Ramadhan Dan Momentum Perubahan
( Materi disampaikan pada pada acara buka bersama dosen FEB UTM, kultum di Masjid al-Takbir dan masjid al-Kautsar Kamal Bangkalan ) Su...
https://rohman-utm.blogspot.com/2018/06/ramadhan-dan-momentum-perubahan.html
( Materi disampaikan pada pada acara buka bersama dosen FEB UTM, kultum di Masjid al-Takbir dan masjid al-Kautsar Kamal Bangkalan)
Sungguh Ramadhan menawarkan berbagai macam keutamaan dan kemuliaan didalamnya, sehingga Allah sendiri yang memberikan pahala ( ana ajzi bihi). Tetapi setidaknya ada sebuah hadis yang cukup populer dan perlu kiita renungkan yaitu sebuah peringatan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Sungguh Ramadhan menawarkan berbagai macam keutamaan dan kemuliaan didalamnya, sehingga Allah sendiri yang memberikan pahala ( ana ajzi bihi). Tetapi setidaknya ada sebuah hadis yang cukup populer dan perlu kiita renungkan yaitu sebuah peringatan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Berapa banyak orang berpuasa yang tidak
mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja.” (HR. Ibnu Majah
no.1690 dan Syaikh Albani berkata, ”Hasan Shahih.”)
Bertahun-tahun kita melewati Ramadhan demi Ramadhan dan apa yang kita
dapatkan selama ini. Kalau usia kita 40 tahun berarti kita sudah menjalani
puasa sebulan penuh kira-kira 25 kali dalam 25 tahun terakhir sejak kita
baligh. Yang menjadi pertanyaan adalah adakah perubahan pada diri kita ? Jika
ada. Perubahan apa yang telah kita dapatkan?
Sesungguhnya Ramadhan telah menawarkan momentum perubahan yang amat fundamental
bagi pribadi seorang mukmin maupun kehidupan umat Islam secara keseluruhan.
Peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah umat Islam terjadi di bulan Ramadhan.
Mari kita lihat sejarah Perang Badar, pembebasan Makkah (Fatkhul Makkah),
sebagian peristiwa pada Perang Tabuk, pembebasan Andalusia (Spanyol) oleh
Thariq bin Ziyad, termasuk presiden Soekarno memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia pada di bulan Ramadhan.
Bagi Umat Islam di Indonesia, Ramadhan Lebih dari sekedar Istimewa.
Ramadhan adalah saksi Sejarah puncak perjuangan kemerdekaan para ulama bersama
umat islam. Jumat, 9 Ramadhan 1364H (17 Agustus 1945) adalah hari dimana kita
memproklasmasikan kemerdekaan Indonesia. Betapa Indah Allah menghadiahkan
Kemerdekaan Bagi Bangsa Indonesia pada hari jumat dalam bulan Ramadhan. Namun
berapa banyak umat islam indonesia hari ini yang tahu dan mensyukuri
ketetapanNya.
Di bulan Ramadhan ini orang beriman diharuskan meninggalkan makan, minum,
melakukan hubungan seksual, dan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit
fajar sampai terbenam matahari. Diperintahkan kepada kita untuk menjaga mata,
telinga, lisan, tangan, kaki, pikiran dan hati kita dari segala kemaksiatan.
Diperintahkan kepada kita untuk memperbanyak ibadah sunnah di samping tetap
memperbaiki ibadah-ibadah wajib. Kalau itu semua kita lakukan dengan benar
tentu akan ada perubahan besar dalam hidup kita. Untuk itu mari kita renungkan
kembali apa sesungguhnya esensi Ramadhan itu bagi perubahan kehidupan manusia.
