rohmans

MENYOAL DAN MENGHADAPI FITNAH AKHIR ZAMAN

Akhir-akhir ini, sering Diantara fitnah akhir zaman yang di pastikan akan terjadi dan bahkan sudah kita rasakan dan kita alami saat sekar...


Akhir-akhir ini, sering Diantara fitnah akhir zaman yang di pastikan akan terjadi dan bahkan sudah kita rasakan dan kita alami saat sekarang ini adalah di kuasakannya kepada kita para pemimpin yang dzalim. Hal ini sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam :
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ
 “Akan muncul sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak menggunakan petunjuk ku, tidak mengamalkan sunnahku, akan muncul ditengah tengah mereka pemimpin yang berhati setan ditubuh manusia” (HR Muslim : 1847)
 Kondisi ini diperparah dengan keadaan manusia yang berada pada kejahilan dan ketidak fahaman terhadap agama, jauh dari ulama, tidak ada perhatian terhadap agam mereka, sunnah Nabi mereka, beragama hanya menggunakan perasaan dan hawa nafsunya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shalalahu alaihi wasallam :
 إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَفْشُوَ الزِّنَا وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَذْهَبَ الرِّجَالُ وَتَبْقَى النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً قَيِّمٌ وَاحِدٌ
 “Sesungguhnya diantara *tanda dekatnya kiamatnya* adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kejahilan terhadap agama, merajalela perzinahan, minum khamer, lenyapnya kaum laki laki dan tersisanya kaum wanita, sehingga bandingannya limapuluh wanita sebanding seorang laki laki” (HR Bukhari : 80, Muslim : 2671).
 Tentang Hadits ini Al Imam Al Bukhari memberi judul bab didalam kitab shahihnya :
بَابُ رَفْعِ العِلْمِ وَظُهُورِ الجَهْلِ.
 “Bab diangkatnya ilmu (agama) dan nampaknya kejahilan”
 Al Imam Muslim rahimahullah memberi judul bab di kitab shahihnya terhadap hadits diatas dengan judul :
 بَابُ رَفْعِ الْعِلْمِ وَقَبْضِهِ وَظُهُورِ الْجَهْلِ وَالْفِتَنِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ

“Bab diangkat dan dicabutnya ilmu dan nampaknya kejahilan dan fitnah diakhir zaman”
Demikianlah betapa  tajamnya bashirah dan dalamnya keilmuan para ulama kita, ketika menyatakan bahwa ilmu diangkat akan muncul fitnah dan kejahilan ditengah tengah umat.
 Pada saat demikian biasanya orang awam yang tidak tahu apa apa tentang masalah yang sedang terjadi, mulai angkat  bicara, berkomentar sok berilmu dan pintar, mereka tidak sadar bahwa yang sedang dibicarakan ini adalah masalah besar, masalah umat dan masalah hajat orang banyak, Mereka pada angkat bicara di berbagai media, komen di mana mana , lebih lebih di medsos, sehingga yang timbul adalah menyebarnya fitnah dan kerusakan ditengah tengah umat, yang justru semakin memeperburuk keadaan, alih alih memperbaiki, malah tambah membuat runyam suasana, padahal kalau senadainya mereka itu  diam niscaya itu suatu maslahat besar bagi umat.
Maka benarlah apa yang disabdakan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam :
 سَيَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيْهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الْأَمِيْنُ وَيَنْطِقُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيْلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ يَتَكَلَّمُ فِيْ أَمْرِ الْعَامَّةِ

“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu,  para pendusta di benarkan, sementara orang jujur di dustakan, orang yang berkhianat dianggap amanah sementara orang yang amanah dianggap berkhianat dan akan berbicara Ar-Ruwaibidhoh. Ditanyakan : “Siapakah Ar-Ruwaibidhoh itu ?”. Beliau berkata : “Orang yang bodoh berbicara dalam perkara umum”. (HR Ibnu Majah : 4036, Dishohihkan oleh Syeikh Al Albani di silsilah As Shahihah : 1887, juga oleh syaikh Muqbil rahimahumallah dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa Fi Ash-Shohihain).
 Inilah fenomena akhir zaman dimana termasuk juga pembunuhan, kerusakan, anarkis dan radikalisme bermunculan dan merajalela, sampai didalam hadits disebutkan saking demikian mudahnya orang membunuh, sehingga yang membunuh dia tidak tahu kenapa ia membunuh saudaranya.
 Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , dia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  telah bersabda :
 يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ.

