MENYOAL DAN MENGHADAPI FITNAH AKHIR ZAMAN
Akhir-akhir ini, sering Diantara fitnah akhir zaman yang di pastikan akan terjadi dan bahkan sudah kita rasakan dan kita alami saat sekar...

https://rohman-utm.blogspot.com/2011/08/cerah-kan-jiwa-dengan-cinta-lalui-hari.html
Akhir-akhir ini, sering Diantara fitnah
akhir zaman yang di pastikan akan terjadi dan bahkan sudah kita rasakan dan
kita alami saat sekarang ini adalah di kuasakannya kepada kita para pemimpin
yang dzalim. Hal ini sebagaimana telah dikabarkan oleh Rasulullah shalallahu
‘alaihi wasallam :
يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ
بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ
إِنْسٍ
“Akan muncul sepeninggalku nanti para
pemimpin yang tidak menggunakan petunjuk ku, tidak mengamalkan sunnahku, akan
muncul ditengah tengah mereka pemimpin yang berhati setan ditubuh manusia” (HR
Muslim : 1847)
Kondisi ini diperparah dengan keadaan manusia
yang berada pada kejahilan dan ketidak fahaman terhadap agama, jauh dari ulama,
tidak ada perhatian terhadap agam mereka, sunnah Nabi mereka, beragama hanya
menggunakan perasaan dan hawa nafsunya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shalalahu
alaihi wasallam :
إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ
يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَفْشُوَ الزِّنَا وَيُشْرَبَ
الْخَمْرُ وَيَذْهَبَ الرِّجَالُ وَتَبْقَى النِّسَاءُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ
امْرَأَةً قَيِّمٌ وَاحِدٌ
“Sesungguhnya diantara *tanda dekatnya
kiamatnya* adalah diangkatnya ilmu dan menyebarnya kejahilan terhadap agama,
merajalela perzinahan, minum khamer, lenyapnya kaum laki laki dan tersisanya
kaum wanita, sehingga bandingannya limapuluh wanita sebanding seorang laki laki”
(HR Bukhari : 80, Muslim : 2671).
Tentang Hadits ini Al Imam Al Bukhari memberi
judul bab didalam kitab shahihnya :
بَابُ رَفْعِ العِلْمِ وَظُهُورِ الجَهْلِ.
“Bab diangkatnya ilmu (agama) dan nampaknya
kejahilan”
Al Imam Muslim rahimahullah memberi judul bab di
kitab shahihnya terhadap hadits diatas dengan judul :
بَابُ رَفْعِ الْعِلْمِ وَقَبْضِهِ
وَظُهُورِ الْجَهْلِ وَالْفِتَنِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ
“Bab diangkat dan dicabutnya ilmu dan nampaknya
kejahilan dan fitnah diakhir zaman”
Demikianlah betapa tajamnya bashirah dan
dalamnya keilmuan para ulama kita, ketika menyatakan bahwa ilmu diangkat akan
muncul fitnah dan kejahilan ditengah tengah umat.
Pada saat demikian biasanya orang awam yang
tidak tahu apa apa tentang masalah yang sedang terjadi, mulai angkat
bicara, berkomentar sok berilmu dan pintar, mereka tidak sadar bahwa yang
sedang dibicarakan ini adalah masalah besar, masalah umat dan masalah hajat
orang banyak, Mereka pada angkat bicara di berbagai media, komen di mana mana ,
lebih lebih di medsos, sehingga yang timbul adalah menyebarnya fitnah dan
kerusakan ditengah tengah umat, yang justru semakin memeperburuk keadaan, alih
alih memperbaiki, malah tambah membuat runyam suasana, padahal kalau senadainya
mereka itu diam niscaya itu suatu maslahat besar bagi umat.
Maka benarlah apa yang disabdakan Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam :
سَيَأْتِيْ عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ
خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيْهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ
فِيْهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الْأَمِيْنُ وَيَنْطِقُ فِيْهَا
الرُّوَيْبِضَةُ قِيْلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ
يَتَكَلَّمُ فِيْ أَمْرِ الْعَامَّةِ
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang menipu,
para pendusta di benarkan, sementara orang jujur di dustakan, orang yang
berkhianat dianggap amanah sementara orang yang amanah dianggap berkhianat dan
akan berbicara Ar-Ruwaibidhoh. Ditanyakan : “Siapakah Ar-Ruwaibidhoh itu ?”.