Berikut adalah momentum perubahan yang bisa diambil hikmah dibulan Ramadlan antara lain adalah:
Berikut adalah momentum perubahan yang bisa diambil hikmah dibulan Ramadlan antara lain adalah:
Pertama; Ramadhan Bulan Tarbiyah (Pendidikan)
Setiap manusia sesungguhnya dilahirkan dalam keadaan fithrah. Inilah
kondisi ideal bagi manusia karena ia telah bertauhid semurni-murninya sejak di
dalam kandungan sampai ia dilahirkan. Jiwa yang bertauhid inilah yang
menjadikan manusia selalu merindukan kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang
sempurna yang hanya bisa ia dapatkan ketika ia mendekat kembali kepada
Penciptanya. Setelah dilahirkan ke dunia, manusia yang dalam dirinya melekat
hawa nafsu, berinteraksi dengan lingkungannya dan dipengaruhi godaan setan.
Kondisi ini bisa merusak fithrahnya. Karena itu pendidikan yang sesungguhnya
adalah mendidik diri agar mampu mengendalikan hawa nafsu dan memiliki imunitas
(kekebalan) dari berbagai godaan.
Sesungguhnya nafsu adalah anugerah Allah bagi manusia agar memiliki gairah
dan semangat untuk keberlangsungan hidupnya. Tidak ada nafsu tidak ada
kehidupan. Nafsu yang terkendali, seperti kuda tunggangan, akan mengantarkan
manusia mencapai tujuannya. Jika tidak terkendali, maka ia akan menyeret kita
tak tentu arah dan tujuan.
Sabda Nabi: “Puasa bukanlah sekedar menahan diri dari makan dan
minum, akan tetapi sesungguhnya puasa itu adalah mencegah diri dari segala
perbuatan yang sia-sia serta menjauhi perbuatan-perbuatan yang kotor dan
keji.” (HR Bukhori)
Kedua; Ramadhan Bulan Ibadah
Ibadah sesungguhnya memiliki dimensi yang sangat luas mencakup segala
perkara yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, baik berupa perkataan ataupun
perbuatan, yang nampak (dzahir) ataupun yang tidak nampak (bathin). Tetapi di
bulan Ramadhan ini kita diperintahkan mengkhususkan diri taqarrub (mendekatkan
diri) kepada Allah dengan meningkatkan ibadah kita; shalat lima waktu berjamaah
di masjid ditambah dengan sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah,
bangun di tengah malam untuk tahajjud, doa, dzikir, tadarrus al-Qur’an, dan
beri’tikaf di masjid terutama pada sepuluh hari terakhir. Sebelas bulan kemarin
kita dibelit oleh kesibukan duniawi.
Kini saatnya kita rihlah, mentamasyakan jiwa kita yang selama ini
terlantar. Bebaskan diri kita dari segala kesempitan dunia dan mendekatlah
kepada Allah yang maha luas rahmat-Nya.
Mari kita sambut undangan Allah sebagaimana sabda Nabi: “Telah
datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada
bulan ini dengan menurunkan rahmat, menghapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a.
Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan membanggakanmu kepada
para malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari
dirimu. Karena orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di
bulan ini.” (HR Ath-Thabrani)
Ketiga; Ramadhan Bulan Muhasabah (Instropeksi Diri)
Kesibukan hidup seringkali membuat kita kehilangan kejernihan. Berbagai
persoalan bertumpuk-tumpuk dan tidak menemukan jalan keluarnya. Banyak orang
yang mencari alternatif ke arena-arena hiburan. Apa yang mereka dapatkan?
Ketenangan, kejernihan berpikir, atau ketajaman wawasan?
Justru arena-arena hiburan itu akan menambah permasalahan, membebani otak,
dan menumpuk berbagai permasalahan baru. Di sana kerakusan nafsu dan
keberingansan hewani akan terpupuk. Di bulan Ramadhan ini nafsu ditundukkan,
jiwa akan menjadi lebih tenang.