“Kiamat akan semakin dekat dengan dicabutnya ilmu tentang Islam, banyaknya bencana atau kekacauan, serta maraknya kekikiran dan harj”. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah itu Al Harj?” Rasulullah menjawab, “Pembunuhan”. (HR muslim : 157)
 Dalam hadits lain disebutkan :
 وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِيمَ قَتَلَ وَلَا الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ فَقِيلَ كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ قَالَ الْهَرْجُ الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ.

“Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, dunia ini tidak akan binasa kecuali setelah manusia mengalami suatu masa di mana pelaku pembunuhan tidak mengerti apa sebabnya ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti apa sebabnya ia dibunuh.’ Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah, “Bagaimana hal itu bisa terjadi ya Rasulullah?” Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  menjawab, “Itulah pembunuhan, di mana orang yang membunuh dan orang yang di bunuh akan masuk neraka” (HR Muslim : 2908)
 Semua fitnah yang terjadi ini adalah ujian dari Allah atas para hamba-Nya siapa diantara mereka yang benar dalam mensikapi fitnah, siapa diantara para hamba yang berjuang dengan perjuangan yang benar bukan semata mata mengikuti  emosi, ikut perasaan jiwanya apalagi mengikuti hawa nafsunya. Inilah hikmah terbesar dari adanya  fitnah yang menimpa umat.
 Allah Ta’ala berfirman ;
 أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabut : 2-3).

▪ Termasuk didalamnya, Kedzaliman penguasa,  kekufuran pemimpin adalah fitnah dan ia  buah dari rakyat yang memang dzalim dari banyak segi dan sisi kehidupan, dzalim kepada manusia, dzalim kepada diri mereka dengan dosa dan maksiat,  bahkan banyak diantara mereka yang melakukan kedzaliman kepada Allah dengan cara melakukan kesyirikan, dan inilah sebesar besar kedzaliman.

Allah Ta’ala berfirman :

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضاً بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. (QS Al An’am : 129)

▪Demikian juga Ketidak pedulian kaum muslimin kepada agamanya dengan tidak mau mempelajarinya, enggan untuk mengamalkannya, sibuk dengan urusan dunianya, sehingga tidak tahu akan ajaran agamanya, maka kehinaanlah yang didapatkan, berupa dikuasakan musuh –musuhnya , tidak ada lagi rasa takut dihati musuhnya  kepada kaum muslimin, Allah cabut rasa takut dari hati musuh-musuh  islam, mereka berani menghina, merendahkan kaum muslimin , padahal jumlah kaum muslimin adalah mayoritas, jumlah kita bnyak, apa penyebab semua ini? Jawabannya secara umum adalah  karena kita kaum muslimin telah jauh dari agama ini, islam hanya nama identitas di KTP kita, maka maha adil Allah Ta’ala ketika memnguasaklan pemimpin yang dzalim kepada rakyat yang juga dzalim. Kita ini kaum yang mulia tapi syaratnya kalau kita beriman dengan sebenar benarnya iman.

Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali imran : 139)

▪Sebuah nasehat dari Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al Badr patut untuk kita renungkan :

:هَذِهِ الْكثْرَةُ لاَ قِيْمَةَ لَهَا وَالسَبَبُ فِيْ ذَلِكَ هُوَ عَدَمُ الْقِيَامِ بِمَا أَوْجَبَ اللَّهُ عَزَّوَجَلَّ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ إِظْهَارِ الدِّيْنَ فَتُغْلَبُ عَلَيْهِمُ الْأَعْدَاءُ وَأَصَابَ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ أَعْدَائِهِمْ الذُّلَّ بَعْدَ أَنْ كَانَ الْكُفَّارُ يَهَابُوْنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Banyak nya jumlah (Mayoritas) kaum muslimin ini tidak ada lagi harganya, dan  yang menjadikan sebab demikian itu adalah mereka tidak menegakakn apa yang Allah wajibkan atas mereka berupa menampakan agama (menjalankan syari’at, pent), akhirnya mereka di kalahkan oleh musuh musuh mereka, sehingga kaum muslimin menjadi terhina dari musuh mereka, yang sebelumnya musuh mereka gentar kepada mereka..”(Syarah Sunan Abu Dawud)

▪Maka kalau kondisi ini mau kita anggap sebagai sebuah musibah, janganlah menyalahkan siapa siapa , akan tetapi salahkanlah diri kita , karena tidaklah terjadi musibah dibumi ataupun dilangit itu semua karena ulah tangan tangan kita sendiri, oleh karena itu mari perbaiki diri kita sendiri dan keluarga kita, karena ini kewajiban utama kita, dimuali dari diri dan keluarga, tunaikan hak haka Allah.