Beliau berkata : “Orang yang bodoh berbicara dalam perkara umum”. (HR Ibnu
Majah : 4036, Dishohihkan oleh Syeikh Al Albani di silsilah As Shahihah : 1887,
juga oleh syaikh Muqbil rahimahumallah dalam Ash-Shohih Al-Musnad Mimma Laisa
Fi Ash-Shohihain).
Inilah fenomena akhir zaman dimana termasuk juga
pembunuhan, kerusakan, anarkis dan radikalisme bermunculan dan merajalela,
sampai didalam hadits disebutkan saking demikian mudahnya orang membunuh,
sehingga yang membunuh dia tidak tahu kenapa ia membunuh saudaranya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , dia
berkata, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam telah bersabda :
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ
الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا
وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ.
“Kiamat akan semakin dekat dengan dicabutnya ilmu
tentang Islam, banyaknya bencana atau kekacauan, serta maraknya kekikiran dan
harj”. Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah itu Al Harj?” Rasulullah
menjawab, “Pembunuhan”. (HR muslim : 157)
Dalam hadits lain disebutkan :
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ
الدُّنْيَا حَتَّى يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِيمَ
قَتَلَ وَلَا الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ فَقِيلَ كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ قَالَ
الْهَرْجُ الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ.
“Demi Dzat yang jiwaku di Tangan-Nya, dunia ini tidak
akan binasa kecuali setelah manusia mengalami suatu masa di mana pelaku
pembunuhan tidak mengerti apa sebabnya ia membunuh dan orang yang terbunuh juga
tidak mengerti apa sebabnya ia dibunuh.’ Seorang sahabat bertanya kepada
Rasulullah, “Bagaimana hal itu bisa terjadi ya Rasulullah?” Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam menjawab, “Itulah pembunuhan, di mana orang
yang membunuh dan orang yang di bunuh akan masuk neraka” (HR Muslim : 2908)
Semua fitnah yang terjadi ini adalah ujian dari
Allah atas para hamba-Nya siapa diantara mereka yang benar dalam mensikapi
fitnah, siapa diantara para hamba yang berjuang dengan perjuangan yang benar
bukan semata mata mengikuti emosi, ikut perasaan jiwanya apalagi
mengikuti hawa nafsunya. Inilah hikmah terbesar dari adanya fitnah yang
menimpa umat.
Allah Ta’ala berfirman ;
أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن
يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ
قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ
الْكَاذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan
(saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?. Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabut : 2-3).
▪ Termasuk didalamnya, Kedzaliman penguasa,
kekufuran pemimpin adalah fitnah dan ia buah dari rakyat yang
memang dzalim dari banyak segi dan sisi kehidupan, dzalim kepada manusia,
dzalim kepada diri mereka dengan dosa dan maksiat, bahkan banyak diantara
mereka yang melakukan kedzaliman kepada Allah dengan cara melakukan kesyirikan,
dan inilah sebesar besar kedzaliman.
