AEC 2015 Mau Kemana?
ISLAMIC ENTREPRENUER SEBA G AI S T R A T E G I PE N I N G KA T A N D AYA INSANI D A L A M ME N G H A D API AEC 2015 Dr. ...

https://rohman-utm.blogspot.com/2014/11/aec-2015-mau-kemana.html
ISLAMIC ENTREPRENUER
SEBAGAI STRATEGI PENINGKATAN DAYA
INSANI
DALAM MENGHADAPI AEC 2015
abtrak
Dunia
sedang berubah. Komunikasi antarmanusia menjadi tanpa batas. Kemajuan ilmu
teknologi, komunikasi, transportasi, dan turisme, telah menjadikan dunia
sebagai 'desa besar'. Di tengah situasi dunia yang berubah itu, dunia Islam
mencanangkan abad ke-15 Hijriyah ini sebagai abad kebangkitan kembali Islam.
Walaupun pelecehan menerpa, umat Islam musti tetap optimistis menghadapinya. Kebangkitan masa depan
tidak bisa hanya dengan membanggakan kejayaan masa lalu (glory of the past, melainkan dengan mengangkat derajat umat melalui kualitas iman
dan ilmu. Terlebih dalam menghadapi Asean Economy
Community 2015. Apa yang harus diperkuat sebagai ekonom muslim? Benarkah Islamic
Entreprenuer Sebagai solusi alternatif..Selain Ekonomi Islam sebagai
sumber payungnya.
Ketika persaingan di satu
pasar dirasakan
tidak
lagi menguntungkan, maka insting
bisnis akan mengarahkan pada
pencarian pasar baru, termasuk mencoba keberuntungan di negeri orang. Kehadiran AEC
akan menjadi
solusi bagi pelaku bisnis. Pemberlakuan AEC menciptakan tuntutan bagi pelaku
usaha lokal untuk
segera bersiap
memasuki pasar
global. Kehadiran
pasar global
mensyaratkan sumber daya manusia dan produk yang
berkualitas serta berdaya saing. sains dan teknologi akan membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa. Bangsa unggul di dunia saat ini adalah bangsa yag memiliki
kemampuan
untuk melakukan
inovasi.
Key words: Islamic Entreprenuer dan AEC
A. Pendahuluan
ASEAN Economic Community (AEC)
adalah
upaya
bersama untuk
mencipta integrasi ekonomi regional pada tahun 2015,
dengan tujuan
mewujudkan
kawasan ekonomi ASEAN yang
stabil, makmur dan berdaya saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang
merata yang ditandai dengan
penurunan tingkat kemiskinan dan
perbedaan sosial ekonomi.
Kesepakatan pelaksanaan AEC diikuti oleh 10 negara anggota Asean yang
memiliki total penduduk 600 juta jiwa. Sekitar
43 % jumlah penduduk
itu berada di Indonesia. Artinya,
pelaksanaan
AEC
ini
sebenarnya akan
menempatkan Indonesia sebagai pasar utama baik untuk arus barang maupun
arus
investasi. Dalam konteks arus barang yang perlu dicermati yaitu:
sudahkah barang-barang lokal nasional mampu bersaing melawan produk-produk unggulan dari Thailand, Vietnam, Filiphina,
Brunei darussalam,
dan Malaysia,
baik
dari sisi
harga maupun kualitas?
Kehadiran ekonomi global yang masih tidak menentu ini benar-benar tidak dapat
dihindari.
Sementara
perekonomian domestik harus tetap
terjaga
dengan fundamental ekonomi yang tetap kokoh dan daya saing yang lebih baik. Kondisi ini tentunya akan menjadi suatu keharusan
bagi Indonesia dan masing-masing daerah untuk terus bekerja keras dan bersaing
dengan negara lain jika ingin
bertahan. Langkah ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan daya saing
bangsa, memperbaiki kinerja ekonomi nasional yang didukung
struktur ekonomi
yang kuat, mengembangkan pusat-pusat
pertumbuhan yang tersebar
di seluruh Wilayah Nusantara.