Allah Ta’ala berfirman :

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS As-Syuura : 30).

  *PROFORSIONAL DALAM MENGHADAPI FITNAH :*

1 Berdoa kepada Allah Ta’ala minta perlindungan dari fitnah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

تَعَوَّذُوا بِاللهِ مِنْ الْفِتَنِ  مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Berlindunglah kalian kepada Allah dari segala fitnah, baik yang tampak ataupun yang tersembunyi” (HR Muslim : 2867).

Berdasarkan hadits diatas maka Lafadz do’anya :

*”Allahumma inni a’udzubika minal Fitan Maa Dzaharo minha wama bathan”*.

Artinya, *”Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada Mu dati fitnah baik yang nampak ataupun yang tersembunyi”.*

2 Memperbanyak amal shalih, meningkatkan ketakwaan secara umum.

Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.

“Segeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah laksana potongan gelap malam gulita, seseorang paginya beriman sorenya sudah kafir, sorenya beriman paginya sudah kafir, dia menjualk agamanya dengan harta dunia” (HR Muslim : 118)

3 Menjaga lisan dari berkomentar dari setiap apa yang kita dengar. Khususnya dalam perkara Nawazil. Lebih lebih komentar dan bicara di medsos yang lebih mudah penyebarannya ibarat angin berhembus.

Nawazil jama’ dari Nazilah, maksudnya yaitu kejadian-kejadian atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi pada kaum muslimin. Dan nawazil ini dikenal juga dengan istilah hawadits.

Siapa yang layak nicara dalam masalah ini ? Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :

الْعَالِمُ بِكِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ وَأَقْوَالِ الصَّحَابَةِ؛ فَهُوَ الْمُجْتَهِدُ فِي أَحْكَامِ النَّوَازِلِ

“Orang yang alim terhadap Kitabullah dan Sunnah RasulNya dan perkataan para shahabat, maka dialah mujtahid (ahli ijtihad) pada perkara-perkara Nawazil”. (I’lamul Muwaqi’in 4/212)

▪ Dalam kondisi fitnah jangan mudah menshare berita atau komentar sebelun di cek kebenarannya.

Allah Ta’ala berfirman :

وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْ لاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“ Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri) .Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). (QS An-Nissa : 83)
Tidak setiap apa yang kita dengar layak untuk diucapkan.
 Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata :

حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وِعَاءَيْنِ: فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ هَذَا البُلْعُومُ

“Saya menghafal dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam dua kantong. Adapun salah satunya saya telah sebarkan dan adapun yang lainnya kalau saya sebarkan maka akan diputus leher ini”. (HR Bukhari : 120)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata  ketika menjelaskan perkataan ‘Ali bin Abi Tholib :

حَدِّثُوا النَّاسَ، بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ وَرَسُولُهُ

“Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka ketahui, apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan ?”.

وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْمُتَشَابِهَ لَا يَنْبَغِي أَنْ يذكر عِنْد الْعَامَّة وَمثله قَول بن مَسْعُودٍ وَمِمَّنْ كَرِهَ التَّحْدِيثَ بِبَعْضٍ دُونَ بَعْضٍ أَحْمَدُ فِي الْأَحَادِيثِ الَّتِي ظَاهِرُهَا الْخُرُوجُ عَلَى السُّلْطَانِ وَمَالِكٌ فِي أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ وَأَبُو يُوسُفَ فِي الْغَرَائِبِ وَعَنِ الْحَسَنِ أَنَّهُ أَنْكَرَ تَحْدِيثَ أَنَسٍ لِلْحَجَّاجِ بِقِصَّةِ الْعُرَنِيِّينَ لِأَنَّهُ اتَّخَذَهَا وَسِيلَةً إِلَى مَا كَانَ يَعْتَمِدُهُ مِنَ الْمُبَالَغَةِ فِي سَفْكِ الدِّمَاءِ بِتَأْوِيلِهِ الْوَاهِي