Allah Ta’ala berfirman :
وَكَذَلِكَ
نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضاً بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ
“Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang
yang zalim itu menjadi pemimpin bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang
mereka usahakan. (QS Al An’am : 129)
▪Demikian juga Ketidak pedulian kaum muslimin kepada
agamanya dengan tidak mau mempelajarinya, enggan untuk mengamalkannya, sibuk
dengan urusan dunianya, sehingga tidak tahu akan ajaran agamanya, maka
kehinaanlah yang didapatkan, berupa dikuasakan musuh –musuhnya , tidak ada lagi
rasa takut dihati musuhnya kepada kaum muslimin, Allah cabut rasa takut
dari hati musuh-musuh islam, mereka berani menghina, merendahkan kaum
muslimin , padahal jumlah kaum muslimin adalah mayoritas, jumlah kita bnyak,
apa penyebab semua ini? Jawabannya secara umum adalah karena kita kaum
muslimin telah jauh dari agama ini, islam hanya nama identitas di KTP kita,
maka maha adil Allah Ta’ala ketika memnguasaklan pemimpin yang dzalim kepada rakyat
yang juga dzalim. Kita ini kaum yang mulia tapi syaratnya kalau kita beriman
dengan sebenar benarnya iman.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ
مُؤْمِنِينَ
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)
kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi
(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS Ali imran : 139)
▪Sebuah nasehat dari Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad Al
Badr patut untuk kita renungkan :
:هَذِهِ الْكثْرَةُ لاَ قِيْمَةَ لَهَا
وَالسَبَبُ فِيْ ذَلِكَ هُوَ عَدَمُ الْقِيَامِ بِمَا أَوْجَبَ اللَّهُ
عَزَّوَجَلَّ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ إِظْهَارِ الدِّيْنَ فَتُغْلَبُ
عَلَيْهِمُ الْأَعْدَاءُ وَأَصَابَ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ أَعْدَائِهِمْ الذُّلَّ
بَعْدَ أَنْ كَانَ الْكُفَّارُ يَهَابُوْنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Banyak nya jumlah (Mayoritas) kaum muslimin ini tidak
ada lagi harganya, dan yang menjadikan sebab demikian itu adalah mereka
tidak menegakakn apa yang Allah wajibkan atas mereka berupa menampakan agama
(menjalankan syari’at, pent), akhirnya mereka di kalahkan oleh musuh musuh
mereka, sehingga kaum muslimin menjadi terhina dari musuh mereka, yang
sebelumnya musuh mereka gentar kepada mereka..”(Syarah Sunan Abu Dawud)
▪Maka kalau kondisi ini mau kita anggap sebagai sebuah
musibah, janganlah menyalahkan siapa siapa , akan tetapi salahkanlah diri kita
, karena tidaklah terjadi musibah dibumi ataupun dilangit itu semua karena ulah
tangan tangan kita sendiri, oleh karena itu mari perbaiki diri kita sendiri dan
keluarga kita, karena ini kewajiban utama kita, dimuali dari diri dan keluarga,
tunaikan hak haka Allah.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن
كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu). (QS As-Syuura : 30).
⚫ *PROFORSIONAL DALAM MENGHADAPI FITNAH
:*
1⃣ Berdo’a kepada Allah Ta’ala minta perlindungan dari fitnah.
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
تَعَوَّذُوا
بِاللهِ مِنْ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
“Berlindunglah kalian kepada Allah dari segala fitnah,
baik yang tampak ataupun yang tersembunyi” (HR Muslim : 2867).
Berdasarkan hadits diatas maka Lafadz do’anya :
*”Allahumma inni a’udzubika minal Fitan Maa Dzaharo
minha wama bathan”*.
Artinya, *”Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada
Mu dati fitnah baik yang nampak ataupun yang tersembunyi”.*
2⃣ Memperbanyak amal shalih, meningkatkan
ketakwaan secara umum.
Dari Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata,
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
بَادِرُوا
بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ
مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ
دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا.
“Segeralah kalian beramal sebelum datangnya fitnah
laksana potongan gelap malam gulita, seseorang paginya beriman sorenya sudah
kafir, sorenya beriman paginya sudah kafir, dia menjualk agamanya dengan harta
dunia” (HR Muslim : 118)
3⃣ Menjaga lisan dari berkomentar dari
setiap apa yang kita dengar. Khususnya dalam perkara Nawazil. Lebih lebih
komentar dan bicara di medsos yang lebih mudah penyebarannya ibarat angin
berhembus.
Nawazil jama’ dari Nazilah, maksudnya yaitu
kejadian-kejadian atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi pada kaum
muslimin. Dan nawazil ini dikenal juga dengan istilah hawadits.