Dalam kondisi ini kita akan lebih jelas melihat persoalan hidup. Sebelas bulan kita cenderung lalai, kini saatnya bermuhasabah untuk menata kembali orientasi hidup kita. Pesan Nabi : “Orang yang pandai adalah yang mengevaluasi dirinya dan beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah Subhanahu Wata’ala.” (HR Imam Tirmidzi)
Keempat; Ramadhan Bulan Taubat
Setiap manusia pasti mempunyai dosa dan kesalahan. Dan sebaik-baik hamba
yang berdosa adalah yang bertaubat kepada-Nya. Tetapi ketika dosa sudah bertumpuk-tumpuk,
berurat dan berakar, bukan perkara mudah untuk bertaubat. Ibarat tanaman yang
baru tumbuh, mudah bagi kita untuk mencabutnya. Tetapi ketika ia sudah menjadi
besar, tidak mudah kita mencabutnya apalagi ketika tenaga kita semakin melemah.
Dibutuhkan energi ruhani yang luar biasa untuk berhenti dari setiap
kemaksiatan. Di bulan Ramadhan ini pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup,
setan-setan dibelenggu, dan nafsu dikendalikan. Allah menawarkan ampunan
bagi setiap hamba yang berdosa untuk kembali kepada-Nya.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan puasa Ramadhan
dan saya menyunnahkan bagi kalian shalat malamnya. Maka barangsiapa
melaksanakan ibadah puasa dan shalat malamnya karena iman dan karena ingin
mendapatkan pahala, niscaya dia keluar dari dosadosanya sebagaimana saat dia
dilahirkan oleh ibundanya.” (HR Imam an-Nasa’i dan Imam Ahmad)
Kelima; Ramadhan Bulan Jihad
Turunnya perintah puasa di bulan Ramadhan beriringan dengan perintah jihad
dalam Perang Badar pada tahun kedua hijriah. Kaum muslimin berperang dengan
orang-orang kafir di bulan itu dengan tetap berpuasa. Puasa dan jihad
sesungguhnya memiliki esensi yang sama yaitu berperang, terutama memerangi hawa
nafsu.
Tidak mungkin orang akan berangkat berperang melawan musuh Allah kalau ia
tidak bisa memerangi nafsunya sendiri. Demikian juga tidak mungkin orang bisa
berpuasa dengan benar kalau dia tidak memerangi hawa nafsunya. Karena itu
sangat disayangkan di bulan Ramadhan ini sebagian umat Islam justru memupuk
nafsu bermalasan dan memperbanyak tidur.
Menjadi pemandangan yang lumrah tetapi memprihatinkan, sebagian kaum
muslimin melakukan hal yang sia-sia, bahkan maksiat; jalan-jalan sehabis
shubuh, berkumpul di lapangan dan taman-taman, bercampur baur lak-laki
perempuan, sulit menjaga pandangan mata; bermain video game, internet,
menonton TV (pagi, siang, sore, malam, hingga dini hari); memenuhi
tempat-tempat rekreasi dan hiburan, pusat perbelanjaan, kolam renang,
pemancingan; menunggu buka puasa dengan panggung hiburan musik, kebut-kebutan
liar, main petasan, bahkan di beberapa tempat ada tradisi berjudi; malam hari
di isi dengan begadang, mengobrol dan senda gurau; dan tradisi-tradisi lain,
baik yang lama (dari nenek moyang) maupun tradisi baru, yang tidak ada
hubungannya dengan ibadah Ramadhan. Karena itu mari kita menempa diri di bulan
ini dengan bersungguh-sungguh berperang untuk menundukkan hawa nafsu kita dan
bersungguh-sungguh meraih setiap keutamaan di bulan ini
Keenam; Ramadhan Bulan al-Qur’an
Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran sebagaimana firman Allah
subhaanahu wa ta’aalaa : “Bulan Ramadhan bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al -Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil),” (QS.
Al-Baqarah: 185). Al-Quran adalah pedoman hidup yang tidak boleh lepas dari
kehidupan seseorang. Tanpa Al-Qur’an manusia seperti berjalan di tengah malam
gelap gulita tanpa cahaya. Mari kita jadikan diri kita pribadi qur’ani.
Keluarga kita keluarga qur’ani. Anak-anak kita generasi qur’ani. Dan masyarakat
kita masyarakat qur’ani. Bebaskan diri dari buta huruf dan buta makna Al-Quran
dengan membacanya, memperbaiki bacaan, menterjemah, mempelajari tafsirnya, dan
mentadabburinya (mengambil hikmah darinya).