“Didalamnya ada dalil bahwa perkara yang mutasyabih (yang mengandung beberapa pengertian) tidak pantas disebutkan pada khalayak umum”. Kemudian beliau menyebutkan perkataan Ibnu Mas’ud lalu beliua berkata : “Di antara orang-orang yang tidak senang memberikan hadits pada sebagian orang adalah imam Ahmad dalam hadits-hadits yang zhohirnya membolehkan khuruj (kudeta) terhadap pemerintah, dan imam Malik dalam hadits-hadits tentang sifat-sifat (Allah), dan Abu Yusuf tentang hadits-hadits yang ghorib (aneh dari sisi makna maupun lafazh-pen.) … . Dan Dari Al-Hasan (Al-Bashry-pen.) ia mengingkari Anas (radhiyallahu ‘anhu) menceritakan kepada Hajjaj tentang kisah Al-Uraniyyin karena ia akan menjadikannya sebagai wasilah yang selama ini ia pegang dalam berlebihan menumpahkan darah denga ta`wil yang lemah. (Fathul Bary 1/225)

4 Tetap berusaha untuk menuntut ilmu syarI dengan menghadiri majlis majlis ilmu,  karena dengan memahami syariat ini dengan benar ia akan punya filter tidak mudah ikut ikutan terbawa arus dengan fitnah, tidak mudah mengikuti emosi atau perasaannya, tapi kokoh dengan ilmunya, sehingga akan selamat dari fitnah.

Dari Abu Bakrah radhiyallahu anhu ia berkata :

عَصَمَنِي اللَّهُ بِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا هَلَكَ كِسْرَى، قَالَ: “مَنْ اسْتَخْلَفُوا؟ ” قَالُوا: ابْنَتَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً”، قَالَ: فَلَمَّا قَدِمَتْ عَائِشَةُ يَعْنِي البَصْرَةَ ذَكَرْتُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَعَصَمَنِي اللَّهُ بِهِ: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ

Allah telah menjaga ku dari fitnah (perang jamal) berkat sesuatu (satu hadits) yang aku dengar dari Rasulullah shalallahu alaihi wasallam ketika Kisra (raja Persia) meninggal, beliau bersabda, “siapa penggantinya?” Para Sahabat menjawab, “putrinya”, maka beliau pun bersabda, “Tidak akan sukses selamanya sebuah kaum, yang menyerahkan urusan mereka (pemimpin) kepada seorang perempuan”. Abu Bakrah radhiyallahu anhu berkata, “Ketika Aisyah radhiyallahu berangkat ke Bashrah, aku ingat hadits Rasulullah tersebut, maka Allah pun menyelamatkan aku (dengan tidak ikut ikutan fitnah yaitu peperangan jamal)” (HR Tirmidzi : 2262)

Abdullah bin Ziyad Al Asadi berkata, “Tatkala Thalhah, Zubair dan ‘Aisyah berangkat ke Bashrah, Ali mengutus ‘Ammar bin Yasir dan Hasan bin Ali mendatangi Kami di Kufah, lantas keduanya naik minbar. Ketika itu Al Hasan bin Ali diatas minbar di tangga paling atas, sedang Ammar berdiri dibawah Al Hasan, kami berkumpul di sekelilingnya, dan aku mendengar ‘Ammar mengatakan” :

إِنَّ عَائِشَةَ قَدْ سَارَتْ إِلَى الْبَصْرَةِ وَ وَاللَّهِ إِنَّهَا لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْتَلَاكُمْ لِيَعْلَمَ إِيَّاهُ تُطِيعُونَ أَمْ هِيَ
 “Aisyah tengah berangkat ke Bashrah, demi Allah, ia adalah isteri Nabi kalian (Shallallahu ‘alaihi wasallam) di dunia dan di akherat, namun Allah Tabaraka wata’ala menguji kalian agar Dia mengetahui, apakah kalian taat kepada-NYA atau kepada Aisyah”. (HR Bukhari : 7100)

5 Bersabar tidak mudah melakukan tindakan yang hanya mengikuti perasaan dan hawa nafsu.

اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ

Bersabarlah, sebab tidaklah kalian menjalani suatu zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai rabb kalian. Aku mendengar hadit ini dari Nabi kalian Shallallahu ‘alaihi wasallam.’ (HR Bukhari : 7068)
 Diantara bentuk yang wajib kita hindari di zamn fitnah adalah tidak memberontak kepada penguasa muslim yang dzalim, karena mudharat yang ditimbulkannya akan jauh lebih besar daripada maslahat yang didapatkan, bahkan ketika dibolehkan pun untuk memberontak kepada penguasa yang jelas jelas kekufurannya, tanpa adanya syubhat, tetap di syaratkan adanya kemampuan serta tidak adanya kemudharatan, kalau tidak maka kita diperintah untuk bersabar.