Siapa yang layak nicara dalam masalah ini ? Imam Ibnul
Qoyyim rahimahullah berkata :
الْعَالِمُ
بِكِتَابِ اللَّهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ وَأَقْوَالِ الصَّحَابَةِ؛ فَهُوَ
الْمُجْتَهِدُ فِي أَحْكَامِ النَّوَازِلِ
“Orang yang alim terhadap Kitabullah dan Sunnah
RasulNya dan perkataan para shahabat, maka dialah mujtahid (ahli ijtihad) pada
perkara-perkara Nawazil”. (I’lamul Muwaqi’in 4/212)
▪ Dalam kondisi fitnah jangan mudah menshare berita
atau komentar sebelun di cek kebenarannya.
Allah Ta’ala berfirman :
وَإِذَا
جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ
إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِي الأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ
يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْ لاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
“ Dan apabila datang kepada mereka suatu berita
tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka
menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah
orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari
mereka (Rasul dan Ulil Amri) .Kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah
kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di
antaramu). (QS An-Nissa : 83)
Tidak setiap apa yang kita dengar layak untuk diucapkan.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata :
حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وِعَاءَيْنِ:
فَأَمَّا أَحَدُهُمَا فَبَثَثْتُهُ، وَأَمَّا الآخَرُ فَلَوْ بَثَثْتُهُ قُطِعَ
هَذَا البُلْعُومُ
“Saya menghafal dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa
alihi wa sallam dua kantong. Adapun salah satunya saya telah sebarkan dan
adapun yang lainnya kalau saya sebarkan maka akan diputus leher ini”. (HR
Bukhari : 120)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata ketika
menjelaskan perkataan ‘Ali bin Abi Tholib :
حَدِّثُوا النَّاسَ، بِمَا يَعْرِفُونَ أَتُحِبُّونَ أَنْ يُكَذَّبَ، اللَّهُ
وَرَسُولُهُ
“Berbicaralah kepada manusia dengan apa yang mereka
ketahui, apakah kalian ingin Allah dan Rasul-Nya didustakan ?”.
وَفِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّ الْمُتَشَابِهَ لَا يَنْبَغِي أَنْ يذكر عِنْد
الْعَامَّة وَمثله قَول بن مَسْعُودٍ وَمِمَّنْ كَرِهَ التَّحْدِيثَ بِبَعْضٍ
دُونَ بَعْضٍ أَحْمَدُ فِي الْأَحَادِيثِ الَّتِي ظَاهِرُهَا الْخُرُوجُ عَلَى
السُّلْطَانِ وَمَالِكٌ فِي أَحَادِيثِ الصِّفَاتِ وَأَبُو يُوسُفَ فِي
الْغَرَائِبِ وَعَنِ الْحَسَنِ أَنَّهُ أَنْكَرَ تَحْدِيثَ أَنَسٍ لِلْحَجَّاجِ
بِقِصَّةِ الْعُرَنِيِّينَ لِأَنَّهُ اتَّخَذَهَا وَسِيلَةً إِلَى مَا كَانَ
يَعْتَمِدُهُ مِنَ الْمُبَالَغَةِ فِي سَفْكِ الدِّمَاءِ بِتَأْوِيلِهِ الْوَاهِي
“Didalamnya ada dalil bahwa perkara yang mutasyabih
(yang mengandung beberapa pengertian) tidak pantas disebutkan pada khalayak
umum”. Kemudian beliau menyebutkan perkataan Ibnu Mas’ud lalu beliua berkata :
“Di antara orang-orang yang tidak senang memberikan hadits pada sebagian orang
adalah imam Ahmad dalam hadits-hadits yang zhohirnya membolehkan khuruj
(kudeta) terhadap pemerintah, dan imam Malik dalam hadits-hadits tentang
sifat-sifat (Allah), dan Abu Yusuf tentang hadits-hadits yang ghorib (aneh dari
sisi makna maupun lafazh-pen.) … . Dan Dari Al-Hasan (Al-Bashry-pen.) ia
mengingkari Anas (radhiyallahu ‘anhu) menceritakan kepada Hajjaj tentang kisah
Al-Uraniyyin karena ia akan menjadikannya sebagai wasilah yang selama ini ia
pegang dalam berlebihan menumpahkan darah denga ta`wil yang lemah. (Fathul Bary
1/225)
4⃣ Tetap berusaha untuk menuntut ilmu syar’I dengan menghadiri majlis majlis ilmu, karena dengan memahami syari’at ini dengan benar ia akan punya filter
tidak mudah ikut ikutan terbawa arus dengan fitnah, tidak mudah mengikuti emosi
atau perasaannya, tapi kokoh dengan ilmunya, sehingga akan selamat dari fitnah.
