan daya saing, identik dengan efisiensi dan produktivitas, hal yang pertama dan penting untuk dilakukan adalah membenahi sisi teknis produksi industri. Namun kemudian, yang tidak kalah penting atau seringkali yang menjadi masalah utama dalam peningkatan produksi justru terletak  di  luar  aspek  teknis  produksi  industri  tersebut.   Pembenahan  aspek-aspek  lingkungan industri seperti kebijakan pemerintah dan governance di sepanjang rantai nilai, dengan demikian merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
Upaya memasuki pasar global ini, sebagai faktor utama adalah kemampuan SDM yang berdaya saing dan daya saing produk (barang dan jasa) Indonesia dalam berkompetisi perlu diperkuat. Strategi peningkatan keunggulan kompetitif merupakan prasyarat bagi suatu bangsa untuk dapat bersaing di dalam arus globalisasi yang semakin kuat dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia. Keunggulan kompetitif tentunya hanya dapat dicapai bila bangsa Indonesia mampu menghasilkan karya-karya bermutu, yang dapat memenuhi atau bahkan melebihi persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk dapat menembus pasar global. Dan standar adalah sebagai dasar inovasi yang menjadi tumpuan keunggulan daya saing nasional.
Dalam menghadapi tantangan tersebut pendidikan wirausaha secara formal maupun non forml memiliki peranan yang signifikan. Pendidikan wirausaha mempersiapkan sumberdaya manusia untuk mandiri, melatih keberanian bersaing, dan mempersiapkan keunggulan-keunggulan diri dan produk.


B. Menuju ASEAN Economic Community


Menyambut Asean Economic Community 2015, kemampuan SDM dan daya saing produk (barang dan jasa) Indonesia dalam berkompetisi perlu diperkuat. Dalam beberapa aspek  diperlukan  peningkatan  dan  percepatan  keunggulan  kompetitif,  hal  ini merupakan prasyarat untuk dapat bersaing di dalam arus globalisasi yang semakin kuat. Keunggulan kompetitif tentunya hanya dapat dicapai bila bangsa ini mampu menghasilkan karya-karya berkualitas  yang dapat memenuhi atau melebihi  persyaratan-persyaratan  yang diperlukan memasuki pasar global. Semua itu diperlukan inovasi-inovasi untuk mencapai keunggulan dan daya saing.
AEC Blueprint yang merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN memuat empat kerangka kerja utama, yaitu: pertama, ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas. Kedua, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan dan e-commerse. Ketiga, ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata, dengan elemen pembangunan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi  ASEAN untuk Negara- Negara  CMLV  (Cambodia,  Myanmar,  Laos  dan  Vietnam).  Keempat,  ASEAN  sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Dari empat pilar tersebut, saat ini pilar pertama yang masih menjadi perhatian ASEAN.
Berdasarkan empat komponen utama dalam AEC yang ditargetkan akan terlaksana pada 2015 dan sekarang tinggal setahun lagi dari waktu  yang ditentukan, ASEAN baru mampu melaksanakan komponen pertama yaitu ASEAN sebagai pasar tunggal, itu pun belum terlaksana secara total masih perlu tambal sulam di banyak lini. Mewujudkan pilar pertama dari  AEC  ini  berarti  seluruh  negara  ASEAN  harus  melakukan  liberalisasi  perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas.
Kondisi perdagangan ini juga berarti memaksa para pengusaha (terutama UMKM) pada 2015 harus  ikut  bertarung menghadapi liberalisasi dan integrasi ekonomi Asean. Sementara sebagian besar pengusaha UMKM belum mengetahui adanya AEC.  Jika masyarakat pengusaha tidak mengetahui akan ada economic border less country dalam bungkus AEC, apalagi masyarakat biasa yang menjadi objek pasar terbuka ASEAN. Pemerintah memang perlu memperhatikan masalah ini yang hanya tinggal setahun lagi, selain memikirkin pesta demokrasi yang tidak bisa dihindarkan, yaitu pemilihan umum legislatif dilanjutkan  pemilu  presiden.  Kesepakatan  pelaksanaan  AEC  ini  diikuti  oleh  10  negara anggota ASEAN yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa. Diperkirakan 43 % jumlah penduduk itu berada di Indonesia. Artinya, pelaksanaan AEC ini sebenarnya akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama baik untuk arus barang maupun arus investasi. Perdagangan sebagai faktor utama adalah produk, untuk itu barang-barang lokal nasional harus disiapkan mampu bersaing melawan produk-produk unggulan dari Thailand, Vietnam,


Filiphina, Brunei darussalam, dan Malaysia, baik dari sisi harga maupun kualitas. Semua merupakan suatu tantangan  yang harus dipikirkan pengusaha dan pemerintah. Memasuki pasar global berarti meyiapkan produk dan sumberdaya manusia yang berdaya saing.
Selain tantangan yang harus disiapkan, tentu ada keuntungan yang didapat dengan adanya AEC bagi negara-negara anggotanya termasuk Indonesia. Pengusaha Indonesia dapat menawarkan barang produksinya tanpa harus ada syarat yang rumit. Para investor juga akan lebih tertarik unutk menanamkan investasi di Indonesia. Sosialisasi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam konteks persiapan AEC hendaknya tidak semata mengenai cara -cara menembus pasar Asean, tapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana pengusaha kita bisa bertahan di pasar lokal di tengah besarnya arus barang dari Asean. Pola-pola seperti MEE, misalnya penyatuan mata uang, harus dihindarkan dalam AEC.