Dari ‘Ubadah bin As Shamit radhiyallahu anhu ia berkata :

أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا، وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا، وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ»، قَالَ: «إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ فِيهِ بُرْهَانٌ

“Kami berbai’at (kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam) untuk senantiasa mendengar dan taat (kepada para pemimpin) baik dalam perkara yang kami senangi atau yang kami benci, dalam kesusahan maupun dalam kemudahan, dan juga ketika pemerintahan bersikap mementingkan diri mereka sendiri. Dan kami tidak diperbolehkan untuk mencabut urusan pemerintahan dari orang yang menjabatnya, Beliau bersabda, “kecuali jika kalian melihat adanya kekafiran yang nyata, maka ketika itu kalian memiliki keterangan yang nyata di hadapan Allah Ta’ala.” ( HR. Bukhari : 7055 dan Muslim : 1709).

Namun dilarang mentaati pemimpin dalam perkara kemaksiatan.

Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Ali radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

لَا طَاعَةَ فِيْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ.

“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah, sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam kebaikan” (HR Muslim : 1840)

Wajib bersabar atas kedzaliman pemimpin, dengan tetap memberikan nasehat bagi yang mampu sesuai dengan kapasitasnya.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma, dari Nabi shalallahu alaihi wasallam  beliau bersabda :

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ، إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً

“Barangsiapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu yang ia benci, maka *hendaklah ia bersabar* atas hal tersebut. Karena barangsiapa yang meninggalkan jama’ah (persatuan kaum muslimin) satu jengkal kemudian ia meninggal dunia, kecuali ia meninggal dunia seperti mati jahiliyah.” (HR Bukhari : 7054, Muslim : 1849)

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ

Barang siapa yang ingin menasehati para penguasa dengan suatu urusan maka janganlah dengan terang terangan, akan tetapi pegang tangannya  berduaanlah kalau diterima nasehat kita itu yang kita harapkan, dan kalau tidak mau maka sungguh engkau telah menyampaikannya (HR Ahmad : 15369, dishahihkan oleh Al Albani di kitab Fi Dzilalil Jannah : 1096).

Demikianlah semoga menjadi bahan renungan bagi kita khususnya yang relevan pada  zaman fitnah sekarang ini, dimana *semakin diam tidak ikut ikutan kedalam fitnah* insya Allah semakin selamat , Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah memperingatkan dalam sabdanya :

سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي مَنْ تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ فَمَنْ وَجَدَ مِنْهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا فَلْيَعُذْ بِه

“Akan terjadi *fitnah,* ketika itu yang *duduk* lebih baik daripada yang *berdiri,* yang *berdiri* lebih baik dari pada yang *berjalan*, yang *berjalan* lebih baik daripada yang *berlari,* barangsiapa berusaha menghadapi fitnah itu, justru fitnah itu akan *mempengaruhinya,* maka barangsiapa mendapat tempat berlindung atau base camp pertahanan, hendaklah ia berlindung diri di tempat itu (HR Bukhari : 3601, Muslim :2886 ).
 Hadits ini bukanlah sedang menceritakan karakter pengecut, tapi karakter orang berilmu yang tidak mudah *ikut ikutan terhadap fitnah,* terbawa *emosi* dan *perasaan hati,* Wallahu A’lam. (amans, Fkis-utm)


Post a Comment

emo-but-icon

Follow Us

Profile

About Me
Dr. Abdurrohman S.Ag. M.EI
Dosen Ekonomi Syariah Fakultas Ilmu Keislaman, Universitas Trunojoyo Madura. . Selengkapnya

Total Pageviews

Recent Posts

Random

Comments

Contact Us

Name

Email *

Message *

Populer

item