Ketujuh; Ramadhan Bulan Ukhuwwah
Di bulan Ramadhan ini kaum muslimin banyak bertemu dan berkumpul untuk
melakukan aktivitas bersama dalam ibadah ritual maupun ibadah sosial. Bahkan
sabda Nabi berikut ini mengisyaratkan kepada kita agar membangun kebersamaan
dan persatuan umat Islam.
“Puasa itu hari (ketika) manusia berpuasa dan hari raya itu hari (ketika)
manusia berhari raya,” HR Tirmidzi. Karena itu mari kita hindari perdebatan dan
pertengkaran dalam hal-hal yang bersifat khilafiyah – furu’iyah. Para da’i,
khatib, ustadz hendaknya menyampaikan pesan-pesan ukhuwwah, bukan malah
memperuncing perbedaan yang memang tidak mungkin disamakan. Perbedaan dalam
masalah-masalah khilafiyah – furu’iyah pasti akan terus terjadi, tetapi menjaga
ukhuwwah adalah kewajiban kita. Mari kita memperbanyak silaturrahim, saling
memaafkan dan memperbaiki hubungan, saling memberikan hadiah, saling
menasehati, saling mendoakan.
Kedelapan; Ramadhan Bulan Sedekah
Puasa mengingatkan kita tentang orang-orang yang kelaparan karena
kemiskinan dan kefakiran, yang kadang-kadang tak diketahui oleh orang-orang
kaya. Allah hendak memberi kabar kepada mereka bahwa di sana ada
saudara-saudara mereka yang tidur beralaskan tanah dan berselimut langit, tanpa
secuil makanan. Kalau kita lapar selama sebulan, ketahuilah orang lain telah
merasa lapar selama berbulan-bulan. Mari kita jadikan puasa sebagai momentum
untuk meningkatkan kedermawan dan solidaritas sosial. Hindari segala sikap
berlebih-lebihan, berfoya-foya, pemborosan yang bisa menumpulkan jiwa sosial
kita.
Siapkan harta untuk menunaikan zakat, memperbanyak sedekah, dan memberi
makan orang-orang yang berpuasa. Ibnu Abbas meriwayatkan: Bahwa Rasulullah saw
adalah manusia yang paling dermawan, dan bahwa beliau saw lebih dermawan lagi
di bulan Ramadhan, ketika sering dikunjungi Jibril (as) dan bahwa ia dikunjungi
(Jibril as) setiap malam di bulan Ramadhan dan memperdalam Al Qur’an, dan
Sungguh Rasulullah saw lebih dermawan terhadap perbuatan baik dari angin yang
berhembus (sangat ringan dan cepat berbuat baik tanpa merasa keberatan)” (HR
Bukhari)
Kesembilan; Ramadhan Bulan Dakwah
Dakwah adalah mempertautkan hati manusia dengan hidayah Allah dan merubah
jiwa manusia kepada kondisi yang lebih baik dan diridhoi Allah. Hati
manusia senantiasa berbolak-balik. Kadang menerima, kadang menolak. Kadang
terbuka, kadang tertutup. Kadang semangat, kadang mengendor. Kita diperintahkan
berdakwah kepada manusia dengan cara yang baik.
Allah subhaanahu wa ta’aalaa berfirman: “Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik,” QS An-Nahl : 125.
Pada bulan Ramadhan jiwa-jiwa manusia lebih terbuka sehingga lebih mudah menangkap
hidayah Allah. Karena itu mari kita gencarkan syiar Islam dan semarakkan dengan
aktifitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dan sebagainya. Semoga dengan
demikian semakin banyak umat Islam ini yang tercerahkan.
Demikianlah berbagai hal yang menjadi esensi Ramadhan. Semoga puasa
kita tidak sia-sia. Tidak sekedar lapar dan dahaga. Semoga kita bisa menjalani
Ramadhan ini sebaik-baiknya dan berhasil meraih berbagai kemuliaan yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya.* Wallahu a’lam bi showabi