 Dibutuhkan Ribuan Entrepreneur Mengatasi Keterpurukan Ekonomi Bangsa Ini
Semenjak krisis ekonomi terjadi, jumlah pengangguran di Indonesia semakin bertambah. Pengangguran intelektual ( sarjana) tak terelakkan, setiap tahun ribuan bahkan jutaan sarjana tidak dapat pekerjaan. Kenaikan harga BBM dan TDL secara beruntun akan menyebabkan secara pasti kebangkrutan perusahaan-perusahaan, dan secara otomatis akan terjadi PHK dimana-mana. Kenaikan harga BBM saja sudah cukup membuat masyarakat sesak nafas. Apalagi pemerintahan JOKOWI yang baru seumur jagung langsung menaikan BBM.
Solusi pengangguran adalah kerja. Pemerintah harus memfasilitasi rakyatnya sedemikian rupa  sehingga mereka bisa bekerja kembali mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di tengah-tengah  keterpurukan ekonomi yang mengakibatkan jutaan pengangguran, seperti yang terjadi di Indonesia dewasa ini, maka solusi yang tepat adalah mendorong masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan. Dan ini artinya adalah upaya melahirkan wirausahawan. Jika pemerintah consern pada upaya ini, maka angka pengangguran akan turun dan bisa ditekan secara drastis. Bayangkan, seandainya saja pemerintah berhasil mencetak 2 juta entrepreneur. Masing-masing entrepreneur tersebut berhasil merekrut 10 orang sebagai karyawan. Maka sudah ada 22 juta orang yang terentas dari pengangguran. Suatu angka fantastis untuk bisa dibayangkan saat ini.
Apalagi jika entreprenur tersebut ada pada level pemerintah. Pasti akan bisa menciptakan peluang pekerjaan yang lebih besar. Di tangan seorang pemerintah yang entrepreneur, akan tercipta peluang-peluang kerja dan bisnis yang banyak sekali.


D.  Islamic Entrepreneur Sebagai alternatif


Indonesia masih memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah. Persiapan penerapan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Asean Economy Community (AEC) tahun 2015 sangat diperlukan kualitas SDM yang berdaya saing, sehingga upaya  peningkatan  kualitas sumberdaya  manusia tidak  bisa ditunda  karena  sumber  daya manusia  yang berkualitas merupakan asset  di  bidang tenaga  kerja  dan tenaga  ahli  yang mampu merubah bangsa Indonesia menjadi berdaya saing dibandingkan dengan negara lain.
Menghasilkan tenaga kerja yang produktif diperlukan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan. Pendidikan dan pelatihan sebagai upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja  yang akan berkontribusi pada kemampuan daya saing.  Melatih  tenaga  kerja  lebih  produktif  akan  meningkatkan  indeks  Pembangunan Manusia. Selain IPM yang rendah, Indonesia masih tinggi angka pengangguran tenaga kerja, hal ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dan segera dicari solusinya.
Pendidikan formal untuk meningkatkan sumberdaya manusia menjadi berdaya saing, untuk itu perlu ada link and match dengan dunia industri. Disamping itu pendidikan formal juga perlu mengajarkan kemandirian pada peserta didik dengan memberikan pengetahuan kewirausahaan.
Salah satu upaya link and match di dunia pendidikan formal dalam mendidik kemandirian adalah dengan pendidikan wirausaha. Pendidikan wirausaha dapat dilakukan secara formal maupun non formal antara lain dengan kurikulum Kewirausahaan di semua jenjang pendidikan, melakukan pelatihan-pelatihan wirausaha. Dengan wirausaha, mereka mampu menghasilkan produk yang diperlukan pasar dan upaya tersebut menciptakan kemandirian. Pusat-pusat pelatihan perlu ada pembinaan dan pendampingan secara terus- menerus, sehingga dapat berkembang dan berdaya saing.
Selain pendidikan formal, juga perlu dilakukan pendidikan kewirausahaan yang bisa diikuti peserta yang bermacam-macam. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pelatihan wirausaha, workshop, dan lain-lain, yang dapat diikuti baik dari yang tidak tamat di sekolah formal, yang masih sekolah, sudah lulus bahkan sampai pensiunan. Wirausaha harus merata dari bawah ke atas, dan tidak hanya di kota tetapi juga di desa. Ada tiga komoditi yang tidak pernah mati dan dapat dikembangkan secara terus menerus dalam kegiatan wirausaha, yaitu makanan, energi dan air, sebagai sumber ide untuk dapat dikembangkan menjadi inovasi- inovasi baru.
Perkembangan wirausaha di Indonesia saat ini berada pada angka 1,65 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Jika mencapai angka dua persen Indonesia bisa dikatakan makmur, meskipun penyebarannya belum merata. Melalui kegiatan pendidikan wirausaha, motivasi-motivasi yang di dengungkan akan meningkatkan potensi wirausaha terutama dalam membangun kemandirian di saat AEC mendatang.
AEC  ibarat  2  mata  pisau  bagi  Indonesia,  bisa  menjadi  peluang  yang  membawa manfaat   dan   berkah (land   of   opportunities)   juga   bisa   menjadi   musibah  (loss   of opportunities). Pada saat Indonesia menjadi produsen yang banyak mengekspor atau pelaku usaha, maka manfaat dapat dirasakan dari AEC tersebut, namun jika menjadi sasaran empuk importir atau pengguna pruoduk, maka loss of opportunities yang dirasakan. Jawabannya adalah pada kesiapan Indonesia menghadapi AEC. Seberapa siapkah Indonesia menghadapi
AEC?