Meningkatkan daya saing, identik dengan efisiensi
dan produktivitas, hal yang pertama dan penting untuk dilakukan adalah
membenahi sisi teknis produksi industri. Namun kemudian, yang tidak kalah
penting atau seringkali yang menjadi masalah utama dalam peningkatan produksi
justru terletak di luar
aspek teknis produksi
industri tersebut. Pembenahan
aspek-aspek lingkungan industri
seperti kebijakan pemerintah dan governance di sepanjang rantai nilai, dengan
demikian merupakan hal yang tidak boleh diabaikan.
Upaya memasuki pasar global ini, sebagai faktor utama adalah kemampuan SDM yang
berdaya saing
dan
daya saing
produk (barang dan jasa) Indonesia dalam berkompetisi
perlu
diperkuat.
Strategi peningkatan keunggulan kompetitif merupakan prasyarat bagi suatu
bangsa untuk dapat bersaing
di dalam arus globalisasi yang semakin kuat dalam rangka mewujudkan cita-cita kemerdekaan
Indonesia. Keunggulan
kompetitif
tentunya hanya dapat
dicapai bila bangsa Indonesia mampu menghasilkan karya-karya bermutu, yang
dapat
memenuhi atau bahkan melebihi persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk dapat
menembus pasar global. Dan standar adalah sebagai dasar
inovasi yang
menjadi tumpuan keunggulan
daya saing nasional.
Dalam
menghadapi tantangan
tersebut pendidikan wirausaha secara formal maupun
non forml memiliki peranan yang signifikan. Pendidikan wirausaha mempersiapkan
sumberdaya manusia untuk mandiri,
melatih keberanian bersaing, dan mempersiapkan
keunggulan-keunggulan diri dan
produk.
B.
Menuju ASEAN Economic Community
Menyambut Asean Economic Community 2015, kemampuan SDM dan daya saing
produk (barang dan jasa) Indonesia dalam berkompetisi perlu diperkuat. Dalam beberapa
aspek diperlukan
peningkatan
dan percepatan
keunggulan kompetitif, hal
ini merupakan
prasyarat untuk dapat bersaing di dalam arus globalisasi yang semakin kuat. Keunggulan
kompetitif tentunya hanya dapat dicapai bila bangsa ini mampu menghasilkan karya-karya
berkualitas yang dapat memenuhi atau melebihi
persyaratan-persyaratan
yang diperlukan memasuki pasar global. Semua itu diperlukan inovasi-inovasi untuk mencapai keunggulan dan
daya saing.
AEC Blueprint yang merupakan pedoman bagi negara-negara anggota ASEAN memuat empat kerangka kerja utama, yaitu: pertama, ASEAN sebagai pasar tunggal dan
basis produksi internasional dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terdidik dan aliran modal yang
lebih bebas. Kedua, ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak
atas
kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur,
perpajakan dan e-commerse. Ketiga,
ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang
merata, dengan elemen
pembangunan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk Negara- Negara CMLV (Cambodia, Myanmar,
Laos dan Vietnam).
Keempat,
ASEAN
sebagai kawasan yang
terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global dengan elemen
pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan dan meningkatkan peran serta dalam jejaring
produksi global. Dari empat pilar tersebut, saat ini pilar pertama yang masih
menjadi perhatian ASEAN.
Berdasarkan empat komponen
utama dalam AEC yang
ditargetkan akan terlaksana
pada
2015 dan sekarang tinggal setahun lagi dari waktu yang ditentukan, ASEAN baru
mampu melaksanakan komponen
pertama yaitu ASEAN sebagai pasar tunggal,
itu pun belum terlaksana secara total masih perlu tambal sulam
di banyak lini. Mewujudkan pilar pertama dari
AEC
ini berarti seluruh
negara ASEAN
harus melakukan
liberalisasi
perdagangan
barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan
arus
modal yang lebih
bebas.
Kondisi perdagangan ini juga berarti memaksa para pengusaha (terutama UMKM) pada 2015 harus
ikut
“bertarung” menghadapi liberalisasi dan
integrasi ekonomi Asean.