Dari Abu Bakrah radhiyallahu anhu ia berkata :
عَصَمَنِي
اللَّهُ بِشَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَمَّا هَلَكَ كِسْرَى، قَالَ: “مَنْ اسْتَخْلَفُوا؟ ” قَالُوا:
ابْنَتَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “لَنْ يُفْلِحَ
قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً”، قَالَ: فَلَمَّا قَدِمَتْ عَائِشَةُ
يَعْنِي البَصْرَةَ ذَكَرْتُ قَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَعَصَمَنِي اللَّهُ بِهِ: هَذَا حَدِيثٌ صَحِيحٌ
Allah telah menjaga ku dari fitnah (perang jamal)
berkat sesuatu (satu hadits) yang aku dengar dari Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam ketika Kisra (raja Persia) meninggal, beliau bersabda, “siapa
penggantinya?” Para Sahabat menjawab, “putrinya”, maka beliau pun bersabda,
“Tidak akan sukses selamanya sebuah kaum, yang menyerahkan urusan mereka
(pemimpin) kepada seorang perempuan”. Abu Bakrah radhiyallahu anhu berkata,
“Ketika Aisyah radhiyallahu berangkat ke Bashrah, aku ingat hadits Rasulullah
tersebut, maka Allah pun menyelamatkan aku (dengan tidak ikut ikutan fitnah
yaitu peperangan jamal)” (HR Tirmidzi : 2262)
Abdullah bin Ziyad Al Asadi berkata, “Tatkala Thalhah,
Zubair dan ‘Aisyah berangkat ke Bashrah, Ali mengutus ‘Ammar bin Yasir dan
Hasan bin Ali mendatangi Kami di Kufah, lantas keduanya naik minbar. Ketika itu
Al Hasan bin Ali diatas minbar di tangga paling atas, sedang Ammar berdiri
dibawah Al Hasan, kami berkumpul di sekelilingnya, dan aku mendengar ‘Ammar
mengatakan” :
إِنَّ عَائِشَةَ قَدْ سَارَتْ إِلَى الْبَصْرَةِ وَ وَاللَّهِ إِنَّهَا
لَزَوْجَةُ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الدُّنْيَا
وَالْآخِرَةِ وَلَكِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ابْتَلَاكُمْ لِيَعْلَمَ
إِيَّاهُ تُطِيعُونَ أَمْ هِيَ
“Aisyah tengah berangkat ke Bashrah, demi Allah,
ia adalah isteri Nabi kalian (Shallallahu ‘alaihi wasallam) di dunia dan di
akherat, namun Allah Tabaraka wata’ala menguji kalian agar Dia mengetahui,
apakah kalian taat kepada-NYA atau kepada Aisyah”. (HR Bukhari : 7100)
5⃣ Bersabar tidak mudah melakukan tindakan
yang hanya mengikuti perasaan dan hawa nafsu.
اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ
شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ
‘Bersabarlah, sebab tidaklah kalian menjalani suatu
zaman, melainkan sesudahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai
rabb kalian. Aku mendengar hadit ini dari Nabi kalian Shallallahu ‘alaihi
wasallam.’ (HR Bukhari : 7068)
Diantara bentuk yang wajib kita hindari di zamn
fitnah adalah tidak memberontak kepada penguasa muslim yang dzalim, karena
mudharat yang ditimbulkannya akan jauh lebih besar daripada maslahat yang
didapatkan, bahkan ketika dibolehkan pun untuk memberontak kepada penguasa yang
jelas jelas kekufurannya, tanpa adanya syubhat, tetap di syaratkan adanya
kemampuan serta tidak adanya kemudharatan, kalau tidak maka kita diperintah
untuk bersabar.