Kewirausahaan menjadi kata kunci dan menunjukkan kemandirian bangsa. Artinya mampu    merespons    segala    macam    guncangan    dan    meningkatkan    daya    saing. Apabila wirausaha tidak berkembang, maka pasar besar akan diisi wirausahawan dari luar Sebuah studi yang dilakukan United Nation Conference on Trade and Development atau UCTAD di tahun 2009, menyimpulkan peran kewirausahaan sebagai salah satu solusi terbaik dalam mengatasi terorisme, radikalisme, instabilitas politik dan beragam tantangan pembangunan  sosial  lainnya.  Kewirausahaan  yang berisikan  kegiatan  ekonomi  produktifmemfasilitasi transaksi dan interaksi yang setara dan saling menguntungkan, hingga mendukung tumbuh suburnya sikap toleransi, menstimulasi kegiatan pembelajaran dan pendidikan serta memperluas jaringan komunikasi antar peradaban.
D. Islam, Membangun Jiwa Entrepreneurship
Islam adalah agama yang diturunkan Allah swt untuk memberi solusi problem kehidupan manusia. Dengan demikian Islam pasti menyimpan dan mengajarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip entrepreneurship. Seorang muslim yang menjalankan Islam secara konsekuen, maka secara tidak sadar ia telah melakukan setting dan trampil mengorganisasikan pikiran mereka.
Secara singkat, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut bisa kita lihat dalam beberapa point di bawah ini :
1.      Islam mengajarkan kejelasan tujuan hidup. Seorang mukmin pasti mengejar tujuan tersebut. Kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat. (Lihat QS Al-Mukminun ayat 1-11).
2.      Amalan-amalan dan sikap-sikap yang diajarkan  Islam telah mensetting pikiran (setting of mind) seorang muslim sedemikian rupa sehingga hidupnya pasti produktif. (Itu juga dijelaskan dalam QS Al Mukminun 1-11).
3.      Prinsip Focus terhadap sebuah pekerjaan juga diajarkan oleh Islam melalui niat yang harus dipasang setiap kali akan melakukan aktivitas. Niat ini akan mengoptimalkan perolehan aktivitas.
4.      Islam mengajarkan Prinsip terus belajar. Always Learn and Open Mind. (prinsip menuntut ilmu sepanjang hidup).
5.      Islam mengajarkan action, tidak hanya lamunan saja. Bukankah selama ini segala sesuatu terjadi dalam dunia realitas ini lantaran action ? No Action, Nothing Happened. (prinsip amal sholih).
6.      Islam mengajarkan tidak takut gagal. Prinsip tawakkal ‘alallah.
7.      Bahkan seorang muslim yang mukmin mempunyai power yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh orang-orang barat. Power yang saya maksudkan di sini adalah power ikhlas. Dan masih banyak lagi. Lainya.
Dengan demikian, menjadi pengangguran bagi seorang muslim adalah sebuah fenomena yang tidak masuk di akal. Selanjutnya bisa dipahami pula bahwa ajaran Islam bisa digunakan oleh pemerintah Indonesia sebagai cara untuk mencetak Entrepreneur di kalangan kaum muslimin, terlebih pada saat AEC 2015 didengungkan.

Semoga bermanfaat
Rekomendasi Untuk didiskusikan
1.       Apakah mungkin AEC 2015 justru akan memperkuat posisi ekonomi Liberal (kebebasan ekonomi) serta melemahkan posisi ekonomi syariah ?
2.       Peluang dan tantangan AEC 2015 tinjaun maslahah dan mafsadah?
3.       Apa peran mahasiswa AEC 2015?

Selamat Berdiskusi



[1] Disampaikan pada Forum Kajian Himaprodi  Ekonomi Syariah STAIS SYAICHONA MOH.CHOLIL Tanggal 21 Nopember 2014 di LAB IPA STAIS

Related

Semua 1735244587642727687

Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item