Sementara sebagian besar pengusaha UMKM belum mengetahui adanya AEC.
Jika
masyarakat pengusaha tidak mengetahui
akan ada economic border less country dalam bungkus AEC, apalagi masyarakat biasa yang menjadi objek pasar terbuka ASEAN.
Pemerintah memang perlu memperhatikan masalah ini yang hanya tinggal setahun lagi, selain memikirkin pesta demokrasi yang
tidak
bisa dihindarkan, yaitu pemilihan umum legislatif dilanjutkan
pemilu
presiden.
Kesepakatan
pelaksanaan
AEC
ini diikuti
oleh
10 negara
anggota ASEAN yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa. Diperkirakan 43
% jumlah penduduk
itu berada di Indonesia.
Artinya,
pelaksanaan AEC ini sebenarnya akan menempatkan Indonesia sebagai pasar utama baik untuk arus barang
maupun arus investasi.
Perdagangan sebagai faktor utama adalah produk,
untuk itu barang-barang lokal nasional
harus disiapkan mampu bersaing melawan produk-produk unggulan dari Thailand, Vietnam,
Filiphina, Brunei darussalam, dan
Malaysia,
baik dari sisi harga maupun kualitas. Semua
merupakan suatu tantangan yang harus dipikirkan pengusaha dan pemerintah. Memasuki
pasar global berarti meyiapkan produk dan sumberdaya manusia yang berdaya saing.
Selain tantangan yang
harus disiapkan, tentu ada keuntungan yang
didapat dengan adanya AEC bagi negara-negara anggotanya termasuk Indonesia. Pengusaha Indonesia dapat menawarkan
barang
produksinya tanpa harus ada syarat yang rumit. Para investor juga akan lebih tertarik unutk menanamkan investasi di Indonesia. Sosialisasi yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam konteks persiapan AEC hendaknya tidak semata mengenai cara -cara menembus pasar Asean, tapi yang
jauh
lebih penting
adalah bagaimana pengusaha kita bisa bertahan
di pasar lokal di tengah besarnya arus barang dari Asean. Pola-pola seperti MEE, misalnya penyatuan mata uang,
harus dihindarkan dalam AEC.
Dibutuhkan Ribuan
Entrepreneur Mengatasi Keterpurukan Ekonomi Bangsa Ini
Semenjak krisis ekonomi terjadi, jumlah
pengangguran di Indonesia semakin bertambah. Pengangguran intelektual (
sarjana) tak terelakkan, setiap tahun ribuan bahkan jutaan sarjana tidak dapat
pekerjaan. Kenaikan harga BBM dan TDL secara beruntun akan menyebabkan secara
pasti kebangkrutan perusahaan-perusahaan, dan secara otomatis akan terjadi PHK
dimana-mana. Kenaikan harga BBM saja sudah cukup membuat masyarakat sesak
nafas. Apalagi pemerintahan
JOKOWI yang baru seumur jagung langsung menaikan BBM.
Solusi pengangguran adalah kerja. Pemerintah harus
memfasilitasi rakyatnya sedemikian rupa
sehingga mereka bisa bekerja kembali mencari nafkah untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Di tengah-tengah
keterpurukan ekonomi yang mengakibatkan jutaan pengangguran, seperti
yang terjadi di Indonesia dewasa ini, maka solusi yang tepat adalah mendorong
masyarakat menciptakan lapangan pekerjaan. Dan ini artinya adalah upaya
melahirkan wirausahawan. Jika pemerintah consern
pada upaya ini, maka angka pengangguran akan turun dan bisa ditekan secara
drastis. Bayangkan, seandainya saja pemerintah berhasil mencetak 2 juta
entrepreneur. Masing-masing entrepreneur tersebut berhasil merekrut 10 orang
sebagai karyawan. Maka sudah ada 22 juta orang yang terentas dari pengangguran.
Suatu angka fantastis untuk bisa dibayangkan saat ini.