Dari ‘Ubadah bin As Shamit radhiyallahu anhu ia
berkata :
أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا،
وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا، وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا، وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ
أَهْلَهُ»، قَالَ: «إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللهِ
فِيهِ بُرْهَانٌ
“Kami berbai’at (kepada Rasulullah shalallahu alaihi
wasallam) untuk senantiasa mendengar dan taat (kepada para pemimpin) baik dalam
perkara yang kami senangi atau yang kami benci, dalam kesusahan maupun dalam
kemudahan, dan juga ketika pemerintahan bersikap mementingkan diri mereka
sendiri. Dan kami tidak diperbolehkan untuk mencabut urusan pemerintahan dari
orang yang menjabatnya, Beliau bersabda, “kecuali jika kalian melihat adanya
kekafiran yang nyata, maka ketika itu kalian memiliki keterangan yang nyata di
hadapan Allah Ta’ala.” ( HR. Bukhari : 7055 dan Muslim : 1709).
Namun dilarang mentaati pemimpin dalam perkara
kemaksiatan.
Diriwayatkan dari ‘Abdurrahman bin ‘Ali radhiyallahu
anhu, bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
لَا طَاعَةَ فِيْ مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ.
“Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan kepada Allah,
sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam kebaikan” (HR Muslim : 1840)
Wajib bersabar atas kedzaliman pemimpin, dengan tetap
memberikan nasehat bagi yang mampu sesuai dengan kapasitasnya.
Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu anhuma,
dari Nabi shalallahu alaihi wasallam beliau bersabda :
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ
فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ، إِلَّا مَاتَ مِيتَةً
جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang melihat pada pemimpinnya sesuatu
yang ia benci, maka *hendaklah ia bersabar* atas hal tersebut. Karena
barangsiapa yang meninggalkan jama’ah (persatuan kaum muslimin) satu jengkal
kemudian ia meninggal dunia, kecuali ia meninggal dunia seperti mati
jahiliyah.” (HR Bukhari : 7054, Muslim : 1849)
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
مَنْ
أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِسُلْطَانٍ بِأَمْرٍ، فَلَا يُبْدِ لَهُ عَلَانِيَةً،
وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ، فَيَخْلُوَ بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ،
وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ لَهُ
Barang siapa yang ingin menasehati para penguasa
dengan suatu urusan maka janganlah dengan terang terangan, akan tetapi pegang
tangannya berduaanlah kalau diterima nasehat kita itu yang kita harapkan,
dan kalau tidak mau maka sungguh engkau telah menyampaikannya (HR Ahmad :
15369, dishahihkan oleh Al Albani di kitab Fi Dzilalil Jannah : 1096).
Demikianlah semoga menjadi bahan renungan bagi kita
khususnya yang relevan pada zaman fitnah sekarang ini, dimana *semakin
diam tidak ikut ikutan kedalam fitnah* insya Allah semakin selamat , Rasulullah
shalallahu alaihi wasallam telah memperingatkan dalam sabdanya :
سَتَكُونُ فِتَنٌ الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ
فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي مَنْ
تَشَرَّفَ لَهَا تَسْتَشْرِفْهُ فَمَنْ وَجَدَ مِنْهَا مَلْجَأً أَوْ مَعَاذًا
فَلْيَعُذْ بِه
“Akan terjadi *fitnah,* ketika itu yang *duduk* lebih
baik daripada yang *berdiri,* yang *berdiri* lebih baik dari pada yang
*berjalan*, yang *berjalan* lebih baik daripada yang *berlari,* barangsiapa
berusaha menghadapi fitnah itu, justru fitnah itu akan *mempengaruhinya,* maka
barangsiapa mendapat tempat berlindung atau base camp pertahanan, hendaklah ia
berlindung diri di tempat itu (HR Bukhari : 3601, Muslim :2886 ).
Hadits ini bukanlah sedang menceritakan karakter
pengecut, tapi karakter orang berilmu yang tidak mudah *ikut ikutan terhadap
fitnah,* terbawa *emosi* dan *perasaan hati,* Wallahu A’lam. (amans, Fkis-utm)