Apalagi
jika entreprenur tersebut ada pada level pemerintah. Pasti akan bisa
menciptakan peluang pekerjaan yang lebih besar. Di tangan seorang pemerintah
yang entrepreneur, akan tercipta peluang-peluang kerja dan bisnis yang banyak
sekali.
D.
Islamic Entrepreneur Sebagai alternatif
Indonesia masih memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang rendah. Persiapan penerapan penerapan Masyarakat
Ekonomi ASEAN atau Asean Economy
Community (AEC) tahun
2015 sangat diperlukan
kualitas SDM yang
berdaya saing, sehingga
upaya
peningkatan kualitas sumberdaya manusia tidak bisa ditunda
karena sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan asset
di bidang tenaga kerja
dan tenaga ahli yang
mampu merubah bangsa Indonesia menjadi berdaya saing dibandingkan
dengan negara lain.
Menghasilkan tenaga kerja yang
produktif diperlukan pendidikan yang
bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan. Pendidikan dan pelatihan sebagai upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang akan berkontribusi pada kemampuan daya
saing. Melatih tenaga kerja lebih
produktif
akan meningkatkan
indeks Pembangunan
Manusia.
Selain
IPM yang
rendah,
Indonesia masih
tinggi angka pengangguran tenaga kerja,
hal
ini menjadi tantangan yang harus dihadapi dan
segera dicari solusinya.
Pendidikan
formal untuk
meningkatkan sumberdaya manusia menjadi berdaya saing,
untuk itu perlu ada link and match dengan dunia industri. Disamping itu pendidikan formal
juga perlu mengajarkan kemandirian pada peserta didik
dengan memberikan
pengetahuan
kewirausahaan.
Salah satu upaya link and match di
dunia pendidikan formal dalam mendidik
kemandirian adalah dengan pendidikan
wirausaha. Pendidikan wirausaha dapat
dilakukan secara formal maupun non formal antara lain dengan kurikulum Kewirausahaan di semua
jenjang
pendidikan, melakukan pelatihan-pelatihan wirausaha. Dengan wirausaha, mereka mampu
menghasilkan
produk yang diperlukan pasar dan upaya tersebut menciptakan kemandirian. Pusat-pusat pelatihan
perlu
ada
pembinaan
dan
pendampingan secara terus- menerus,
sehingga dapat berkembang dan
berdaya saing.
Selain pendidikan formal,
juga perlu dilakukan pendidikan kewirausahaan yang
bisa
diikuti peserta yang bermacam-macam. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui pelatihan wirausaha, workshop, dan lain-lain, yang
dapat diikuti baik dari yang tidak tamat di sekolah
formal, yang masih sekolah, sudah lulus
bahkan sampai pensiunan. Wirausaha harus merata
dari
bawah ke atas, dan tidak hanya di kota tetapi juga di desa. Ada tiga komoditi yang tidak pernah mati dan dapat dikembangkan secara terus menerus dalam kegiatan wirausaha, yaitu
makanan, energi dan
air, sebagai sumber ide untuk dapat dikembangkan menjadi inovasi- inovasi baru.
Perkembangan wirausaha di Indonesia saat ini berada pada angka 1,65 persen dari
jumlah penduduk Indonesia. Jika mencapai angka dua persen Indonesia bisa
dikatakan
makmur,
meskipun penyebarannya belum merata. Melalui kegiatan pendidikan wirausaha, motivasi-motivasi yang di dengungkan akan meningkatkan potensi wirausaha terutama dalam
membangun kemandirian
di saat AEC mendatang.
AEC ibarat 2 mata pisau
bagi Indonesia, bisa menjadi peluang
yang membawa manfaat dan berkah (land
of
opportunities)
juga bisa menjadi musibah (loss of opportunities). Pada saat Indonesia menjadi produsen yang banyak mengekspor atau
pelaku usaha, maka manfaat dapat dirasakan dari
AEC tersebut, namun jika menjadi sasaran empuk
importir atau pengguna pruoduk,
maka loss of opportunities yang
dirasakan. Jawabannya
adalah pada kesiapan Indonesia menghadapi AEC. Seberapa siapkah Indonesia menghadapi
AEC?
Kewirausahaan menjadi kata kunci dan
menunjukkan kemandirian bangsa. Artinya
mampu merespons
segala
macam guncangan dan meningkatkan daya saing.
Apabila wirausaha tidak berkembang, maka pasar besar akan diisi wirausahawan dari luar
Sebuah studi yang
dilakukan United Nation Conference on Trade and Development atau
UCTAD di tahun 2009, menyimpulkan peran kewirausahaan sebagai salah satu solusi terbaik
dalam mengatasi terorisme, radikalisme, instabilitas politik dan beragam tantangan pembangunan sosial
lainnya. Kewirausahaan yang berisikan
kegiatan ekonomi produktifmemfasilitasi transaksi dan
interaksi yang setara dan saling menguntungkan, hingga mendukung
tumbuh suburnya sikap toleransi, menstimulasi kegiatan pembelajaran dan
pendidikan
serta memperluas jaringan komunikasi antar
peradaban.
D. Islam,
Membangun Jiwa Entrepreneurship
Islam adalah agama yang diturunkan Allah swt untuk
memberi solusi problem kehidupan manusia. Dengan demikian Islam pasti menyimpan
dan mengajarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip entrepreneurship. Seorang
muslim yang menjalankan Islam secara konsekuen, maka secara tidak sadar ia
telah melakukan setting dan trampil mengorganisasikan pikiran mereka.
Secara
singkat, nilai-nilai dan prinsip-prinsip tersebut bisa kita lihat dalam
beberapa point di bawah ini :
1.
Islam mengajarkan
kejelasan tujuan hidup. Seorang mukmin pasti mengejar tujuan tersebut.
Kesuksesan dunia dan kesuksesan akhirat. (Lihat QS Al-Mukminun ayat 1-11).
2.
Amalan-amalan dan
sikap-sikap yang diajarkan Islam telah
mensetting pikiran (setting of mind) seorang muslim sedemikian rupa
sehingga hidupnya pasti produktif. (Itu juga dijelaskan dalam QS Al Mukminun
1-11).
3.
Prinsip Focus
terhadap sebuah pekerjaan juga diajarkan oleh Islam melalui niat yang harus
dipasang setiap kali akan melakukan aktivitas. Niat ini akan mengoptimalkan
perolehan aktivitas.
4.
Islam mengajarkan
Prinsip terus belajar. Always Learn and Open Mind. (prinsip menuntut ilmu
sepanjang hidup).
5.
Islam mengajarkan
action, tidak hanya lamunan saja. Bukankah selama ini segala sesuatu terjadi
dalam dunia realitas ini lantaran action ? No Action, Nothing Happened.
(prinsip amal sholih).
6.
Islam mengajarkan
tidak takut gagal. Prinsip tawakkal ‘alallah.
7.
Bahkan seorang muslim
yang mukmin mempunyai power yang luar biasa yang tidak dimiliki oleh
orang-orang barat. Power yang saya maksudkan di sini adalah power ikhlas. Dan
masih banyak lagi. Lainya.
Dengan demikian, menjadi pengangguran bagi seorang
muslim adalah sebuah fenomena yang tidak masuk di akal. Selanjutnya bisa
dipahami pula bahwa ajaran Islam bisa digunakan oleh pemerintah Indonesia
sebagai cara untuk mencetak Entrepreneur di kalangan kaum muslimin, terlebih pada saat AEC 2015 didengungkan.
Semoga
bermanfaat
Rekomendasi
Untuk didiskusikan
1.
Apakah mungkin AEC 2015 justru akan memperkuat posisi
ekonomi Liberal (kebebasan ekonomi) serta melemahkan posisi ekonomi syariah ?
2.
Peluang dan tantangan AEC 2015 tinjaun maslahah dan
mafsadah?
3.
Apa peran mahasiswa AEC 2015?
Selamat Berdiskusi
[1] Disampaikan pada Forum
Kajian Himaprodi Ekonomi Syariah STAIS
SYAICHONA MOH.CHOLIL Tanggal 21 Nopember
2014 di LAB IPA STAIS